Warning!!
Kalo ada yang taypo atau kalimat yang nggak sesuai sama dialog sesudah ataupun sebelumnya langsung tandain aja.
.......
Sesampainya Felix di warung pria itu melambaikan tangannya kepada beberapa pembeli yang sudah ada disana, "pagi semua"
"Pagi," balas beberapa orang.
Setelah menyapa mereka l, Felix berjalan menuju dapur untuk membantu beberapa karyawan memasak, tidak lupa ia memakai apron untuk melindungi bajunya agar tidak terkena noda.
"Pagi pak," sapa salah satu karyawannya yang baru menyadari kehadiran Felix disini.
"Pagi," balas Felix dengan senyumannya.
Melihat bosnya yang tersenyum lebar seperti itu membuatnya bertanya, 'ada apa dengan pria ini?'.
"Tumben pakek apron mas, biasanya juga langsung aja masak?" Tanya karyawan pria tersebut.
"Nggak papa, emangnya nggak boleh?" Jawab sekaligus tanya Felix.
"Ya boleh-boleh aja sih, cuman kan tumben aja." Ujar karyawan yang bernama Ardi itu.
"Sudahlah kamu itu tidak akan tau jika saya mengatakannya." Balas Felix yang sepertinya mengundang beberapa karyawan lain untuk bertanya.
"Lah kok nggak bakal tau, kalo dijelasin nanti kita juga bakal tau kok." Saut Fajar yang juga seorang karyawan disana.
"Sudah kubilang kalian tidak akan mengerti dengan apa yang saya katakan." Ujar Felix, jujur saja pemuda itu ingin mengundang banyak pertanyaan di antara para karyawannya, selain karena ingin pamer dia juga ingin mengejek para karyawannya yang masih belum menikah.
"Apalah mas Felix ini, biasanya juga kalo masak langsung aja serampangan, tiba-tiba sekarang menjelma kayak chef aja, mana rapi lagi tampilannya," ujar Ardi yang langsung disetujui yang lain.
"Ho'o, bikin penasaran aja." Ujar Dika setuju.
"Kalian saja belum menikah, mana paham dengan apa yang akan saya katakan." Saut Felix yang langsung ditatap nanar oleh para karyawannya.
"Terserah masnya deh, kalo bahas soal ginian pasti mau pamer." Balas Dika yang sudah hafal dengan kelakuan Felix.
"Siapa yang pamer, kalian saja yang sirik." Ujar Felix membela diri.
"Sudahlah nggak usah cari alasan,. masnya mau pamer apa?" Balas Dika yang malas mendengar ucapan bosnya jika sedang dalam mode pamer seperti ini.
"Nggak pamer apa-apa." Saut Felix dengan polos.
"Tapi kalian tau nggak istri ku membuat kan ku baju ini."lanjutnya yang langsung ditatap kesal oleh para karyawannya.
'orang gila mana yang bisa memamerkan hal-hal kecil seperti ini.' batin Ardi menggelengkan kepalanya.
'yap setelah pamer disuapi, dipijat, dan dicium, sekarang terbitlah diberikan baju, besok apalagi yang akan dipamerkan?' Batin Fajar yang juga heran dengan pemikiran bosnya itu.
"Romantis banget kan, mana dia menjahitnya sendiri lagi," lanjut Felix dengan senyuman bodohnya.
"Astaga, bagiamana bisa aku memiliki istri yang sempurna sepertinya, aku tidak tau kebaikan apa yang sudah aku lakukan di kehidupan ku dulu, sampai tuhan memberkati ku untuk mendapatkan istri yang sempurna." Kata Felix yang membuat karyawannya muak, bagaimana tidak muak, setiap kali ingin pamer Felix selalu mengatakan hal itu pada mereka, bahkan entah yang sudah keberapa kalinya mereka mende kalimat itu keluar dari mulut bosnya.
"Haha, mungkin saja karena mas, tidak sengaja mengadopsi orang gila dipinggir jalan." Balas fajar 'saking gilanya makannya jadi nular' lanjutnya didalam hati.
"Yah aku setuju dengan mu, mungkin saja itu beneran terjadi di kehidupan mas Felix dulu." Ujar Dika setuju.
"Apalah, apa kalian tidak bisa memikirkan perbuatan baik yang layak mendapatkan anugrah ini," kesal Felix mendengarnya.
"Lah, nolong orang itu pahalanya gede, makanya mungkin aja kan karena itu mas bisa dapet istri kayak mbak Fiona." Saut Dika.
"Ya tapi nggak nolong orang gila juga kali." Balas Felix.
"Sudahlah kalian ini tidak akan mengerti perasaan pria yang sudah memiliki istri seperti ku ini," lanjutnya.
"Ya nggak bakal ngerti, yang ngerti perasaan mas mungkin cuman mbak Fiona aja," balas Ardi.
"Dari pada disini mending masnya pulang, nemenin mbak Fiona dirumah, kalo gitu kan nanti baju mas juga nggak bakal kotor kan?" Usul Dika, bukan tanpa sebab dia mengatakan itu, namun dia tidak ingin setengah harinya hanya akan mendengarkan Felix membicarakan hal yang sama.
"Ide bagus itu, kalo gitu aku juga bisa beli hadiah dulu untuk istriku sebelum pulang." Balas Felix dengan semangat.
"Iya bener tuh, pulang aja mas, mas nggak usah khawatir urusan diwarung, nanti kita beresin semua." Saut Ardi.
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
Roman d'amourSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...