Hening, aku sudah tidak mendengar suara jeritan dan hujatan orang-orang disekitarku. Aku merasakan tubuhku seperti melayang terus turun ke bawah_TIDAK aku tidak melayang tapi tenggelam aku merasakan dinginnya air yang menyelimutiku. Dadaku sesak seperti dihimpit benda yang sangat besar. Kubuka pejaman mataku hanya ada air disekitarku.
Mendongakkan kepala, pandanganku disuguhkan bulan purnama begitu terang. Mulutku terbuka untuk meminta tolong, aku coba berteriak tapi hanya gelembung-gelembung kecil yang keluar dari mulutku. Tolong, sesak ini menyakitiku. Bergerak tak teratur tanganku mencoba meraih permukaan air tapi sia-sia.
Aku berhenti berusaha, pasrah dengan keadaanku sekarang. Sekuat apapun aku mencoba aku takkan pernah sampai ke atas karena ini jalan menuju alam baka, mungkin!
Aku sendirian, tolong Ayah Ibu Ana aku takut kesendirian ini aku benci rasa sakit ini. Hatiku menjerit meminta bantuan memanggil nama-nama orang yang berkemungkinan membantuku tapi tak ada yang mendengarkan. Air mataku menetes menyatu dengan air disekitarku.
Mari ucapkan selamat tinggal pada dunia yang kejam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...