pijetin

815 84 3
                                    

Setelah perdebatan di restoran tadi akhirnya ketiga orang itu benar-benar datang ke warung milik Felix, Felix sendiri tidak banyak berkomentar lantaran menurutnya apa yang Herman katakan itu benar, ia tidak sehebat apa yang Agus pikirkan, ingat di kehidupan pertamanya dulu ia adalah seorang paru baya yang sudah berumur 60 an, kurang lebih ia menghabiskan lebih dari 10 tahun lebih untuk bisa menguasai semua resep yang ada di buku yang ia temukan itu.

Setelah melihat dan memastikan apa yang membuatnya ragu akhirnya Herman dengan kagum melihat kearah Felix bahkan ia sering kali menambahkan kalimat pujian untuk Felix di setiap katanya, bahkan pria itu juga langsung mengajak Felix untuk bekerja sama yang dimana dia akan menyuntik dana untuk perkembangan penjualan Felix, selain itu pria itu juga mengatakan jika dia hanya akan mengambil keuntungan 5 % saja setiap bulannya. Felix sendiri yang mendengarkan tawaran yang sangat mengutamakan itu langsung menyetujuinya, terlebih lagi Herman merupakan pecinta kuliner sudah pasti Herman mengenal banyak orang-orang penting, dengan begitu Felix bisa membangun relasi dengan banyak orang-orang penting lainya, dengan cara menjaga Herman untuk berdiri disisinya. Setelan Agus dan juga Herman pulang, dengan cepat ia berpamitan dengan karyawan dan beberapa pelanggan yang ada disana dan segera melangkahkan kakinya untuk segera pulang, pria itu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istrinya.

"Sayang aku pulang." Ujarnya seraya membuka pintu kontrakan dengan lebar.

Fiona yang tengah sibuk memasak di dapur pun mematikan kompornya dan segera menghampiri suaminya, "cuci kaki, cuci tangan dulu sana, sebentar lagi masakan matang."

"Oke, hari ini kamu buat apa?" Balas Felix sambil melangkah ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan kakinya.

"Sayur sop, ayam goreng sama sambel." Jawab Fiona dan kembali lagi ke dapur.

"Waw, aku sudah lama tidak memaksakan sayur sop buatan mu, aku jadi sangat lapar." Balas Felix sambil mengelus perutnya.

"Sudah sana buruan ambil nasi, aku tinggal goreng sambelnya." Ujar Fiona.

"Oke sayang, oh yah kamu udah minum susu kan hari ini?" Jawab sekali tanya Felix.

"Sudah, tadi siang aku minum sekalian makan buah." Jawab Fiona.

"Bagus, istri ku memang pintar." Balas Felix dengan senyum bangga.

"Ekspresi mu itu loh, sudah seperti kamu mendapatkan penghargaan saja," saut Fiona yang melihat ekspresi Felix yang terlalu berlebihan.

"Memang patut dihargai, ingat saja kamu dulu saat baru pertama kali minum susu dan makan buah susah sekali, pasti ada aja alasannya." Balas Felix yang mengingatkan saat Fiona kerap merayunya dengan kata-kata manis agar wanita itu bisa absen untuk tidak meminum susu ataupun makan buah.

"Ya kan waktu itu perut ku nggak nyaman dan ingin muntah terus," Saut Fiona membela diri.

"Coba saja kamu jadi aku, pasti kamu juga bakal ngelakuin hal yang sama." Lanjutnya.

"Jika bisa sudah pasti aku akan menggantikan mu," ujar Felix pelan.

"Baiklah karna kamu sudah banyak berkorban untuk ku dan anak kita, kamu ingin aku memberimu hadia apa?" Lanjut Felix.

"Em apa yah?, Ah pijetin aku nanti malam, pinggang ku rasanya sering pegal-pegal akhir-akhir ini."  Ujar Fiona sambil menyentuh pinggangnya.

"Akhir-akhir ini?, Kenapa baru bilang?" Ujar Felix dengan kesal sambil menatap Fiona.

"Kamu nggak nanyak," jawab Fiona dengan acuh sambil mengangkat kedua bahunya.

"Dasar, lain kali masalah sekecil apapun cepat kasih tau aku, jangan nunggu aku nayak baru kamu bilang, masa iya aku harus nanyain setiap hari ke kamu terus." Balas Felix menyentil dahi Fiona pelan.

"Apalah, sudah kayak anak kecil saja yang harus mengaduh ke ayahnya setiap hari." Saut Fiona mengusap dahinya yang disentil oleh Felix.

kehidupan kedua milyaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang