Tak terasa akhirnya hampir 2 jam sudah Fiona menjahit pakaiannya, dengan menghelan nafas lega ia mengangkat baju itu dan membentangkannya, "akhirnya, tinggal memasang kancing dan membenarkan kerahnya saja."
"Semoga saja dia suka, tapi dalam rangka apa aku memberikan ini untuknya?" Lanjutnya dengan bertanya dan menatap kearah Felix yang masih tidur.
"Lalu apa yang akan aku katakan padanya nanti, ehem, Felix kemarin aku membuatkan mu baju, apa kamu ingin mencobanya?, Ah tidak-tidak." Ujarnya dengan cepat dan menggelengkan kepalanya.
"Felix, saat aku membuat baju waktu itu, aku memiliki banyak sisa kain, jadi aku juga membuatkan mu baju, itu terdengar seperti aku tidak tulus." Lanjutnya dan kembali memikirkan kata-kata apa yang cocok untuk memberikan baju ini.
"Akh, sudahlah pikiran saja nanti, yang penting aku sudah bekerja keras membuatnya, pokoknya mau tidak mau dia harus memakainya," ujarnya dan segera merapikan peralatan menjahit, Yap meskipun Fiona sudah tidak canggung dengan Felix namun wanita itu juga tidak mau jika Felix memergokinya dengan keadaan seperti ini, apa yang akan Felix pikirkan jika ia melihat dirinya yang tengah bingung dengan ucapan apa yang akan ia ucapkan untuk memberikan pria itu baju.
Segera setelah ia merapikan peralatan menjahitnya Fiona langsung membangunkan Felix, "Felix, apa kamu tidak ingin bangun?"
"Kamu bilang ada janji dengan tuan tanah yang ingin kamu beli pukul 11 nanti, sekarang sudah pukul 10," lanjutnya dan mengguncangkan tubuh Felix pelan.
Yap selama lima bulan ini Fiona kurang lebih akan atau apa saja kegiatan suaminya itu, Felix sendiri akan melaporkan semua kegiatan yang sudah ataupun belum ia lakukan pada Fiona, dan hal itu hampir ia lakukan setiap hari.
"Felix, hey, ayo bangun." Lanjutnya kini wanita itu sudah tidak lagi menggoncangkan tubuh Felix melainkan mencubit kedua pipi tirus milik suaminya itu dengan gemas.
"Felix ayo bangun, jangan kebo, ayo." Ujarnya kembali.
Merasa terusik dengan cubitan-cubitan kecil di pipinya dengan perlahan Felix membuka matanya sambil menyunggingkan senyumannya, "pagi istriku,"
"Pagi-pagi, buka mata mu yang lebar ini sudah jam 10, cepat mandi aku akan menghangatkan makanannya dulu." Titanya dan menarik tubuh Felix agar bangun dari tempat tidur.
"Peluk dulu, aku belum mendapatkan pelukan sejak tadi pagi." Pinta Felix.
"Nih peluk saja guling, sudah jangan banyak drama, cepat bangun dan mandi." Tolak Fiona yang langsung melemparkan guling pada Felix.
"Sayang kamu tega benget sih sama aku," balas Felix dengan memelas.
Fiona sendiri yang sudah kebal dengan tipu daya suaminya itu pun langsung menjitak kepala Felix, "sayang kamu tega banget sih sama aku," ujarnya mengulang kembali apa yang Felix katakan namun Fiona mengatakannya dengan nada ejekan.
"Ayo bangun, kau sendiri yang bilang jika tempat tuan tanah itu jauh dari sini, sekarang kamu malah masih asik molor disini," lanjut Fiona memijat kepalanya.
"Biar saja, kamu pernah bilang pada ku kan pembeli adalah raja, jadi aku akan menjadi raja sekarang." Jawab Felix yang sangat amat diluar prediksi Fiona.
"Haha lucu sekali, tuan Felix ayo cepat segera mandi," balas Fiona dengan nada bicara yang lembut.
"Sudah mau jadi ayah pun malah tambah manja seperti anak kecil, awas saja jika sampai anak ini lahir dan kamu masih manja seperti ini, ku usir kamu jauh-jauh darinya." Lanjut Fiona dan mencubit pipi Felix kesal.
"Sayang kamu tidak bisa seperti itu loh sama suami mu ini, awas saja jika kamu mengusirku nanti!" Balas Fiona dengan sedikit nada ancaman didalamnya.
"Awas kenapa, memangnya apa yang bisa dilakukan pria manja satu ini?" Saut Fiona yang tidak takut dengan tatapan intimidasi dari Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomanceSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...