baikan

2.6K 178 4
                                    

Setelah kejadian di jalan tadi, akhirnya pada pukul 11.25 menit mereka tibah di rumah sakit kabupaten. Meskipun sampai sekarang mood Fiona belum kembali, Felix tetap berusaha untuk membuat istrinya itu kembali tersenyum.

"Ayo makan dulu, sebelum periksa," ajak Felix, Fiona sendiri tidak memberikan respon yang berlebihan ia hanya mengangguk dan berjalan mendahului Felix ke tempat terakhir kali mereka pernah makan disini.

Dengan menghelan nafas berat, Felix berjalan mengikuti Fiona, 'akan lebih baik, jika ia harus membersihkan kotoran sapi, dari pada didiami oleh istrinya itu'

"Fio, Kamu ingin makan apa?, Apa kamu ingin makan sup iga sapi, atau nasi krawu mungkin, oh atau apa kamu ingin makan nasi bebek, atau..."

"Sayur kangkung dan telur dadar saja." Balas Fiona cepat, entahlah hari ini ia sangat marah dengan Felix.

"Baiklah duduklah, aku akan segera memesankan makannya untuk mu."

Melihat Felix, yang menjauh ada rasa kasihan dan juga marah yang masih hinggap dihatinya. Dalam hatinya ia berpikir, 'untuk apa aku harus marah dengannya, semua hal yang mereka bilang belum tentu benar, lagi pula apa yang Felix katakan tadi juga ada benarnya, ia lupa makan hanya karena memikirkan omong kosong ibu-ibu penggosip itu, bukankah setiap hari Felix akan terlebih dahulu menanyai tentang dirinya' Felix jarang membahas soal anak mereka, jika pun laki-laki itu membahasnya, itu pasti hanya sekedar untuk menakutinya, atupun mengancamnya.

"Apa aku salah?" Monolognya dengan menatap ke arah Felix yang telah mengambil no antriannya.

"Tunggu beberapa saat lagi, sebenarnya lagi pesanan kita akan diantar." Ujar Felix setelah duduk dihadapan Fiona.

"Aku tadi memesankan mu es kelapa muda, pemilik disini bilang, jika es kelapa muda mereka sangatlah enak." Ujar Felix yang berusaha mencari topik, agar istrinya itu tidak hanya diam saja.

"Apa kamu ingin, minum yang lainya?, Atau apa kamu ingin tambah lauknya?" Lanjutnya

"Tidak itu saja sudah cukup," balas Fiona, tanpa melihat ke arah Felix, ia merasa bersalah, namun berbeda dengan isi hati Fiona, otak Felix malah berfikir jika istrinya itu sudah tidak mau melihatnya lagi.

"Sungguh?, Apa kamu tidak ingin yang lain?"

"Tidak, itu saja sudah cukup."

Dengan ekspresi cemberut Felix menopang dagunya dan menatap ke arah Fiona, "sayang, apa kamu masih marah?"

"Aku tau kalau aku salah, tapi kamu juga jangan mendiami ku terlalu lama," lanjutnya.

"Siapa yang marah, aku hanya malas berbicara." Balas Fiona cepat.

"Itu sama saja, kau marah dan kau malas berbicara dengan ku."

"Aku tidak marah,"

"Bohong, buktinya kau sama sekali tidak mau melihat ku."

"Sudah kubilang jika, aku tidak marah pada mu, aku hanya malas berbicara," balas Fiona dan menatap ke arah Felix.

"Sungguh?"

"Ya, sudahlah jangan ngomong lagi, aku malas."

"Apa aku boleh duduk disebelah mu?" Tanya Felix secara spontan, ia sendiri juga tidak tau mengapa kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.

Dengan syok Fiona, "Hah?"

Apa pria didepannya ini suaminya,  atau mungkin pria ini bukanlah manusia, melainkan sesosok hantu yang mengubah wujudnya. Bukankah beberapa detik lalu pria ini membujuknya untuk tidak mendiaminya, lalu tanpa sebab pria ini meminta duduk disampingnya.

"Tidak boleh ya, ya sudah,"

"Duduk, ya tinggal duduk, lagi pula ini adalah tempat umum, kau bisa duduk dimana pun." Balas Fiona ketus, namun meskipun ia membalas Felix dengan ketus, pria itu tidak akan sakit hati bukan.

"Baiklah," setelah mengatakan itu, dengan cepat Felix berpindah posisi dan duduk samping Fiona, tak hanya itu pria itu pun memegang lengan Fiona, layaknya seorang anak yang di ajak pergi ke pasar oleh ibunya.

Fiona sendiri sudah tak habis fikir dengan kelakuan Felix, ia hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah, ditengah tatapan beberapa pengunjung warung, yang terus berdatangan karna telah mendekati waktu makan siang.

kehidupan kedua milyaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang