Baik-baik Saja

286 21 1
                                    

Desahan masih mengisi ruangan persegi dengan nuansa putih emas. Erangan dan lenguhan seksi yang keluar dari mulut sang wanita semakin menambah kegilaan sang pria untuk mengacak-ngacak bagian indah wanitanya.

Jari kaki Jane tertekuk. Dadanya membusung bersamaan dengan kepalanya mendongak. Kedua bibirnya terpisah saat ia mendesah.

Kelopak matanya tertutup rapat menikmati permainan lidah Julian di bawah sana.

Julian tidak memberikannya jeda untuk menikmati pelepasan pertamanya beberapa menit lalu. Hanya dengan menggunakan jari, Julian mampu membuatnya mendesah berulang kali.

Sekarang Jane kembali dibuat pening. Di bawah sana Julian masih terus mengacak-ngacak bagian sensitifnya dengan lidah pria itu.

Gerakan lidah Julian semakin cepat dan kasar. Dia ingin merapatkan pahanya namun Julian menahannya dan semakin membuka lebih lebar kedua pahanya.

"Julianhh," ucap Jane terdengar seperti sebuah rengekan dengan desahan diakhir kata.

Jane tersentak saat Julian menarik tubuhnya dan mengangkat kedua kakinya ke bahu pria itu. Detik selanjutnya ia merasakan lidah tajam Julian masuk lebih dalam lalu kembali bergerak menyalurkan rasa nikmat dan sengatan di sekujur tubuh Jane.

Jari-jari tangan Jane menyelinap di sela rambut berantakan Julian. Dia terus mendesah dan menyebut nama Julian.

Ini gila. Jane Meremas kuat rambut pirang Julian ketika sesuatu dalam dirinya ingin keluar.

Betul saja. Beberapa menit kemudian Jane mendapatkan pelepasan keduanya. Tubuhnya seketika melemah dengan napas terengah-engah.

Kakinya seperti tidak bertulang saat Julian meletakkannya kembali di atas kasur.

Jangan tanyakan sekarang bagaimana keadaanya sekarang. Tubuhnya sepenuhnya terekspos. Julian benar-benar merusak salah satu gaun tidur kesukaannya.

Jane merasakan usapan dari telapak tangan Julian di perutnya lalu benda kenyal menempel cukup lama tepat di tengah perutnya.

Entah apa yang dipikirkan Julian sekarang sampai mencium perutnya begitu dalam.

Julian merangkak naik. Dia mencium sekilas bibir Jane lalu menjatuhkan tubuhnya di samping wanita itu.

Tubuhnya terlentang menghadap langit-langit kamar. Matanya terpejam mencoba meredam gairahnya untuk menyentuh Jane lebih jauh. Dadanya bergerak naik turun tidak beraturan.

"Julian dingin."

Pejaman mata Julian terbuka. Kepalanya menoleh ke samping. Jane meringkuk membelakanginya. Dia melupakan tubuh Jane tidak tertutupi sehelai kainpun.

Cepat-cepat Julian bangun lalu mengambil selimut putih yang tergeletak di bawah ranjang. Kemudian menutupi tubuh Jane sampai leher.

Julian kembali merebahkan tubuhnya menyamping. Pandangannya jatuh pada gambar yang sempat membuatnya bertanya-tanya.

Helena. Ya Julian yakin gambar bunga merah di belakang telinga Jane sangat mirip dengan gambar bunga milik Helena.

Saat Helena memergoki mereka di ruang penyimpanan ramuan dan obat-obatan ia tidak sengaja melihat gambar bunga merah di belakang telinga Helena.

Mengingatkannya pada kompetisi berburu di hutan Azury. Dia juga pernah melihat gambar itu saat menolong Helena dari kejaran beruang.

"Jane," panggil Julian.

"Jangan menggangguku Julian. Aku ingin tidur sebentar," sahut Jane dengan nada ketus.

Sahutan ketus Jane membuat bibir Julian berkedut menahan senyuman. Dia berdehem sekali. "Aku hanya ingin bertanya_"

Transmigrasi ■ True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang