Athella merasa malu pada Helio- tidak, pada dirinya sendiri. Dia merasa malu akan itu.
Walau tak pernah merasakan langsung, Athella kurang lebih tahu apa itu cinta, dia tahu alasan mengapa seseorang cemburu. Walau sudah sering melihat dan mengatakan dia mengerti, sebenarnya Athella tak kunjung mengerti bagaimana sebenarnya konsep "cinta" itu.
Athella hanya menerimanya.
Jadi ketika gadis itu merasakan langsung emosi negatif membingungkan yang tumbuh dalam hatinya, gadis itu tak langsung tahu, ia butuh beberapa hari untuk merasakan perasaan tak menyenangkan itu dari dirinya dan baru mengerti sekarang ketika merasakan Helio sekarang benar-benar terpusat padanya seorang.
"Aku tak ingin lagi membiarkanmu memandang orang lain."
Kira-kira, jika dia mengatakan itu, akankah dia terlihat sangat tidak tahu malu untuk seseorang yang sudah mengabaikan perasaan Helio selama nyaris tiga belas tahun?
Jika Athella memikirkan itu, segalanya seperti ditarik mundur.
Sementara Helio sendiri, pria itu bisa merasakan wajahnya memanas. Omongan Athella beberapa saat lalu terngiang di kepalanya.
"Aku hanya sangat merindukanmu, sampai sesak rasanya."
Pria itu merekahkan senyum tertahan, berusaha agar tak kelihatan terlalu lebar.
"Maaf, lain kali aku tidak akan meninggalkanmu selama itu."
[][][]
"Jadi..."
Medeia memandang dua orang di depannya.
"...Kalian juga di sini?"
"Seperti yang kamu lihat," Athella mengedikkan bahunya santai dan tersenyum lebar, "malam ini aku tiba-tiba saja ingin beribadah."
Baik Helio maupun Medeia menaikkan sebelah alis mereka; memandang Athella tidak yakin.
"Ugh," gadis itu mengarahkan pandangannya ke arah lain, "aku ini benar-benar berdoa, lho."
'Yah, walau sama-sama buruk, memang keimanan kak Athie yang paling baik,' Medeia mengangguk pelan akan ucapan batinnya, kemudian matanya bergulir pada keduanya secara bergiliran.
"Kalian ada yang tahu isi firman-Nya?"
Helio segera merogoh saku jasnya, sedari tadi lelaki itu memakai jubah hingga gundukan di kantong bajunya tak begitu terlihat. Gulungan kertas ia keluarkan dari sana dan ia memberikannya pada Medeia, "Saya sudah mendapatkan hasil firman-Nya, Putri."
'Di cerita asli sepertinya ada adegan begini juga, ya... aku baru ingat..' Athella membatin, ia memandang gulungan kertas dari Helio yang kemudian Medeia ambil. Sementara Medeia, yang menyadari pandangan dalam Athella itu malah mengira Athella juga penasaran akan isinya.
"Kak, apa kau belum membacanya?"
Athella mengerjap; terentas dari lamunan, "Oh? Ah, kau baca saja... aku sudah tahu, kok.."
Helio melirik gadis di sampingnya dalam diam. Sementara Medeia mengangguk pelan dan kemudian membuka gulungan kertasnya. Athella dan Helio beralih saling memandang, tapi karena malu, si gadis mengalihkan pandangan duluan.
"Apa-apaan ini?" wajah Medeia (lebih tepatnya; milik Psyche) menampilkan raut terdistorsi,"tidak membantu sama sekali! Katanya dia Dewa penjaga, namun apa yang dia lakukan?!"
Berbeda dengan Helio yang agak kaget, Athella tetap duduk tegak di kursinya dengan tenang. Sementara Medeia mengepalkan tangannya,padahal perempuan itukira setidaknya akan ada firman tentang pertukaran tubuhnya, tapi malah ini yang dia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERMIND | Helio Tropium
Fanfiction『What if I told you none of it, was accidental?』 - Athella, tanpa diduga memasuki dunia komik favoritnya sebagai gadis bangsawan yang bahkan tak pernah disebut dalam cerita asli! Di sini, Athella berusaha untuk menyelamatkan tokoh favoritnya: Helio...