Kejadian tak terduga yang tak pernah terfikir dalam benak Felix, saat dimana ia bisa bertemu dan juga berinteraksi kembali dengan ibunya, pria itu sungguh tak menyangka bisa mendapatkan momen seperti ini di kehidupan keduanya, pria itu masih ingat saat dimana dikehidupan pertamanya dulu saat namanya sudah dikenal di pelosok daerah ataupun manca negara, ia tidak pernah sekalipun bertemu dengan kedua orangtuanya, bahkan mendengar kabar dari orang tuanya pun Felix tidak pernah.
"Kamu tinggal di sekitar sini?" Tanya Diana, nama ibu dari Felix.
"Yah," jawab Felix singkat jujur saja ia masih canggung dengan ibunya sendiri, bagaimanapun ia sudah lama tidak berinteraksi dengan ibunya dalam kurun waktu yang lumayan lama.
Mendengar jawaban itu Diana hanya mengulas senyum tipis, bukan senyuman yang didasari oleh kebahagiaan namun senyuman yang didasari oleh rasa kecewa akan dirinya sendiri, andai saja dia bisa mengulang waktu dia sudah pasti akan melakukannya, bahkan jika ada syarat yang harus ia lakukan, ia tidak akan ragu untuk melakukannya. Namun seperti kata orang, 'penyesalan pasti akan datang diakhir,'. Kata-kata itu sangat pas untuk dirinya saat ini.
"Beberapa waktu lalu mama sempat berkeliling di sekitar daerah ini," ujar Diana, wanita paru baya itu kini sedang berusaha untuk mencari topik pembicaraan dengan sang anak.
Felix yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya, itu tidak merespon lebih jauh pembicaraan sang ibu, bukan karena tak suka hanya saja dia tidak tau harus membalasnya seperti apa.
"Tempat ini lumayan ramai dengan penjual makanan khas daerah, orang-orang di sini juga cukup ramah," lanjut Diana.
Sementara itu disini lain Fiona yang tengah berada di depan pintu kontrakannya guna membuang sampah melihat suaminya dari kejauhan yang menampilkan ekspresi wajah sedih dan sedikit linglung pun mengerutkan keningnya.
"Kenapa dia?" Monolog Fiona, ia ingat saat berpamitan dengannya sebelum pergi tadi pria itu masih sangat aktif dan penuh ekspresif, dan lagi tidak biasanya pria itu pulang dalam keadaan seperti itu, bahkan hampir setiap hari Felix akan pulang dengan senyuman khasnya, tak jarang pria itu berlari kecil untuk segera sampai ke kontrakan.
Dengan segera wanita itu menaruh pelastik sampahnya di tong sampah yang tersedia didepan kontrakan dan berjalan secara perlahan ke arah sang suami.
"Felix," panggil Fiona saat jarak keduanya hampir dekat.
Felix sendiri langsung tersadar akan kehadiran sang istri dengan cepat pria itu segera menghampiri istrinya, "kenapa keluar?, Apa kamu memerlukan sesuatu?"
Fiona menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Felix tersebut, "kamu kenapa?, Ada masalah?"
"Nggak ada," jawab Felix.
"Nggak usah bohong, jelas-jelas tindakan mu saja sudah mencerminkan jika kamu sedang ada masalah," balas Fiona.
"Aku benar-benar.."
"Ngomong di dalam aja, ceritain baik-baik dan jangan coba buat nutupin sesuatu dari ku." Potong Fiona dan menarik Felix untuk masuk ke kontrakan mereka.
Namun Felix menghentikan langkah Fiona, "Fio, ada ibu ku,"
Mendengar itu Fiona langsung menghentikan langkahnya dan menghadap kembali ke arah Felix, "ha?"
"Dia ibu ku," ujar Felix dan mengalihkan tatapannya kearah Diana sekilas.
Fiona sendiri mematung, dia tidak tau harus merespon seperti apa karna seolah-olah otaknya itu berhenti berfungsi selama beberapa saat.
"Halo," sapa Diana melambaikan tangannya kearah Fiona dengan senyum simpulnya.
"Halo," balas Fiona dengan kaku dan sedikit membungkukkan badannya.
"Jangan membungkuk," larang Felix.
"Yah, jangan terlalu sungkan nak," ujar Diana dan mendekatkan dirinya kearah Fiona.
Fiona, wanita itu sekarang benar-benar syok dengan kejadian yang menimpanya sekarang, bagaimana tidak syok sejak ia menjadi istri Felix, Fiona sama sekali tidak pernah bertemu dengan salah satu dari keluarga suaminya itu, bahkan wanita itu mengira jika suaminya itu adalah anak yatim-piatu, namun semua pikiran itu sekarang bagaikan sebuah tamparan untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomanceSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...