45. Sebuah Berita

309 61 5
                                    

Beberapa hari sebelum surat dikirimkan, Kediaman Poli:

"Siapa yang waktu itu membawa makanan untuk Psyche, ya..." Medeia meletakkan jarinya di dagu; berpikir lamat-lamat, "jika bukan sosok yang paling dipercaya, pasti sosok yang mudah sekali disingkirkan atau diancam..."

'Aku sudah memohon pada ayahnya Psyche dengan menggelikan bahwa aku tak ingin kabar bawa aku Psyche nyaris diracuni sampai keluar kediaman,' gadis itu membatin, 'di hadapan pelayan-pelayan lain juga, mereka pasti akan langsung mengerti bahwa ini peringatan bahwa tak boleh ada yang membocorkan.'

Jika rumor bahwa dia nyaris saja diracun benar-benar menyebar luas, sama saja mengatakan bahwa pelayan-pelayan itu cari mati dengan blak-blakan menampilkan ketidaksetiaan mereka. Padahal yang paling perlu mereka lakukan adalah meraih kepercayaan Psyche. Untuk saat ini mereka pasti belum bisa mencari jalan keluar.

Medeia mengembuskan napasnya, kemudian memilih berdiri untuk berjalan keluar menghampiri pelayan lainnya, sebenarnya bisa saja gadis itu memilih membunyikan lonceng untuk memanggil setidaknya satu dari mereka, tapi dari apa yang Medeia pelajari selama ia di sini adlah; Psyche akan selalu berusaha keluar dari kamarnya sesering mungkin.

Wanita itu benar-benar berusaha agar dirinya tak terkurung lagi.

Tiba-tiba saja Medeia merasa melankolis. Namun dengan cepat ia mengusir pikirannya itu, tangannya menarik gagang pintu lalu menyingkapnya; menapaki lantai rumah yang masih terasa asing ini langkah demi langkah, mencari setidaknya satu pelayan.

"Eh, Nona?" 

Medeia menoleh, mendapati seorang pelayan berambut merah yang kini menggendong bakul. Melihat itu, ia mulai memasang senyum terbaiknya.

"Kebetulan kamu di sini, aku ingin minta tolong," tangannya terulur menyentuh bahu sang pelayan, "aku dari tadi ingin menemui Bibi tapi tidak tahu dia di mana, bisa kamu beritahukan padaku di mana dia?"

"...! Saya akan memanggilkannya untuk Anda, Nona! Tolong duduklah dikamar, nanti anda kelelahan!"

'Bagus, dia peka...'

[][][]

"Nona, ada apa memanggil saya?" 

Medeia memiringkan kepalanya, bersiap-siap memasang ekspresi sebaik mungkin, "Bibi... aku ingin bertanya soal insiden waktu itu..."

Wajah Bibi pengasuh menegang, rasanya Medeia ingin tertawa. Tapi ia menahannya, di wajah yang aslinya milik Psyche itu dialapisi ekspresi sendu, "Aku ingat ada yang membawa manisan itu kepadaku... Ke mana dia?"

'Kalian pasti mengusirnya, atau menjauhkan dia dariku, 'kan...'

Wajah wanita di depannya memucat, Medeia diam saja;menunggu jawaban. Padahal kalau Psyche, dia pasti akan memutuskan untuk melupakan pertanyaannya karena tidak ingin sang Bibi merasa tertekan. Sayangnya, dia dalah Bibi Pengasuh Psyche, bukan milik Medeia.

'Aku jadi rindu Bibi...'

"Itu... untuk apa Nona menanyakannya?" Bibi itu memainkan jarinya cemas, berusaha terlihat tetap stabil.

Jika saja orang ini berada di Kediaman Beliard, orang ini pasti sudah ia pukuli karena berani-beraninya mempertanyakan tuannya, tapi Medeia hanya bisa menarik napas sekarang. Ia berusaha mempertahankan ekspresi, "Aku... hanya ingin melihatnya dan bertanya sedikit..."

"Tapi, Nona.. dalam manisannya sudah jelas terdapat racun, dia bisa mencelakai Nona kapan saja..." Bibi memandang dengan ekspresi khawatir, "itu kenapa... dia pasti membenci Nona sampai bisa berbuat mengerikan seperti itu."

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang