"." EmPaT PuLuH SaTu "."

24 1 0
                                    

Happy Reading













      Eira mendongak menatap wajah Alric, sebelum kembali membenamkan wajahnya ke dalam dada bidang Arvino, karna malu dengan wajah sembab nan berantakannya, akibat menangis dalam waktu yang cukup lama.

    Cyra yang mengenali wajah Eira, tampak syok, saat Alric memanggilnya dengan sebutan Ilana, wanita yang begitu Alric cintai setelah ibunya.

   Begitupun Arvino, ia menatap penuh tanya pada Alric, meski kedua tangannya sibuk menenangkan Eira.

   Sedang Fian, ia cukup terpesona dengan wajah Eira yang tetap terlihat cantik meski dalam keadaan demikian.

   "Na! Kamu gapapa?" tanya Alric setelah menekuk satu lututnya, agar sejajar dengan Eira, sembari mengulurkan satu tangan untuk mengusap lembut surai hitam panjang Eira yang di biarkan tergerai.

   "Pergilah! Jangan ganggu aku!" titah Eira yang justru memilih melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Arvino, erat.

    Mendengar itu, Alric tak punya pilihan, selain menyingkir, meski sebenarnya ia enggan. Tapi karna sepertinya yang Eira butuhkan saat ini memang bukan dirinya, melainkan Arvino. Jadi apa boleh buat, ia akhirnya bangkit dan memilih menatap dari dalam mobil saja, bersama Cyra dan Fian.

  "Jadi maksudmu-- Eira itu Putri Keongmu, Al?" tanya Cyra yang memang sejak tadi tampak penasaran.

    "Benar! Eira adalah Ilana, Putri Keong Alric." jawab Fian, setelah melihat Alric tak merespon, karna terlalu fokus menatap Eira dan Arvino, sehingga tak mendengar pertanyaan Cyra.

   "Bagaimana kau bisa tahu?" tatap Cyra pada laki-laki dengan setelan semi formal yang duduk di samping Alric itu.

    "Alric sendiri yang tadi memberitahuku, tepat sebelum kita kemari."

    "Hah? Benarkah?" tanya Cyra memastikan.

   "Iya."

"Apa dia sudah lama mengetahuinya?"

   "Baru sekitar 2 bulanan, katanya."

"Ou begitu. Berarti, sewaktu dia memutuskan hubungannya denganku, dia belum tahu? Dan setelah dia tahu, dia justru memintaku untuk tetap berteman dengannya? Apa itu masuk akal?" ujar Cyra yang kali ini malah dijawab sendiri oleh Alric, yang sebenarnya sejak tadi menyimak, hanya saja fokusnya tertuju pada Eira dan Arvino.

   "Kenapa tidak masuk akal? Jika kenyataannya demikian?"

   "Apa dia yang menyuruhmu?"

"Tidak! Tapi Kenzo lah yang menyuruhku. Karna yang Ilana tahu, aku adalah anak laki-laki yang baik, dan penuh kasih. Meski tak bisa di pungkiri, jika perpisahanku dengannya, membawa dampak buruk dalam hidupku. Ya.. walaupun tetap ada satu hal baik, yang tersisa dalam hidupku. Kalian tahu apa itu?" tatap Alric pada kedua sahabatnya secara bergantian.

   "Apa?" tanya Fian dan Cyra bersamaan, seraya menatap Alric yang kini justru mengulas senyum manis, sebelum memberi jawaban atas pertanyaan mereka.

    "Perasaanku untuknya. Yang tak pernah pudar, namun semakin mengakar, dan sulit dihilangkan."

    Mendengar itu, Cyra akhirnya sadar, jika sampai kapanpun ia tidak akan mampu bersaing dengan Eira, yang berstatus sebagai wanita yang Alric cintai. Meski sebenarnya ia sangat mampu, jika harus bersaing dengan wanita yang menyukai Alric diluar sana.

Insomnia Kiss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang