mama

675 76 10
                                    

Kalo ada yang Taypo atau kalimat yang nggak sesuai dengan narasi ataupun dialog sebelumnya tandain
________

"bagaimana apa kau puas dengan hasilnya?" Tanya Agus pada Felix yang menelisik pembagunan rumah yang masih setengah jadi ini.

Sudah hampir 15 menit Felix berkeliling disekitar proyek pembangunan rumahnya, Felix akui hanya dalam waktu singkat para tukang bangunan itu bisa menyelesaikan proyek pembangunan rumahnya dengan cepat tanpa mengurangi kualitas pembangunannya, Yap rumah ini hampir 80% selesai.

"Sangat, ini sudah sangat sesuai dengan keinginan istri ku," balas Felix, ini sudah diluar ekspektasinya, meskipun dari awal ia tahu jika pembangunan rumahnya ini akan berjalan dengan mulus tanpa kendala apapun, dan yang pasti rumahnya nanti akan sangat sesuai dengan selera Fiona, namun diluar dugaan Agus benar-benar mengerahkan seluruh pekerjaa profesionalnya untuk membuat bangunan ini menjadi sangat menakjubkan.

"Baguslah kalau begitu, oh yah, apa kau ingin menambahkan sesuatu pada rumah ini, atau mungkin ada sesuatu yang menurutmu berlebihan?" Tanya Agus, pria itu ingin memastikan jika Felix dan juga Fiona akan sangat puas dengan hasil desain dan bangunan rumahnya.

"Tidak ini sudah sangat baik, aku puas dengan hasilnya." Balas Felix.

"Syukurlah jika kau menyukainya."saut Agus.

"Baiklah aku sudah sangat puas dengan hasilnya kerja kerasmu dan juga para pekerja mu, aku masih ada urusan dirumah jadi maaf tidak bisa lama-lama berada disini." Ujar Felix berniat untuk pamit undur diri dari sana.

"Oh ya sudah kalau begitu, hati-hati dijalan, kau tidak perlu khawatir dengan kondisi disini aku akan memastikan jika rumah mu ini adalah rumah paling indah dan juga paling nyaman yang pernah ada." Balas Agus.

Setelah berbasa-basi sebentar dengan Agus Felix segera menjauh dari area pembangunan rumah.

"Aku sudah merindukannya," monolog Felix yang berdiri di pinggir jalan untuk menunggu angkutan umum lewat.

"Tumben sekali jam segini nggak ada angkot yang lewat?" Lanjutnya yang menatap kesal ke sekeliling jalan lantaran tak mendapati angkutan umum yang lewat.

Tidak ingin terlalu lama diluar rumah, Felix berjalan menuju jalan yang lumayan ramai dengan kendaraan umum yang berlalu lalang, meskipun dengan jarak tempuh kurang lebih 5 menit untuk mencapai tempat yang biasa dilalui oleh kendaraan umum, itu tidak menyurutkan niatnya untuk segera pulang kerumahnya dan berkumpul kembali dengan sang istri tercinta.

Di jalan yang lumayan ramai dengan beberapa orang yang berlalu lalang, ada seseorang yang tidak sengaja menabraknya.

"Ah, maaf saya tidak sengaja," ujar seorang wanita paru baya dan segera mengambil tasnya yang terjatuh ke tanah.

Felix sendiri tidak membalas ucapan itu, pria itu diam mematung melihat orang yang baru saja menabraknya itu, dia mengenali suara itu, suara yang sangat familiar dengan indra pendengarannya dulu. Sementara itu wanita paru baya itu yang tak mendapati respon dari orang yang ia tabrak pun menatap secara langsung wajah orang yang telah ia tabrak, melihat wajah Felix yang datar dengan ekspresi kaku, warna mata hitam itu sama dengan warna mata miliknya wajahnya, wajah itu ia mengenali wajah itu, wajahnya yang dulu tirus dan putih pucat,  badannya yang dulu kurus sekarang semuanya telah berubah.

"Felix," satu nama yang bisa wanita itu ingat saat melihat orang yang berdiri didepannya itu.

"Kamu Felix kan?, Kamu putra ku," lanjutnya dengan buliran bening yang mengalir deras bak aliran air terjun yang jatuh dari ketinggian, ia benar-benar tidak bisa membendung air matanya itu. Tanpa pikir panjang wanita itu langsung memeluk orang yang dia kenali sebagai putranya.

Felix sendiri bingung dengan perasaannya, jujur saja ia tidak membenci orang yang berada didepannya ini hanya saja hatinya diliputi rasa kecewa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tak bisa dipungkiri ia juga merindukan kehadiran sosok wanita ini di hidupnya, sosok wanita yang melahirkannya di dunia ini, ingin sekali ia memangilnya dengan sebutan mama, namun bibirnya seolah enggan untuk mengucapkan kalimat itu, ia hanya bisa mematung ditengah pelukan erat seorang wanita yang tak lain adalah ibunya.

"Maafkan mama, maafkan mama," ujar wanita itu mengulang kalimat yang sama ditengah pelukannya.

kehidupan kedua milyaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang