"Sayang pelan-pelan saja, jangan lari-lari," Ujar Felix menggelengkan kepalanya melihat tingkah Fiona.
"Felix ayo kesana, aku ingin makan rambut nenek." Ujar Fiona yang tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Felix.
"Baiklah, tapi setelah itu jangan lari-lari, dan tetap patuh oke." Balas Felix yang langsung diangguki oleh Fiona.
Kini keduanya tengah berada di kabupaten sebelah yakni kabupaten Manyar, sebelum menuju kontrakan milik Felix, keduanya mampir terlebih dahulu ke pasar yang tentunya itu atas permintaan Fiona, ingat tadi pagi Felix menjanjikan Fiona kembang tahu dan juga roti kacang, jadi tentu saja wanita itu tidak akan melepaskan kesempatan ini bukan, dengan senang wanita itu berencana menghamburkan uang Felix disini, anggap saja sebagai hukuman karena telah berdekatan dengan perempuan centil tadi malam.
"Baiklah, ayo kesana." Ujar Felix yang melihat istrinya itu sudah patuh.
"Beli yang agak banyak untuk dibawah pulang nanti." Pinta Fiona yang tentu saja disetujui oleh Felix.
Melihat Felix yang mengangguk dengan senang Fiona menyunggingkan senyumannya, "oke lets go, kita borong makan disini."
"Beli sewajarnya saja, nanti tidak habis, beli satu hidangan dengan porsi kecil agar perut mu bisa menampung makanan lainnya." nasehat Felix yang diangguki Fiona.
Keduanya tidak terlalu lama berkeliling di pasar, apalagi dengan kondisi Fiona yang tengah hamil itu, wanita itu kerap merasa pegal jadi Felix memutuskan untuk langsung mengajak Fiona menuju kontrakannya.
"Sayang kita beli nanti lagi yah, cuacanya agak panas hari ini." Ujar Felix dengan mengelap dahi Fiona yang sudah mengeluarkan keringat.
"Em, aku juga sudah capek." Balas Fiona menganggukkan kepalanya.
Niat hati ingin menghabiskan uang suaminya itu langsung sirna tak kalah dengan cuaca yang panas dan kondisinya yang mudah kelelahan ini, dengan sedikit cemberut Fiona mengatakan, "ya sudah ayo langsung pergi ke lontarkan mu."
"Oke, mau aku gendong?" Tanya Felix yang langsung mendapatkan pelototan dari Fiona.
"Tidak perlu aku masih bisa berjalan." Tolak Fiona dengan menggelengkan kepalanya cepat.
"Sungguh?, Keringat mu sudah banjir begini loh." Balas Felix yang kembeli mengelap keringat Fiona.
"Iya, sudahlah jangan bertanya lagi, ayo cepat tujukan jalannya." Titah Fiona menyingkirkan tangan Felix dari dahinya.
"Baiklah, tapi kalau lelah langsung hilang kepada ku oke," jawab Felix yang diangguki Fiona.
Namun itu hanya formalitas, bagaimana mungkin Fiona mau di gendong oleh Felix didepan umum seperti ini, lebih baik nanti kalau lelah ia mencari alasan agar bisa berhenti sejenak untuk istirahat.
Keduanya kemudian berjalan secara beriringan menunju kontrakan, dengan tangan besar Felix yang menggenggam tangan mungil istrinya, meskipun hubungan mereka 5 bulan terakhir ini lebih baik, namun ada kalanya Fiona masih saja canggung dengan Felix, Felix sendiri yang merupakan laki-laki tidak peka itupun berbuat sesuai nalurinya saja, namun meskipun begitu ada kalanya keduanya nampak kompak satu sama lain.
"Sayang apa kamu masih kuat?" Tanya Felix.
"Ini baru beberapa langkah," jawab Fiona menyipitkan matanya kearah Felix.
"Iyah kah," balas Felix menoleh kebelakang untuk memastikan sudah seberapa jauh mereka melangkah.
"Iya juga yah," lanjutnya setelah melihat kebelakang.
"Hindari kebiasaan mu itu, ingat dokter juga pernah bilang agar aku banyak bergerak." Balas Fiona menggelengkan kepalanya.
"Tapi kamu sudah banyak bergerak, apa kamu yakin tidak lelah, aku gendong saja yah." Ujar Felix, Yap keinginan pria itu hanyalah memanjakan Fiona, namun tanpa ia sadari kata-kata yang keluar dari mulutnya itu membuat Fiona ingin sekali memukul kepala pria itu dengan sekuat tenaga.
"Tidak, tidak perlu, kamu diam saja dan jangan bicarakan lagi." Balas Fiona.
'meskipun dia tidak punya urat malu, setidaknya ia juga berpikir apa aku malu atau tidak.' batin Fiona.
⊙﹏⊙
Maap dikit, besok up lagi kok
KAMU SEDANG MEMBACA
kehidupan kedua milyader
RomanceSemua kehidupannya seakan tak berarti apa-apa,setelah sang istri meninggalkannya untuk selamanya Terus bekerja demi membalaskan dendamnya atas kepergian istrinya,meskipun dendam itu sudah terbalaskan ia masih saja merasa tidak berguna Sampai dimana...