Buah Hien

386 22 1
                                    

Hari-hari berlalu begitu saja. Keadaan Bellvania semakin terpuruk. Kekacauan sering terjadi di setiap sudut pusat kota. Sekarang para prajurit lebih banyak tersebar diseluruh penjuru pusat kota Bellvania.

Barang dan bahan makanan mengalami kenaikan harga dua kali lipat dari sebelumnya. Bukan hanya itu saja, pajak yang dipatok oleh Istana semakin mencekik bagi rakyat di bawah pendapatan rata-rata. Bahkan banyak para bangsawanpun mengeluh atas kebijakan baru dari Istana.

Jane tidak merasa heran. Menteri-menteri yang baru saja dilantik merupakan orang-orang dari Ratu Quanda. Mereka sama saja serakahnya seperti Ratu mereka. Hidup dengan cara merampas harta orang lain dengan alasan kebijakan dari Istana.

Mulut kecil Jane bergerak menguyah makanannya. Mendengarkan setiap penjelasan Ana mengenai keadaan di luar.

Hampir seminggu ini ia malas melakukan apapun. Bahkan untuk pergi memperhatikan Grace seperti yang dilakukan sebelumnya, Jane tidak memiliki keinginan dan gairah untuk melakukan itu sekarang.

Yang dilakukannya sekarang, makan lalu tidur dan bermalas-malasan.

"Kau tidak lelah mengunyah?" tanya Margaret.

Ya, sekarang Margaret juga berada dalam kamar Jane. Sedari tadi ia menatap ngeri sehabatnya itu. Sungguh, Jane sekarang terlihat aneh. Margaret tahu wanita yang duduk di sampingnya termasuk orang yang tidak menyukai makanan asam.

Dia dan Jane memiliki selera yang sama. Penyuka makanan manis terutama kue manis yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas, bukan makanan yang bisa saja membuat sahabatnya itu keracunan.

Tetapi lihatlah. Buah Hien yang tadi menumpuk di piring sekarang hampir habis. Biar Margaret sebutkan bentukan Buah Hien kesukaan Jane saat ini.

Buah Hien adalah buah yang berbentuk bulat dan rasanya begitu asam bahkan saat buah itu sudah besar rasanya akan tetap sama, sangat sangat asam. Memiliki biji kecil berwarna hitam dengan tekstur daging yang lembut.

Buah Hien yang berada di piring Jane sekarang begitu kecil. Sama sekali tidak ada warna kekuningan seperti buah Hien normal pada umumnya. Mungkin saja buah itu juga belum memiliki biji karena terlalu kecil. Margaret bisa membayangkan rasa asam dari buah itu.

"Kau mau?" tanya Jane balik. Sejak tadi Margaret menatap makanannya.

"Hanya orang aneh yang memakan makanan aneh juga."

"Ini buah Hien Margaret bukan makanan aneh." Jane menatap kesal sahabatnya. Dia sengaja memejamkan mata lalu membuat ekspresi nikmat. "Hm nikmat sekali."

"Ada apa dengannya?" tanya Margaret pada Ana dengan tangan menunjuk Jane.

"Saya juga tidak tahu. Beberapa hari ini Putri Mahkota sering meminta beberapa makanan aneh."

Mereka berdua sama-sama menatap aneh Jane yang memasukkan potongan buah Hien terakhir ke mulut.

"Apa?" tanya Jane bingung.

Margaret menggeleng. "Tidak ada." Dia kembali melihat Ana. "Apakah Duke dan Duchess sudah mengetahui keanehan putri mereka?" bisik Margaret.

"Aku mendengarnya Margaret." Jane meletakkan piring di pangkuannya ke meja kecil samping tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya ke kasur dengan kedua tangan direntangkan. Dia menghela napas berat. "Aku merindukan pria brengsek itu."

"Putra Mahkota," beritahu Ana karena Margaret melihatnya dengan raut kebingungan mendengar ucapan Nyonyanya.

Margaret menggangguk mengerti. Mulutnya membentuk huruf 'O'.

Transmigrasi ■ True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang