35. Panggilan

362 80 14
                                    

"...Sebenarnya," Helio menarik atensi Athella kembali, "masa depan macam apa yang menunggu?"

Athella tak langsung menjawab, ia berusaha mengingat-ingat lagi.

"Jelas banyak hal buruk yang akan terjadi," Athella menjawab, "mungkin ada beberapa dari hal buruk itu yang akan membaik, tapi sekarang aku tak yakin."

Plot krusial telah berubah, Athella tak tahu akan bagaimana hubungan antar peran utama dan antagonis selanjutnya, apa pertukaran tubuh akan tetap terjadi? Apa Medeia akan tetap menjadi Duchess di masa depan atau akan menikahi Iaros pada akhirnya? Athella kebingungan.

Dibanding itu, di masa depan yang Athella tahu, apa akan ada setidaknya hal yang baik terjadi pada Helio? Sesuatu yang setidaknya benar-benar membahagiakan untuk dirinya sendiri yang tak menyangkut Medeia.

Mata Athella yang tadinya berada di pemandangan jalanan bergulir pada Helio, sosok yang menjadi bagian dari misi utamanya saat pertamakali menginjakkan kaki di dunia ini, sosok terakhir yang ia tangisi sebelum kepergiannya dari dunia sebelumnya.

'Aku ingin kau bisa bahagia...' Athella membatin, 'awalnya, otak remajaku yang berpikiran dangkal hanya berpikir jika aku adalah orang yang bisa kau cintai dan bukan Medeia, kau akan bisa lebih bahagia. Pada akhirnya aku juga berpikir membuatmu menggantungkan kebahagiaanmu pada orang lain..'

Helio jelas orang yang berarti bagi Athella, baik di alam bawah sadar atau ketika sadar, Athella sendiri tak akan bisa membantah fakta itu. Semuanya yang ia lakukan berhubungan dengan Helio; ia memang menyayangi Sana dengan tulus, tapi sebagian dari alasannya menjaga Sana adalah untuk menjaga Helio dari berpikiran bahwa lelaki itu terkena kutukan.

Dia ingin Helio berani mencintai seseorang tanpa ragu, ia ingin pria di depannya bisa dengan bebas mencintai seseorang tanpa harus ketakutan bahwa orang yang dicintainya juga akan pergi. Athella ingin Helio bisa mencintai dirinya sendiri lebih banyak lagi.

'Apa semuanya terlalu sulit untuk bisa terjadi?'

Diam-diam, Athella meremat gaunnya.

[][][]

"Kita sudah sampai di makam."

Athella meletakkan tangannya di atas tangan Helio, menerima bantuan lelaki itu untuk memegangnya selagi ia turun dari kereta kuda dan berjalan masuk ke area pemakaman keluarga Tropium, 

Perasaan Athella terasa aneh ketika sekali lagi memasuki area ini, matanya bergulir, mendapati satu makam di mana Vita dan Diez dimakamkan di dalamnya, masih berpegangan tangan, Helio dan Athella berjalan mendekat ke arah makam itu.

Sekelebat kenangan memasuki semakin kakinya melangkah masuk.

"Athie, kau itu sudah seperti putri kami sendiri, jika memang keadaan rumahmu tidak baik, jangan ragu untuk datang pada kami."

Athella ingat Diez mengatakan itu padanya beberapa tahun lalu.

Sementara Helio kurang lebih merasakan sensasi yang sama; kenangan masa kecil dengan orang tuanya berhamburan mengisi kepala. Jadi tanpa sadar, pegangannya pada tangan Athella mengerat, dibalas oleh Athella yang mengeratkan pegangannya pula.

Mereka berdiri tepat di depan kuburan itu, keduanya hanya diam dan memandang lurus kedepan; pada makam orang tua Helio yang untungnya masih terlihat terurus setelah 7 tahun.

"Sudah 7 tahun, ya," Athella bergumam, ia perlahan melepaskan genggamannya pada Helio dan memilih untuk berjongkok, Helio segera ikut berjongkok dan lagi-lagi mengambil tangan wanita itu. Athella hanya membiarkannya, bahkan jari jempol gadis itu mengusap-usap punggung tangan Helio pelan.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang