"Nona?"
Psyche dibangkitkan dari lamunan, kepalanya terangkat menatap ke arah Mara yang menatapnya dengan gugup. Ekspresi wanita itu kosong, ia hanya memiringkan kepalanya sedikit tanda bertanya tanpa mengatakan apapun.
"Semalam..."
"Semalam aku tidur dengan cepat dan nyenyak," Psyche memotong, "tidakkah begitu?"
Gadis pelayan di depannya itu terkesiap, "A-ah, benar... anda tidur nyenyak sekali..."
'Tatapannya benar-benar berubah kosong sejak pulang dari misinya semalam...' Mara membatin, pandangannya menyapu perempuan yang sudah ia sumpahkan akan setia padanya, 'tapi aku tak merasa berhak menanyakan apapun...'
Sementara Psyche, ia bergerak memangku dagunya dengan kepalan tangan yang menumpu pada siku, situasinya benar-benar sunyi. Namun kemudian pintunya diketuk lalu dibuka sebelum Psyche bahkan memberikan izinnya; menampilkan seseorang yang wajahnya sudah lama tidak Psyche dapati.
'Aku bahkan belum memberikan izin apapun...' Psyche membatin, 'baru saja beberapa lama aku tinggal di tubuh Putri... rupanya aku sudah se-terbiasa itu..'
"Nona..." Bibi Pengasuh tersenyum lembut, "Koki akan memasak makan siang, apa anda ingin meminta untuk dimasakkan sesuatu atau terserah Koki saja?"
'Apa kalian akan meracuni makananku lagi?'
Psyche tersenyum, senyum yang dia tak sadar bisa ia tunjukkan dengan mudah jika saja bukan karena berusaha hidup dan berbaur di kehidupan Medeia. Wanita yang biasanya tersenyum lebar dengan lepas itu kini hanya menunjukkan senyum tanpa banyak ketulusan.
"Aku tak sedang menginginkan makanan khusus apapun, Bibi," Psyche menjawab, "bilang saja pada Koki untuk memasak apa yang menurutnya baik, masakannya, 'kan, selalu bisa menggugah seleraku."
Bibi Pengasuh yang berusaha menyembunyikan kebingungan atas perbedaan sikap Nona-nya yang berbeda itu hanya mengerjap sebentar, kemudian tersenyum lebar dan mengangguk.
'Palingan hanya perasaanku saja.'
"Kalau begitu akan saya sampaikan."
Bibi Pengasuh keluar dan menutup pintunya, tidak dengan rapat. Psyche memandang pintu itu dengan kernyitan tipis di keningnya.
"Mara, tutup pintunya."
"Baik, Nona."
Wanita itu menghela napas, matanya terpejam, dia terlalu terbiasa diberikan privasi yang seharusnya di tubuh Medeia. Rupanya dulu pelayan sangat sesukanya pada Psyche.
'Bagaimanapun...' matanya terbuka secara perlahan, 'aku sudah mengerti soal sisi lain kekuatanku...'
Matanya beralih pada cermin yang terpampang di samping kanannya. Matanya menyapu penampilannya sendiri; rambutnya benar-benar panjang dan bergelombang. Psyche ingat tak pernah memotong rambutnya sejak kecil, rambutnya sudah benar-benar panjang sejak selama Psyche bisa mengingat memori hidupnya, itu tak pernahpun memendek bahkan hanya untuk sekedar di atas pinggang saja.
<><><>
"Kau ingin memotong rambutmu?" Iaros meraih beberapa helai keemasan itu ke tangannya, Psyche yang bersandar di bahu Iaros itu mengangguk, "kenapa?"
"Selama ini rambutku selalu dipanjangkan..." Psyche ikut meraih helaian rambutnya dari sisi lain, menggerakkan badannya sedikit untuk membuat posisi sandarnya lebih nyaman, "aku agak ingin mencoba hal baru..."
"Tapi aku suka rambut panjang."
Psyche mendongakkan kepalanya, "Kalau begitu, aku panjangkan saja terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERMIND | Helio Tropium
Fanfiction『What if I told you none of it, was accidental?』 - Athella, tanpa diduga memasuki dunia komik favoritnya sebagai gadis bangsawan yang bahkan tak pernah disebut dalam cerita asli! Di sini, Athella berusaha untuk menyelamatkan tokoh favoritnya: Helio...