10. Cerita Masa Lalu

454 92 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Athella sampai di kediaman Viscount, ia mengembuskan napas pelan, matanya menelisik Manor, tempatnya pertama kali saat terlempar ke dunia ini, 2 tahun yang lalu.

Rasanya sudah lama, ya...

Kepala pelayan keluarga Viscount—Josh, mendatangi mereka dan membungkuk, wajah pria itu terlihat betul-betul kelelahan serta suram, Athella menatapnya dalam diam—jelas mengerti apa yang terjadi.

"Di mana ayah?" Asher membuka suara, ia melepas jasnya dan memberinya pada pelayan yang telah bersiap di samping mereka.

"Tuan besar berada di kamarnya, Tuan Muda.." Josh menjawab, wajahnya terlihat benar-benar sendu, "ia baru saja membersihkan dirinya setelah memuntahkan banyak darah."

Hati Athella rasanya teremas setelah mendengar kalimat itu, rasanya ia kembali ke masa menyeramkannya di dunia lama. Tanpa pikir panjang, gadis itu dan kakaknya—Arabella, berjalan dengan cepat ke kamar ayah mereka.

○○○

Saat sampai, Athella dan Arabella mendapati kakak tertua mereka—Anastasia sedang terduduk di sisi kasur sembari beberapa kali mengusap kepala ayah mereka, Anastasia—yang sedang hamil besar menoleh pada keduanya, matanya tampak sembab dan mengantuk.

"Kalian sudah datang?" Anastasia tersenyum tipis, ia segera merentangkan tangannya; disambut oleh Athella dan Arabella yang berhambur ke pelukan kakak tertua mereka—di setiap pertemuan biasanya, mereka akan tersenyum lebar, namun kali ini hanya tangisan senyap mengiringi, "aku dan ayah betul-betul merindukan kalian.."

"Kami juga.." Athella mengangguk menyetujui ucapan kakaknya, tak lama; mereka bertiga melepaskan pelukan Athella menoleh pada ayahnya yang semula tertidur mulai berkedip dan perlahan menyingkap mata.

"Ayah.." panggilan Athella terdengar seperti bisikan, ia berjalan pelan ke arah kasur, saat itu mata ayahnya terbuka—memperlihat matanya yang sudah terlihat menguning dan tak sebercahaya dulu.

"Anak-anak cantik Ayah.." ayahnya mulai tersenyum, ia dengan lemas merentangkan tangannya, "sudah pulang, ya? Ada apa dengan mata yang memerah itu?"

Bibir Athella bergetar, segera, ia berhambur ke pelukan ayahnya, diikuti Arabella yang tangisannya betul-betul pecah, Athella seberusaha mungkin menggigit bibirnya untuk menahan tangis, pelukannya pada ayahnya mengerat.

"Ya ampun.." Simeon; sang ayah, tertawa pelan, ia mengusap lembut rambut kedua anaknya, "tubuh kalian pulang-pulang dari Ibukota sudah semakin tinggi saja, tapi kalian mudah sekali menangis.."

Athella bisa mendengar suara ayahnya yang juga bergetar menahan tangis, itu membuat hatinya semakin sakit—sejak dulu ayahnya selalu begitu, dia selalu saja berusaha menjadi yang paling kuat.

"Kami rindu Ayah.." Athella berbisik, "rindu sekali.."

"Ibumu akan sedih jika mendengar ini," ayahnya berusaha berguyon, tapi Athella malah merasa miris mendengarnya, ayahnya masih saja memikirkam perasaan seorang wanita yang sibuk bermesraan dengan lelaki lain di luar kota, "ya ampun, anak-anak, berhentilah menangis.. Tasie, Bella, Athie.."

Mendengar itu, Anastasia yang memang dari tadi menangis mengusap.air matanya, namun kedua adiknya masih saja berada di posisi yang sama dan kondisi yang sama, Simeon melirik Anastasia—anak sambung yang sudah dia anggap anak kandungnya sendiri dan tersenyum tenang.

"Athie, Bella, contohlah kakakmu, jangan jadi anak-anak cengeng."

"Aku akan tetap menangis," Arabella membalas sembari terisak, "aku tidak mau mendengar Ayah."

MASTERMIND | Helio TropiumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang