ibu-ibu

1.9K 130 0
                                    

Seperti apa yang dikatakan oleh Felix tadi, kini pasangan suami-isteri itu segera berangkat menuju kabupaten pada pukul 09.10, beberapa penduduk desa mungkin sudah terbiasa dengan Felix yang akan mengajak Fiona pergi, namun para penduduk desa itu tidak pernah berhenti untuk menggosipkan mereka.

"Hei Fiona, Felix," sapa salah satu ibu-ibu yang duduk dibawah pohon beringin di dekat gapura desa.

"Apa kalian akan berpergian lagi?" Tanya ibu-ibu itu.

"Kami akan pergi ke kabupaten." Jawab Felix berusaha menunjukkan rasa ramahnya.

"Waw, kalian berdua sering sekali pergi kesana, apa ada hal yang menyenangkan disana, bahkan saat kalian pulang dari sana kalian tidak pulang dengan tangan kosong." Saut ibu-ibu lain, ibu ini sendiri merupakan tetangga Felix yang berada disamping rumah, sebagai tetangga Felix bukankah dia berhak untuk mendapatkan sesuatu, bagiamana pun rumah mereka dekat namun setiap kali pasangan itu memiliki sesuatu mereka tidak pernah berbagi dengannya.

"Ya, kita hanya membeli beberapa peralatan rumah tangga dan juga beberapa keperluan lainnya." Balas Fiona, ia tahu motif tersembunyi apa yang dimiliki wanita ini, jadi sebisa mungkin Fiona akan membalas semua ucapannya dengan apik.

"Oh ya, apa saja yang sudah kalian beli di kota, apa kalian membeli bahan makan juga disana?" Tanya ibu-ibu kembali.

"Setiap hari aku bahkan sering mendengar suara penggorengan dari rumah kalian, mungkin aku mendengarnya lebih dari 3 atau 4 kali sehari." Lanjutnya.

"Ya Tentu saja kamu akan mendengarnya seperti apa yang kamu tau beberapa hari ini Felix tengah berjualan lauk, jadi sangat wajar jika kamu sering mendengarnya bukan?" Ujar Fiona.

"Benarkah, aku kira setiap waktunya makan kalian akan membuat hidangan baru untuk dimakan." Saut ibu-ibu itu kembali, bahkan jika mereka memasak hidangan untuk dijual bukankah seharusnya mereka berdua berbagai dengan orang sekitarnya.

"Haha, itu sangat boros, oh ya kami akan segera pergi, semoga hari kalian semua indah." Ujar Fiona.

"Ayo Felix, jika kita terlalu lama diperjalanan kita akan terbakar sinar matahari." Ajak Fiona, Felix sendiri tidak terlalu banyak omong setelah mendengar itu Felix langsung berpamitan dengan ibu-ibu itu.

Mungkin beberapa ibu-ibu disana tidak terlalu peduli dengan kehidupan pasangan muda itu, namun masih ada beberapa orang yang tidak menyukainya.

"Kalian lihat sendiri kan, hanya karena suaminya sekarang peduli dengannya Fiona semakin besar kepala dan bersikap sombong." Ujar Tuti, tentang sampai rumah Felix.

"Bukankah sifatnya sama saja, dari dulu Fiona selalu seperti itu bukan, bahkan bisa dibilang Fiona itu lebih tegas dalam hal apapun dibandingkan suaminya." saut Diana, Diana sendiri sudah lama mengenal Fiona, mereka berasal dari desa yang sama.

"Iya benar apa yang dikatakan oleh Diana, selain itu sangat wajar kan jika Felix peduli dengan istrinya toh mereka sebentar lagi akan memiliki seorang anak." Ujar Uus, yang tadi menyapa Felix dan juga Fiona.

"Huh, mungkin karena anaknya belum diketahui jenis kelaminnya Felix bisa baik padanya, namun jika yang lahir adalah anak perempuan apa Felix masih akan peduli dengan Fiona." Saut ibu lain yang bernama Dini.

"Benar itu, selain itu jika anak pertama seorang perempuan dimasa depan akan sulit untuk mencarikan suami untuknya, anak pertama harus diberikan mahar yang cukup tidak peduli laki-laki atau perempuan, namun jika dimasa depan Fiona hamil lagi dan memiliki anak laki-laki, itu akan sangat merepotkan, bagaimana pun mereka harus menyiapkan rumah untuk anak laki-lakinya tinggali bersama dengan istrinya, selain itu jika anak perempuan menikah ia sudah tidak lagi menjadi milik orang tuanya ia akan menjadi keluarga orang lain." Saut Tuti.

"Sudahlah kamu hanya kesal kan karna mereka tidak berbagi sesuatu dengan mu, jangan pedulikan urusan orang lain, selain itu saat mereka mengalami kesulitan kita juga tidak membantu mereka, untuk apa sekarang kita mencampuri urusan mereka."  Ujar Diana.

"Siapa juga yang kesal, aku punya uang jadi aku bisa membeli apapun yang aku mau, untuk apa aku menunggu orang lain memberikan sesuatu untuk ku."

kehidupan kedua milyaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang