50. Ayo Kita Menikah

467 59 9
                                    

Pengelihatan Helio menyapu berkas-berkas yang berserakan di atas meja, lelaki itu berdeham sesekali. Fokus untuk melakukan semua pekerjaannya dengan cakap. Helio dengar Athella akan melakukan pertemuan dengan Medeia, karena keduanya sama-sama sibuk, yang bisa Helio lakukan hanya menyelesaikan pekerjaannya sebaik dan secepat mungkin lalu datang mengunjungi Athella di malam hari.

"Distribusi gandum sudah di sini ... laporan keuangan daerah County sudah beres ..." dia bergumam-gumam, menyusun berkas adalah sesuatu yang sudah ia biasa lakukan, lelaki itu melirik ke arah jendela yang masih menampakkan matahari; pertanda belum malam, lelaki itu mendecak, "Baron sudah melakukan tugasnya untuk memberi pasokan bahan kayu bakar untuk musim dingin, lalu, ini ..."

Menjadi Kepala Keluarga tanpa ada bantuan banyak kecuali dari Kepala Pelayan tentu saja bukan hal yang mudah, Helio harus mengeluarkan tenaga lebih dibandingkan para kepala keluarga lain yang sudah memiliki pendamping resmi dalam bertugas. Maka dari itu sebenarnya sejak upacara kedewasaan Helio, sudah banyak yang membombardir dirinya dengan tuntutan pernikahan.

Walau memang posisi istri di sini dibutuhkan untuk membantu mengurus kediaman, Helio tak berniat memberikan Athella terlalu banyak pekerjaan. Makanya itu dia bekerja lebih keras dari sebelum-sebelumnya agar saat menikah nanti Athella tak harus membereskan banyak, gadis itu sudah memiliki bisnisnya sendiri dan kadang ikut berpartisipasi dalam kesuksesan keluarga Viscount, Helio tak ingin pernikahannya dengannya malah menambah beban untuk Athella tanggung.

"Tanggal pernikahan bahkan belum ditentukan ..." Helio menggumam, merasa malu sendiri. Namun kemudian lelaki itu mengusir jauh-jauh pemikirannya, ia memangku dagu, "tapi justru lebih baik jika aku sudah menyiapkan semuanya jauh-jauh hari."

'Lagi pula ...' Helio menarik pena, mengguratkan tinta di atas permukaan kertas, 'lebih baik aku siaga begini dibanding nanti kelabakan.'

'Terlalu banyak hal yang telah dan akan terjadi.'

[][][]

"Psyche memiliki kekuatan suci."

Psyche sudah pergi karena wanita itu dikejar waktu, dia berada dalam pengawasan ketat. Walau Iaros sudah bertingkah seolah membuangnya, tak bisa dipungkiri bahwa mata-mata di sekitar Poli masih saja ada.

"Aku baru mengetahuinya setelah membaca surat yang tak sempat kubaca sebelum kami bertukar tubuh. Saat kembali ke tubuh ini, aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk menilik semuanya secara rinci. Karena aku tahu Psyche sempat mati yang menyebabkan tubuh kami tertukar, aku berusaha mencari setidaknya sejejak tanda menyakiti diri, namun di tubuhku tak terdapat banyak luka ..." Medeia mengangkat tangannya, menilik bagian tubuhnya sendiri itu lamat-lamat, "tak ada juga bekas racun."

'Yang kutemukan malah bekas gigitan di bagian pergelangan tangan ...' gadis itu memendam perkataannya barusan dalam batin, 'sampai sekarang aku masih bisa tahu dengan tepat bekas gigitan itu di mana karena merasa jijik ...'

Athella mendengar dan memperhatikan, kemudian gadis itu mengangguk mengerti. Ia menarik napas.

'Kalau begitu, alasan Iaros membalut Poli dengan mata-mata kali ini ...' Athella membatin, matanya menerawang udara, '... ada hubungannya dengan firman itu.'

'Apa dia yakin bahwa sosok yang dimaksudkan dalam firman yang turun nyaris tiga belas tahun lalu adalah Psyche?'

[][][]

"Siapapun sosok yang dimaksud dalam firman itu tak penting," Iaros memangku sebelah pipinya dengan satu kepalan tangan, ia menatapi berkas urusan administrasi Istana untuk perayaan tahun baru, "yang penting bagiku adalah menampilkan sosok yang menurut mereka ada dalam firman."

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang