43. Kesamaan Antara Kamu dan Aku

396 59 6
                                    

Athella membelah keramaian dengan jubah yang menutupi tubuh dan sebagian atas dari wajahnya. Gadis itu menilik sekeliling dengan diam-diam; berusaha memastikan bahwa tak ada yang melihat ia dengan tatapan curiga.

Tempat ini adalah tempat di mana ia bertemu Pheron hari itu—cukup naif untuk berharap dia akan bertemu Pheron di sini lagi, tapi terlalu bodoh untuk menemui Pheron langsung di kuil di bawah pengawasan orang-orang di sana.

Dibanding menghabiskan waktu untuk berdiri di tengah hiruk-pikuk pemukiman warga lalu ketahuan dengan cepat atau merasa pegal di kaki, Athella memilih singgah dan duduk di sebuah kedai terbuka setelah membeli sebuah apel (yang dia beli menggunakan uang-uang hasil koin emasnya yang sudah dipecahkan). Matanya lagi-lagi menilik sekeliling sambil pelayan kini datang meminta pesanannya.

"Hei, cewek, kau mau pesan apa?"

"Ah," Athella mengerjap, "tolong berikan sepiring ayam goreng ...dan satu gelas bir."

'Lagipula sudah lama aku tidak minum bir... terakhir sepertinya 6 tahun lalu saat penyamaran dari Viscounty sehabis bertengkar dengan Sana..' gadis itu membatin, 'yah.. itu pertama dan terakhir karena setelah itu tak sempat..'

Selesai pelayan kedai mencatat pesanannya, ia berlalu melewati Athella yang menyingkap tudung jubahnya. Athella jelas saja masih dalam mode penyamaran, ia menggunakan rambut palsu dengan warna cokelat keemasan—rambut palsu yang pernah ia gunakan 6 tahun lalu—dengan bintik-bintik palsu yang menghiasi wajah serta satu tahi lalat yang aslinya tak ada, ia bahkan mewarnai sedikit alis dan bulu matanya yang memang warnanya senada dengan rambut setelah memastikan berkali-kali itu tak permanen.

Tak perlu waktu lama untuk menyambut bir yang datang jauh lebih cepat dibanding ayam gorengnya, Athella menyicipi bir itu sedikit kemudian tersenyum ketika nostalgia saat ia berusia 17 tahun menghampiri. Gadis itu meletakkan gelas birnya yang besar dan berat di meja dan memilih menggunakan salah satu tangannya untuk menumpu dagu.

Tak lama, suara sorak ramai terdengar memasuki kedai dan membuat Athella menoleh, itu adalah sekawanan pria yang dengan gembira dan akrab mengikuti satu pria berkulit tan ke dalam sini. Kasir kedai bahkan ikut merekahkan senyum dan berseru menyapa.

Jelas sekali itu siapa.

"Phell! Sobatku!"

'Pas sekali, ya...'

Orang yang ingin Athella temui malam ini justru datang sendiri padanya. Athella bahkan tak peduli jika ini kebetulan atau bukan, ia menyesap birnya sambil melirik Pheron yang kelihatannya masih sibuk beramah-tamah dan menunggu ayamnya dihantarkan. Athella tahu Pheron jelas menyadari keberadaannya di sini.

"Ini ayamnya."

Bau sedap menyeruak memasuki penciuman, Athella berkedip-kedip. Wah, makanan rakyat biasa memang sering kelihatan lebih menggiurkan dibanding milik bangsawan, mereka menyajikannya dengan bebas dan sederhana dibanding bangsawan yang terkesan sedikit walau mewah, bukan penilaian yang mereka cari, namun enak atau tidaknya.

Athella baru ingin mengambil ayamnya, namun dia teringat sarung tangan yang ia gunakan masih ada. Dengan ragu-ragu, gadis itu menarik sarung tangannya, ini terasa aneh. Athella sudah terbiasa dengan pakaian tertutup, apa lagi bagian tangan kalau di publik.

"Apa kau menungguku?" gerakan Athella terhenti, ia mendongak ke arah sosok pria yang kini sudah menjulang di hadapannya; Phell--Pheron Sove Eperanto, sosok yang di cerita aslinya Athella ketahui sebagai Kardinal dimasa depan, "Nona Niv-"

"Benar," Athella memotong sebelum lelaki itu bisa menyebut marganya, "saya hanya menebak-nebak, rupanya anda benar-benar menjadikan sekitar sini sebagai tempat anda melarikan diri. Saya beruntung."

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang