Sambil menunggu Felix pulang, Fiona duduk diteras rumah sambil menyulam sebuah sapu tangan.
Meskipun tangannya beberapa kali tertusuk oleh jarum, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetal melanjutkan pekerjaannya
'dari pada menganggur', pikir Fiona, sampai terdengar suara sepeda ontel yang mendekat ke arah rumahnya.
Dengan cepat ia menolehkan kepalanya dan, melihat siapa yang tengah mengemudikan sepeda tersebut.
Melihat jika itu bukan suaminya ia kembali lagi melakukan pekerjaannya, sudah beberapa kali ia terus melihat setiap orang yang mengayuh sepeda didepan rumahnya itu, namun hingga sekian lama orang yang ia tunggu tidak juga kunjung menampakan batang hidungnya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan Fiona duduk diteras rumah, ia berniat untuk menunggu suaminya pulang, namun ia terlalu gengsi jika saja sampai Felix tau apa yang ia lakukan itu, jadi ia memutuskan untuk menyulam sapu tangan disini.
Hingga beberapa jam kemudian akhirnya orang yang ia tunggu datang,
"Apa dagangannya laris?" Tanya Fiona menghampiri Felix, jujur saja ia sebenarnya ingin bertanya, apakah suaminya itu lelah ataukah lapar, namun entah kenapa ia sedikit merasa malu untuk menanyakannya
"Ya sangat laris, mungkin setelah ini aku akan pergi ke sungai," kata Felix sambil menurunkan kedua panci besar itu dari sepedanya.
"Untuk apa?, Apa kau tidak berniat untuk makan dulu?" Ujar Fiona secara spontan
"Aku akan makan terlebih dahulu, lalu baru pergi ke sungai," Jawab Felix
"Oh ya, aku juga membelikan mu, roti isi daging dan juga kembang tahu, ambillah dan bawa masuk kedalam." Lanjut Felix menunjuk kresek yang tergantung di sepedanya itu.
"Oke, lalu untuk apa kamu pergi kesungai?, Apa kamu ingin menangkap belut lagi?" Tanya Fiona yang mengikuti Felix dari belakang
"Ya, tadi pagi banyak ibu-ibu yang menanyakan keripik belut."
Mendengar itu dengan bersemangat Fiona bertanya, "apa aku boleh ikut?"
"Boleh, tapi kita harus membuat kesepakatan."
Dengan mengerutukan dahinya Fiona bertanya, "kesepakatan?, Kesepakatan apa?"
"Jangan terlalu banyak bertingkah, dan jadilah patuh." Jelas Felix
Dengan tatapan cemberut Fiona menatap Felix, "memegangnya aku pernah nggak patuh?"
"Nggak tau, tapi sepertinya kamu sering nggak patuh deh." Jawab Felix tanpa melihat kearah Fiona
Dengan kesal tangan kanan Fiona bergerak untuk mencubit lengan Felix, "aku selalu patuh ya, kamu saja yang selalu bikin aku kesal setengah mati."
"Aww, itu sakit." Rengek Felix dengan memegang lengannya
Dengan acuh Fiona menjawab, "biar saja, jika bisa aku akan mematahkan lengan mu itu,"
"Kamu tega pada suami mu ini?" Tanya Felix menatap Fiona dengan tatapan memelas
"Ya, untuk apa aku kasihan pada mu,"
"Sudahlah aku sedang kesal jangan ngobrol dengan ku lagi." Ujarnya dengan kesal pada suaminya.Melihat Fiona yang tengah dalam mode merajuk itu pun membuat Felix mengulas senyuman tipisnya.
"Hey mau kemana?" Tanya Felix
"Bukan urusan mu,"
"aku akan kembali menyulam," jawabnya dengan nada kesal namun tetap menjawab pertanyaan Felix"Kamu Tidak ingin makan kembang tahunya?" Tanya Felix
"Nggak, aku nggak selera makan kalo liat muka mu."
"Ya sudah deh, aku abisin ya,"
"Abisin aja, aku nggak peduli, kalo perlu makan sekalian sama plastiknya," kesal Fiona menghentak-hentakkan kakinya
Felix, pria itu tak lagi menanggapi ucapan Fiona, namun ia mengambil kresek yang diletakkan oleh Fiona di atas meja samping. Dan berjalan menuju dapur.
"Dasar, lihat saja nanti," kasal Fiona sambil memegang jarum sulam nya
Sambil menyulam Fiona tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya pada Felix, oh jangan lupakan bibir wanita itu yang kini sudah mengarah ke depan
"Fiona, makan dulu ni," kata Felix menaruh mangkuk didepan Fiona
"Tidak," jawab Fiona yang masih mempertahankan ekspresi marahnya
"Aku yang salah, jangan marah lagi oke,"
"Siapa juga yang marah, tidak ada gunanya aku marah pada mu"
Felix sendiri sudah kehabisan kata-katanya, ia sendiri tau betul dengan sifat istrinya itu. Tak jauh dari kebanyakan perempuan, Fiona adalah salah satu dari perempuan yang keras kepala dan juga pemarah, meskipun begitu wanita itu tidak akan mengakuinya jika ada seseorang yang bertanya apakah dia marah. Maka dari itu sebagai seorang suami ia harus ekstra sabar dan tau saat dimana istri itu dalam kondisi marah.
"Iya kamu tidak marah, tapi makan dulu, setelah itu baru ikut aku ke sungai."
"Dan sebagai imbalannya kamu bisa menentukan menu untuk makan makan malam kita nanti." Bujuk FelixFiona sendiri menatap Felix dengan tatapan menelisik, "aku tidak bisa kamu sogok hanya dengan kata itu."
Dengan menghelan nafas berat Felix mengatakan, "ya sudah, sekarang kamu mau aku melakukan apa untuk ku?" Tanya Felix dengan pasrah
"Beneran?"
"Iya, selagi permintaan mu masih bisa aku sanggupi maka aku akan melakukannya."
"Baik, aku mau kamu menyanyi untuk ku nanti malam sebelum tidur."
"Ha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomanceSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...