36. Beberapa Fakta

363 64 14
                                    

"...Kau memanggilku?"

Helio mengerjap.

"Iya," pria itu menyahut, "aku cuma ingin bilang agar kau tak terlalu khawatir."

Athella akhirnya tersenyum, "Terima kasih perhatiannya, Halley."

'Rupanya lebih baik dipanggil begini dibanding Marquess,' pria itu membatin, diam-diam ia merasa seperti ada sesuatu yang merekah di dalam dadanya. Ia memilih mengalihkan pandangan saja dibanding ketahuan melihati Athella dengan wajah merona.

Athella tak menanggapi tindakan lelaki itu, ia sibuk menoleh ke arah jendela sembari tersenyum saja; lumayan bangga juga Helio sekarang bisa memanggilnya dengan namanya langsung, ia seperti melihat perkembangan.

'Ah, apa ini yang dirasakan kakak ketika melihat aku sudah menjadi orang dewasa...?' gadis itu membatin.

[][][]

"Nona Psyche, tolong balas surat saya jika anda membacanya, ada hal yang perlu saya bicarakan.

Dari,
Athella. N."

"Itu isi suratnya?" pria bersurai biru itu berbalik, sementara pelayan itu tetap berada di posisi membungkuknya.

"Benar, Yang Mulia."

"Ha!" Iaros menutup mulutnya yang menampilkan seringai lebar, "itu cukup, kau boleh pergi."

Pelayan pribadinya kemudian melangkah keluar, meninggalkan Iaros sendiri di ruang kerjanya. Tatapan pria itu berubah datar, matanya seolah menerawang udara dengan otaknya yang menampilan beberapa memori.

"Nona Nivallis pastilah sosok yang diberi hak istimewa oleh Dewa."

"Hak istimewa dari Dewa, katanya..." pria itu dipenuhi kesinisan, "apapun haknya, bukankah akan sia-sia juga jika dia bodoh? Mengirim surat dengan lengah begini di tempat yang dipenuhi oleh mata-mataku... dia ini berpikiran apa?"

Lelaki itu sudah tak menyukai Athella sejak pertama ia mendengar namanya disebutkan oleh petinggi kuil, Athella Nivallis katanya adalah sosok yang dimaksud dalam firman Dewa yang rupanya turun beberapa tahun lalu sebagai "penyelamat". Kabar firman Dewa turun ditutup rapat-rapat oleh pihak Kuil, hanya beberapa orang yang mengetahuinya.

"Tapi aksinya yang berusaha mengambil replika yang kutemukan menarik juga," sang pria menaikkan sebelah alisnya, "apa kubiarkan saja kali ini?"

"Toh, jika dia melangkah keluar batas, aku akan langsung memotong kakinya."

{}{}{}

"Ah, dingin..." Athella mendongak; angin lagi-lagi berembus kencang malam ini, ia bersandar di pohon besar di belakangnya sembari mengeratkan balutan jubah yang melapisi gaun tebalnya, "ketika orang-orang malah sibuk tidur nyenyak jam segini, tidak adil sekali rasanya berdiri di tengah-tengah udara dingin."

"...Maafkan saya atas ketidaknyamanannya, ya, Nona Psyche."

Athella menoleh pada gadis bersurai pirang keemasan yang baru saja datang itu, sang gadis terlihat benar-benar ngos-ngosan, yah, wajar sih, ini memang daerah terpencil.

"Huff... huff..." Psyche tak menjawab; masih sibuk mengatur napasnya, matanya yang setengah terbuka menatap Athella yang terlihat diam saja memandanginya, setahu Psyche, gadis di depannya itu tak tinggal di sini, lokasi tempat tinggalnya bahkan lebih jauh, jadi kenapa hanya Psyche yang kelihatannya kelelahan?

"Sudah berapa lama anda di sini?"

"Tak lama juga, mungkin sekitar semenit lebih awal," Athella menjawab, "saya pikir anda akan sampai di sini sejam setelah saya datang, ini benar-benar lebih cepat dari ekspektasi saya. Anda benar-benar tanggap, ya.."

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang