"Sayang, nanti Rian akan datang kesini untuk membawa barang-barang kita," ujar Felix memberi tahu.
"Oke, kira-kira jam berapa Rian akan datang kesini?" Jawab sekaligus tanya Fiona.
"Kurasa setengah enaman nanti, jangan mengangkat barang-barang yang berat, serahkan itu pada Rian, mengerti?" Ujar Felix memperingati.
"Aku mengerti, lalu apa kamu akan pulang seperti biasa?" Tanya Fiona, sangat tidak nyaman jika hanya ada dia dan Rian dirumah nanti, Rian sendiri merupakan teman masa kecil Fiona, saat mereka beranjak remaja Rian mulai menunjukkan rasa sukanya pada Fiona, hingga tanpa memberi tahu Fiona, pria itu datang kerumah dan melamarnya, namun pria itu ditolak mentah-mentah oleh ibu Fiona, dengan makian dan juga sikap kasarnya, Fiona sendiri merasa tidak enak dengan pria itu, meskipun dia tidak menyukai Rian, namun pria itu pasti akan selalu membantunya saat dia mengalami kesulitan, sejak saat itu Fiona mulai menjauhi Rian dan sebisa mungkin menjaga jarak saat mereka tidak sengaja bertemu.
"Em, aku akan pulang seperti biasa, jaga dirimu baik-baik dirumah dan tunggu suami mu ini pulang oke." Balas Felix.
"Ya sudah aku berangkat dulu, sampai jumpa." Lanjut Felix.
"Hati-hati dijalan, semoga jualan mu cepat habis." Balas Fiona dan melambaikan tangannya.
"Semo saja kamu pulang lebih cepat." Monolog Fiona pelan sambil melihat kepergian Felix.
Setelah penglihatan Fiona sudah tidak bisa menjangkau Felix, wanita itu segera masuk kedalam rumah dan mulai mengangkat beberapa barang menuju ruang depan, agar memudahkan Rian untuk membawanya sekaligus agar dia tidak berlama-lama dengan pria itu. Dengan sesekali menghela nafas Fiona merasa jika perasaanya tidak menentu, disatu sisi dia tidak ingin melihat Rian ada dihadapannya disisi lain ia juga ingin bertemu dengan Rian dan meminta maaf atas apa yang ibunya perbuat dulu.
Tanpa sadar jika matahari mulai memunculkan dirinya hingga sebuah ketukan menghentikan aktifitasnya.
Tok
Tok
Tok
"Permisi, Fiona." Ujar suara itu dengan tiga kali ketukan di pintu.
Yap meskipun dia berusaha untuk menghindar namun ada kalanya mereka harus dipertemukan dan diharuskan untuk berinteraksi, dengan mengehelan nafas berat Fiona menjawab, "iya tunggu sebentar."
Dengan perlahan Fiona membuka pintu rumahnya dan memperlihatkan seorang pria dengan badan tegap gagahnya, serta kulit sawo matang yang menjadi daya tarik tersendiri pada diri pria itu.
"Pagi Fio," sapa orang tersebut yang tak lain adalah Rian.
"Pagi," ujar Fiona menjawab sapaan Rian dengan sedikit kaku, bagaimanapun mereka sudah lama tidak berinteraksi.
"Oh ya, suami mu kemarin menyuruhku kesini untuk membawa beberapa barang untuk pindahan." Ujar Rian, ia tau jika teman masa kecilnya ini agak sedikit gugup didepannya.
"Em, ya kemarin dia sudah bilang, barang-barangnya ada di ruang depan, kamu tinggal membawanya ke becak mu." Ujar Fiona memberi tahu.
"Diruang depan, seingat ku kemarin Felix mengatakan jika aku harus mengambilnya di dalam kamar." Ujar Rian mengingat apa yang Felix katakan, kemarin malam Felix mengatakan jika barang-barang yang dibawa tidaklah banyak dan semua barang itu ada dikamar, pria itu juga berpesan untuk tidak mengijinkan Fiona mengangkat apapun, karena wanita itu sedang hamil, bahkan kemarin malam Felix terus saja mewanti-wanti nya untuk hal itu, tidak peduli barang itu berat atau tidak jangan membiarkan Fiona mengangkatnya.
"Apa Felix sudah memindahkannya tadi pagi?" Tanya Rian untuk memastikan, bagaimanapun Felix sudah membayarnya sebag seorang penyedia jasa harusnya dia bisa melakukan apapun untuk pelanggannya.
Mendengar itu Fiona langsung mengatakan, "aku yang memindahkannya,"
"Fiona, sejak dulu kau selalu saja seperti ini, tidak mendengar omongan orang lain, kamu sedang hamil seharusnya kamu memperhatikan anak mu itu, jangan melakukan pekerjaan berat." Ujar Rian menatap Fiona dengan tatapan yang rumit, hatinya agak sakit saat mengatakan jika orang yang ia cintai hamil, namun itu bukan anaknya, tapi mau bagaimana pun, ia sedikit bersyukur karena setelah sekian lama ia bisa mengobrol kembali dengan orang yang menjadi pujaan hatinya itu.
"Tidak berat hanya beberapa barang saja, sudahlah jangan diperpanjang lagi." Balas Fiona, jujur saja sekarang wanita itu ingin sekali meminta maaf pada Rian, namun mulutnya seakan keluh saat ingin mengatakan kalimat itu.
"Baiklah kalau begitu, kamu bisa mengawasi ku, jika ada barang yang tertinggal." Ujar Rian dengan sedikit senyuman dibibir nya.
"Em," balas Fiona singkat.
Rian sendiri langsung membawa barang-barang yang sudah ada di ruang depan naik ke becaknya, dengan sesekali melihat kearah Fiona Rian membatin, 'apa kamu sudah bahagia dengan pilihan mu?, Sepertinya sudah, lihatlah badan mu yang kurus dulu dan sekarang yang sudah gemuk, kulit mu juga menjadi lebih halus'
"Seandainya kita bisa bersama, aku pasti akan sangat bahagia" monolog Rian pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomansaSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...