mulut manis

1.8K 110 0
                                    

Selepas menaruh semua belanjaan dikontrakkan, Felix dan juga Fiona langsung bergegas menuju ke bagian barat kabupaten. Dari kejauhan mereka bisa melihat banyak orang yang berdesakan, padahal karnaval baru akan dilaksanakan pada pukul 18.30 nanti dan masih ada waktu 2 jam sebelum itu dimulai.

"Felix ramai banget," ujar Fiona.

"Yah, makannya aku ajak kamu datang lebih awal, jika sekarang saja sudah ramai nanti pasti akan lebih ramai lagi." Balas Felix.

"Ingat saat disana kamu harus selalu disisi ku, agar kamu tidak terdorong oleh banyak orang." Lanjutnya.

"Em, oke." Saut Fiona mengangguk.

"Oh yah, kita parkir sepedanya dimana?" Lanjut Fiona bertanya.

"Aku mau titipin sepedanya ke salah satu rumah warga, itu akan lebih memudahkan kita untuk mengambilnya nanti, jika kita pergi ke tempat parkir disana pasti sudah sangat ramai, meskipun sepeda kita butut, tapi banyak yang memiliki model sepeda yang sama seperti ini." Jawab Felix.

"Iya juga ya, selain bisa ketuker, bisa saja kan ada yang mencuri sepeda, penjaga parkir pun tidak akan tau jika ada yang mencurinya kan?" Balas Fiona.

"Lalu kita titipkan dimana?" Lanjut Fiona bertanya.

"Entahlah lihat nanti saja, sekarang kita cari makan saja dulu,"  jawab Felix.

"Kamu ingin makan apa?, Disini ada penjual nasi goreng, ayam krispi, mie ayam, pangsit, nasi kuning, nasi uduk, gado-gado, lalu.."

"Nasi kuning," potong Fiona.

"Em oke, apa hanya itu atau mau yang lain, disini banyak penjual makanan." Saut Felix.

"Itu saja." Balas Fiona.

"Ya sudah kalau begitu, mau makan dulu atau menitipkan sepedanya dulu?" Tanya Felix meminta pendapat.

"Titipkan saja dulu, nanti keburu ramai lagi pengunjungnya, biar kita juga tenang saat berpergian nanti." Jawab Fiona yang langsung disetujui oleh Felix.

Setelah itu Felix segera mencari salah satu rumah warga yang mau menerima titipan sepeda, sebenarnya tidak perlu mencari terlalu jauh sih karena kebanyakan warga disana juga menerima titipan sepeda, motor, van, mobil dan lainnya. Bagaimana pun dengan cara ini warga bisa menambah penghasilannya.

Saat sudah menemukan tempatnya, Felix diharuskan untuk menulis namanya di kertas yang disediakan oleh pemilik rumah, yang nantinya itu akan dibuat berjaga-jaga jika ada yang mengaku sepeda itu miliknya.

"Baik pak kalau begitu terimakasih." Ujar Felix kepada pemilik rumah yang ia titipi.

"Yah, semoga kalian bersenang-senang di karnaval nanti, dan kalian bisa nikmati acaranya." Balas pemilik rumah itu dengan ramah.

"Terimakasih pak, kalaupun begitu kami berdua pamit dulu." Saut Felix berpamitan.

"Yah, silahkan-silakan." Balas pemilik rumah itu.

"Mari pak kita duluan." Ujar Fiona.

"Ayo sekarang kita makan dulu." Ajak Felix dan langsung menggandeng tangan Fiona.

"Oke,"

"Oh yah, memegangnya kamu tau dimana tempatnya?" Lanjut Fiona bertanya.

Felix sendiri langsung menggelengkan kepalanya, "tidak, tapi kita bisa berkeliling mencarinya kan?"

"Huh, aku pikir kamu tau tempatnya, apalagi tadi kamu menyebutkan banyak anehkah makanan." Balas Fiona.

"Hehe, ya kan kita bis mencarinya."

"Sudahlah aku tidak bisa berharap lebih pada mu." Saut Fiona.

"Mulut mu itu sangat manis, seperti gula, pantas saja jualan mu sangat laku." Lanjut Fiona yang memahami jika dengan mulut manis suaminya itu bisa menarik minat banyak orang.

"Jika mulut ku tidak manis, apa kamu masih mau menikah dengan ku?" Balas Felix dengan menaik turunkan alisnya.

"Mungkin saja kan kamu menguna-guna ku sampai aku bisa kepincut dengan mu." Ujar Fiona.

"Bagaimana mungkin, aku ini tampan yah, jadi kamu mesti terpana akan ketampanan ku." Balas Felix dengan nada yang sangat percaya diri.

"Huh, percaya diri sekali kamu, di dunia ini masih banyak pria tampan yang bahkan ketampanan mereka jauh diatas kamu." Saut Fiona.

Mendengar itu Felix langsung mengatakan, "biar saja toh yang menikah dengan mu aku bukan mereka, memangnya mereka bisa apa?"

"Terserah mu saja, aku tidak bisa menang saat berdebat dengan mu." Balas Fiona.

"Memegangnya sekarang kita sedang berdebat yah?" Tanya Felix dengan nada polosnya.

"Felix, jadilah pria baik dan tutup mulut mu oke." Balas Fiona dengan mencubit kecil perut Felix.

"Em oke, aku akan diam." Saut Felix dan langsung beralih ke mode diamnya.

Namun tentu saja itu semua tidak akan bertahan lama, karna sudah pasti Felix tidak bisa hanya berdiam diri saja.

"Sayang-sayang, apa kamu leleh?" Tanya Felix.

Fiona sendiri hanya bisa mengerutkan keningnya, "ayolah kita hanya berjalan beberapa langkah dari sana oke, bagaimana bisa aku lelah?"

"Em bisa saja kan?, Kalo lelah bilang saja nanti aku akan menggendong mu." Balas Felix yang mungkin sudah sedikit membuat Fiona depresi, lantaran mendengarkan ucapan Felix yang sangat diluar nalar itu.

"Berhenti bicara lagi, ayo cepat cari makan aku sudah lapar." Ujar Fiona mengalihkan pembicaraan, karna jika pembicaraan itu terus dilanjutkan dia sendiri yang akan semakin depresi.

"Oh oke, ayo cepat."

kehidupan kedua milyaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang