aku sudah menikah

2.7K 210 4
                                    

Seperti pagi-pagi biasanya, Fiona mengatakan Felix sampai depan rumah dan Felix yang tidak bisa untuk selalu menasehati istrinya itu.

"Ingat, ya aku sudah mengingatnya." Ujar Fiona yang sudah bisa mendengar ceramahan dari suaminya itu.

"Sudahlah kamu buruan berangkat, kasihan pelanggan munyang sudah menunggu disana." Ujar Fiona dan mengibas-ngibaskan tangannya

"Baiklah, aku pergi dulu,"
"Sampai jumpa nanti istri ku."

"Yah, sampai jumpa nanti." Balas Fiona dengan malu, meskipun beberapa hari ini Felix sering memanggil istri ataupun sayang, mengapa hatinya tidak bisa mengontrol perasaan senangnya.

"Aku pergi." Pamit Felix dan melambaikan tangannya

"Em, hati-hati dijalan." Balas Fiona yang juga ikut melambaikan tangannya

Dalam 1 jam lebih akhirnya Felix sampai di pasar kabupaten, dapat dilihat dari kejauhan, ada segerombolan orang yang tengah duduk di dekat tempat ia berjualan, melihat itu rasa lelahnya karena mengayuh sepeda ontel merasa jauh lebih baik.

Sementara itu para orang-orang yang semula nampak tentang, saat mereka melihat Felix langsung bergegas untuk mendekat, agar mereka tidak mengantri terlalu lama.

"Nak, aku beli 3 porsi."

"Hey aku dulu, aku beli 2 porsi."

"Hey suami ku sudah mau berangkat kerja, jangan terlalu lama."

"Ibu ku sakit, dan ingin segera makan, cepatlah."

"Hey, jangan beli terlalu banyak, yang dibelakang nanti tidak kebagian."

"Hey aku."

Felix sendiri terbiasa dengan kericuhan ini, meskipun ia melerai tidak akan terjadi perubahan yang signifikan, para pembeli itu hanya akan tenang selama beberapa saat, alahasil ia hanya bisa menghelan nafas pasrah.

Dibandingkan dengan penjual lauk lainnya, Felix merupakan satu-satunya penjual yang bisa pulang dengan cepat, tanpa khawatir dagangannya tidak habis, jujur saja banyak para pedagang yang iri dengan Felix, banyak dari mereka yang juga menjual hal yang sama seperti Felix, namun para pelanggan-pelanggan itu sama sekali tidak berniat untuk membelinya.

"Nak, apa kamu tidak berniat untuk membuat stok yang lebih banyak?" Tanya salah satu pelanggan,saat giliran antriannya

"Sebenarnya aku ingin membuka sebuah warung, di salah satu ruko yang berada di depan gang sana." Ujar Felix jujur.

Mendengar hal itu sontak bibi tersebut langsung tersenyum bahagia, "baguslah, lalu kapan kmu akan membukanya?"

"Apa besok sudah buka, atau besoknya lagi, atau mungkin lusa?" Lanjut bibit-bibit itu bersemangat, bukan tanpa alasan bibi itu bersemangat, jika memang benar Felix membuka warung, stok yang disediakan akan lebih banyak, dan dia tidak perlu bangun pagi-pagi buta hanya untuk berebut dengan pelanggan lain.

"Itu masih tergantung, tiga hari lagi aku dan juga istri ku akan pindah kesini, mungkin selama beberapa hari aku akan sibuk, jadi mungkin minggu depan atau minggu depannya lagi aku baru akan buka." Jawab Felix

Mendengar hal itu bibi-bibi itu pun agak kecewa, namun dengan tekat yang kuat bibi-bibi itu meyakinkan dirinya, 'tak apa, setidaknya setelah itu aku tidak perlu mengantri lama, dan membuat punggung ku sakit.' batinnya

"Oh, yah sudah kalau begitu, bibi doakan agar pembukaan warung mu berjalan lebih cepat dan semoga usaha mu berjalan dengan lancar kedepannya." Ujar bibi itu.

"Tadi kamu bilang istri?, Kamu sudah menikah?" Lanjut bibi itu mengingat apa yang dikatakan Felix.

"Yah, aku sudah lama menikah."

"Aku pikir kamu masih lajang, apalagi umur mu terlihat masih sangat muda." Ungkap bibi tersebut dengan jujur, sebenarnya jika ia mempunyai anak perempuan ia akan menjodohkannya dengan Felix, pemuda didepannya itu sangat pekerja keras, namun itu hanyalah khayalan semata, ke-3 anaknya semuanya laki-laki, bahkan anak tertuanya yang sudah berumur 25 tahun masih belum mau menikah.

"Bibi bisa saja,"
"Ini pesanan bibi."

"Baiklah terimakasih, ini uangnya, kapan-kapan bibi ingin bertemu dengan istri mu, bibi ingin melihat seberapa cantiknya wanita itu sampai bisa mendapatkan hati pemuda pekerja keras seperti mu."

kehidupan kedua milyaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang