14. Tempat Bersandar

441 101 6
                                    

Helio's POV:

Pemakaman Viscount dijalankan hari ini.

Viscountess benar-benar baru sampai dan langsung menangis histeris di samping peti Viscount yang akan dikuburkan, semua kami semua berkumpul dengan setelan baju hitam, mataku bergulir ke arah anak-anak Viscount, kerabat-kerabat lain juga ada di sini, bahkan istri pertama dan kedua anaknya, Lucas Kassia dan Lucia Kassia—aku baru sadar seberapa miripnya mereka dengan mendiang Viscount, mereka juga benar-benar mirip dengan kak Athella.

Yang paling keras menangis selain Viscountess adalah Nona Arabella, diikuti Nona Anastasia dan Tuan Asher, sementara kak Athella...

...kak Athella hanya menatap kosong ke arah peti mendiang Viscount yang mulai dimasukkan ke liang, ia benar-benar jauh dari yang lainnya—seolah sengaja memisahkan diri, tapi ia jelas tak terlihat stabil, rasanya aku seperti melihat badai yang berkecamuk di balik tatapan kosongnya.

Aku tak bisa mendatanginya, entah kenapa.. kak Athella tak terlihat ingin didatangi, aku hanya menatapnya dari jauh. Dunia rasanya hening dalam sekejap.

Namun keberadaan suara tangisan tak bisa dielak, aku bisa mendengar tangisan yang makin keras memekakkan telinga ketika peti mulai tertimbun oleh tanah, itu membuatku lumayan bergetar sebelum merasakan tepukan lembut di kedua bahuku, aku mendongak, mendapati ibu yang matanya juga sembab.

"Halley, tidak apa?" ibu berbisik padaku dengan lembut, aku cuma mengangguk, rasanya tak pantas bagiku untuk meminta hiburan ketika aku jelas bukan orang yang berduka, ada yang lebih membutuhkan semua itu saat ini, dan itu bukan aku.

Aku menoleh pada kak Athella yang mengedip-ngedipkan matanya, sedang menahan air mata sembari menggigit bibirnya sendiri, mataku bergulir ke arah lain, nona Anastasia dan Arabella saling merangkul, dan Tuan Asher sedang dipeluk oleh tunangannya, Viscountess bersandar pada salah satu keponakan mendiang Viscount.

Semuanya memiliki tempat bersandarnya masing-masing. Semuanya, kecuali kak Athella.

Rasanya hatiku diremas secara perlahan.

●●●

"Kakak.." aku memanggil pelan, ini sudah nyaris malam dan kak Athella datang kemari dari Manor, ayah dan ibu memberinya waktu sendiri, lalu kak Athella mengurung dirinya di kamar selama beberapa menit di sini, "apa Kakak sudah makan..?"

Kamarnya benar-benar gelap dengan pencahayaan langit senja yang berusaha menembus tirai, namun aku bisa melihat siluet kak Athella yang menoleh pelan padaku, aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku jelas tahu dia benar-benar kacau.

"Tidak apa, Halley.." kak Athella membalas dengan suara serak, walau tak melihatnya secara jelas, aku yakin kak Athella lagi-lagi memaksakan dirinya untuk tersenyum, "aku belum lapar, pergilah, ya?"

Mungkin aku memang harusnya mendengarkan, tapi kakiku tak bergerak dari tempat sama sekali, kak Athella yang melihat itu hanya kembali mengalihkan pandangannya dariku.

"Aku sedang butuh waktu sendiri," kak Athella lagi-lagi berujar dengan suara seraknya, aku menarik napas dalam.

"Kakak sudah terlalu lama sendirian."

Entah apa yang benar-benar ada dalam pikiranku ketika mengatakan itu, tapi aku jelas tahu bahwa hatiku menginginkan aku untuk mengatakannya, aku melangkah pelan ke arah kak Athella yang terduduk di sudut ruang sembari memeluk lututnya sendiri.

Dari dulu, kak Athella selalu saja menyembunyikan bebannya sendiri, entah beban macam apa yang menghantuinya selama ini, tapi hal ini cukup membuatku yakin bahwa dia merasa sendirian.

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang