"Waw, disini pemandangannya sangat bagus sekali," girang Fiona, setelah tiba di gapura tempat bukit kapas.
Yap sesuai dugaan Felix, mood Fiona akan langsung berubah saat tiba disini, istrinya itu sangat menyukai pemandangan indah, meskipun itu masih akan tetap kalah dengan makanan. Wanita itu seakan lupa tentang apa yang dia katakan tadi, kini mulutnya terus saja berceloteh melihat pemandangan sekitar.
"Tunggu disini aku akan memarkirkan sepedanya dulu," U
jar Felix memperingati Fiona agar tidak pergi dari pandangannya."Oke, cepat sedikit aku ingin segera pergi kesana." Balas Fiona menggagukan kepalanya, lalu menunjuk salah satu penjual makanan ringan, yakni keripik.
"Oke-oke,"
Tak lama setelah memarkirkan sepedanya Felix langsung menghampiri Fiona, dan langsung bertanya, "kemana dulu kamu akan pergi?"
"Kesana, aku ingin makan keripik bayam." Jawab Fiona dengan penuh semangat.
Dengan menggagukan kepalanya, dan mengulurkan tangan kanannya Felix menjawab, "Oke, ayu kesana."
Fiona, wanita itu dengan segera menerima uluran tangan Felix dan menarik pria itu untuk segera menuju ke stan penjual keripik bayam tersebut.
"Bu berapa harga keripik bayam ini?" Tanya Fiona saat sudah berada di stan tersebut.
"Oh, itu murah nak, sebungkus hanya 2 ribu 5 ratus saja." Jawab ibu-ibu penjual itu.
"Baiklah, berikan aku 4 bungkus." Ujar Felix, dan segera mengeluarkan uang untuk membayar keripik bayam itu.
Mendengar itu Fiona langsung, tersenyum kearah Felix dan segera mengucapkan, "terimakasih,"
"Tidak masalah, selagi kamu suka aku akan memberikannya pada mu." Balas Felix membalas senyuman manis istrinya.
"Ini keripiknya, jangan sungkan membeli kesini lagi jika kalian berkunjung ke bukit kapas ini." Ujar bibi penjual itu dan menyerahkan kantong plastik berisi keripik bayam.
"Tentu, kalau begitu kami permisi dulu ya Bu." Balas Fiona, lalu berpamitan dengan bibi penjual itu.
"Iya, hati-hati, semoga hari mu menyenangkan." Balas bibi itu.
"Terimakasih Bu." Saut Fiona lalu segera pergi bersama Felix.
"Sayang, aku pergi ke sana dulu, mumpung rumah botol cinta tidak terlalu banyak pengunjung," Ajak Felix, yang melihat kerumah botol cinta.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan disana, apa kita membuat botol lalu meninggalkannya disana, sebagai kenangan jika kita pernah pergi ke sini?" Tanya Fiona penasaran.
"Tidak, nanti kita tinggal membeli 2 botol kaca disana, lalu pihak rumah botol cinta akan memberikan kita beberapa warga cat, serta 4 kertas, setelah itu kita akan menghias botol kaca itu, dan menulis surat rahasia tentang pasangan kita, setelah itu kita akan meninggalkan disini 1 dan membawa pulang 1, lalu jika kita sudah punya banyak anak nanti ataupun saat kita sudah lanjut usia kita akan membukanya, untuk mengetahui perasaan kita masing-masing saat ini." Jelas Felix panjang lebar.
Fiona sendiri langsung bersemu, membukanya dan membacanya bersama, apa hubungan mereka bisa langgeng sampai saatnya tiba nanti.
"Bagiamana, ayo kesana, tadi saat di jalan kamu setuju untuk melakukan itu."
Setelah berpikir lama akhirnya Fiona menyetujuinya, "oke,"
'Toh, suatu saat nanti mereka akan melupakan tentang botol itu," pikir Fiona.
Setelah mendengar jawaban Fiona, Felix langsung mengajak Fiona untuk segera menuju ke rumah botol cinta.
"Selamat datang di rumah botol cinta," Ujar penjaga rumah botol cinta.
"Mari saya antarkan, ke meja pembelian." Lanjut penjaga itu.
Dengan menganggukkan kepala keduanya mengikuti penjaga rumah botol cinta itu.
"Setelah ini, kalian tinggal datang ke meja pembelian dan dan mengambil cat dan kertasnya di sebelah kiri meja penjualan." Jelas penjaga itu.
"Baik, karna sudah sampai disini, saya pamit undur diri terlebih dahulu." Lanjut penjaga rumah botol cinta itu.
"Baik pak, terimakasih sudah menunjukkan arah." Balas Fiona.
"Tentu sudah tugas saya." Saut penjaga itu dan segera pergi.
Segera setelah penjaga itu pergi Felix dan Fiona langsung membeli dua botol dan mengambil peralatan lainnya. Setelah diarahkan ke tempat duduk yang berada didalam sana kedua pasangan itu segera memulai kegiatannya, dengan khusyuk keduanya menggambar dan juga menulis perasaan mereka satu sama lain, tak jarang keduanya kerap beradu pandang saat melakukan itu semua.
"Aku sudah selesai," ujar Fiona yang sudah menggulung kertasnya.
"Tunggu sebentar, aku juga hampir selesai." Balas Felix dan langsung mengulung kertasnya.
Setelah keduanya selesai, mereka langsung memasukkan kertas ke dalam botol, dan segera menuju ke tempat pembelian botol tadi.
"Kak kami sudah selesai," ujar Felix.
"Oke, aku akan antar kalian untuk menaruh botol milik kalian." Ujar penjual itu.
Rumah botol cinta memiliki 4 ruangan, ruangan pertama digunakan untuk lobby antrian, saat banyak pengunjung, ruangan kedua digunakan untuk meja pembelian dan juga tempat para pengunjung melukis dan menulis surat mereka, lalu ruangan ke tiga digunakan untuk menaruh botol kaca milik pengunjung, dan ruangan paling akhir digunakan untuk para pekerja beristirahat.
Dengan takjub Fiona memandang deretan botol kaca yang tersusun rapi diruang itu, "waw disini sangat bagus."
"Felix lihatlah gambaran-gambaran yang terdapat di botol-botol itu." Lanjutnya.
"Yap, setiap pasangan bisa memadukan skill menggambar mereka, meskipun nampak aneh atupun bagaimanapun itu, itu adalah hasil kerja keras mereka." Balas Felix.
"Baik pak, buk, kalian bisa menaruh botol kalian disini." Ujar pegawai itu dan, menunjukkan rak yang tersusun di tengah.
Segera Fiona langsung menaruh botolnya ke tempat yang sudah diberitahukan oleh pegawai itu.
"Disini juga menyediakan jasa foto, jika kalian ingin mengabadikan momen, kalian bisa berfoto disini, hanya tinggal membayar 10 ribu saja kalian bisa mendapatkan 5 foto." Ujar pegawai itu.
Felix sendiri langsung menatap kearah Fiona, "sayang, ayo berfoto."
"Kamu ingin?" Tanya Fiona.
"Tentu, saat dirumah nanti kita bisa menyimpannya di album foto dan melihatnya setiap hari."
"Baiklah ayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomantiekSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...