Setelah perundingan masalah tanah beberapa hari lalu akhirnya keputusan akhir untuk lokasinya diputuskan oleh Felix, namun untuk model bangunan rumahnya Felix menyerahkan semuanya pada Fiona termasuk interiornya, meskipun keduanya sedikit berselisih lantaran Fiona yang ingin mempercayakan semua masalah pembangunan rumah itu pada Felix saja.
Felix sendiri sudah menghubungi Agus, untuk membantu Fiona menentukan desain rumah yang wanita itu mau. Agus sendiri dengan senang hati membantu ke-dua pasangan suami-isteri itu bahkan ia sendiri yang akan menggambarkan desain rumah itu.
"Terimakasih yah pak Agus," ujar Fiona dengan sopan.
"Haha tidak masalah, saya senang bisa membantu kalian." Ujar Agus dengan tawanya yang menggema, pria paru baya itu cukup senang lantaran bisa membantu keduanya, waktu itu ia belum bisa membalas kebaikan Felix yang telah menyelamatkan reputasi perusahaanya.
"Oh yah pak, setelah ini jangan pulang dulu, tadi Felix sudah masak agak banyak jadi bapak ikut kami makan siang saja." Ajak Fiona.
"Ya ampun saya jadi sungkan," balas Agus.
"Ku dengar Felix merupakan seorang penjual lauk yang sangat terkenal di sekitar sini,"
"Haha ini keberuntungan ku karena bisa memakan masakan Felix dengan gratis." Lanjut Agus."Bapak terlalu memuji, masakan saya tidak seenak itu kok." Saut Felix.
"Sudahlah tidak perlu merendah, kamu pikir bagaimana aku bisa mendengar tentang masakan mu yang enak itu di setiap sudut daerah sini." Balas Agus.
"Hahaha, aku baru tau kalo banyak yang suka membicarakan hal ini di luar sana." Ujar Felix, ia sendiri tidak menyangka karena dari awal ia memprediksi jika jualannya itu akan sangat laku keras dan banyak diminati dalam waktu lebih dari satu tahun, namun ini baru beberapa bulan saja namun jualan sangat meningkat pesat.
"Lain kali kamu harus melakukan survei di setiap sudut daerah ini, maka kamu akan tau seterkenal apa jualan lauk-pauk mu itu." Balas Agus.
"Memang generasi anak muda sekarang lebih berpikir terbuka ketimbang orang zaman dulu." Lanjut Agus.
"Bapak bisa saja, bagaimanapun kita harus membuat dobrakan baru untuk bisa membuat negara semakin maju." Ujar Felix.
"Kamu benar, aku heran kenapa masih banyak orang yang menganggap seorang pengusaha remeh," balas Agus yang setuju dengan pendapat Felix.
Kedua orang itu cukup memiliki banyak topik untuk dibahas, bahkan saat makan pun kedua juga tidak berhenti bicara, Fiona sendiri tidak masalah, lagi pula ia bisa menyimak pembicaraan keduanya, hitung-hitung ia bisa menambah wawasan. Cukup asik mengobrol akhirnya salah satu karyawan Agus menelfon dan mengingatkan jika pria itu masih ada rapat yang harus ia hadiri.
Di sore harinya Felix mengajak Fiona untuk menikmati suasana, sudah lama keduanya tidak berjalan-jalan seperti sekarang lantaran keduanya lebih memilih untuk duduk dan merebahkan dirinya dirumah.
"Felix ayo beli kue di toko yang waktu itu kita datangi." Ajak Fiona.
"Aku ingin kue stroberinya." Lanjutnya.
"Baiklah ayo pergi, aku juga merindukan roti keringnya juga." Balas Felix dan langsung mengayuh sepedanya menuju toko kue favorit keduanya.
"Oke lets go," saut Fiona dan mengepalkan tangannya lalu mengatakannya ke atas dengan semangat.
Tak lama keduanya telah sampai didepan toko kue mini yang kebetulan toko kue itu tidak terlalu jauh dari kontrakan milik mereka mungkin jarak tempuhnya hanya sekitar 6 sampai 7 menit saja.
"Ayo masuk," ajak Felix setelah memarkirkan sepeda ontelnya.
"Kamu saja yang masuk dan belikan untuk ku, aku ingin beli batagor duku di sana." Ujar Fiona dan menunjuk tukan batagor yang berada didepan toko kue mini itu.
"Kamu beli kuenya dan aku akan beli batagornya, oke." Lanjutnya, Felix sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang doyan makan itu.
"Baiklah, tapi kalau sudah selesai jangan keluyuran, dan langsung kembali kesini lagi." Balas Felix memperingati.
"Iya-iya lagian juga jaraknya nggak jauh kan, ini aja nggak sampai 1 meter." Saut Fiona.
"Baiklah kalau gitu aku beli kuenya dulu." Balas Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomanceSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...