Jane terus tersenyum mengingat kejadian kemarin malam. Dia sangat senang akhirnya bisa melakukan hal yang sudah sejak lama ingin dia lakukan. Bahkan tadi di ruang makan perutnya terasa sakit akibat menahan tawa melihat Julian yang duduk di sampingnya.
"Hari ini sepertinya anda sangat senang," ucap Ana karena satu hari ini Ana terus melihat Jane yang tersenyum.
"Entahlah." Jane kembali tersenyum.
Kening Ana berkerut mendengar ucapan Jane. Tetapi Ana sudah tidak heran lagi, dia sudah terbiasa dengan Jane yang sering berubah-ubah sikap.
Jane melihat Charlos yang duduk pada salah satu kursi yang ada di taman. Dia berjalan menedekati tempat duduk Charlos.
"Hai Charlos," panggil Jane.
Jane duduk di kursi yang berhadapan dengan Charlos. Dia memperhatikan sekitar tidak ada Helena. Terkadang Jane heran, Helena selalu berada di samping Charlos padahal dia hanya tabib bukan pelayan pribadi Charlos.
Charlos mengangkat pandangannya dari buku yang ada di atas meja. "Hai Jane," balas Charlos dengan senyumannya.
Jane melihat sampul buku yang Charlos baca sekarang. "Ku kira kau tidak tertarik membaca buku tentang ramuan."
"Helena yang merekomendasikannya."
Jane mengangguk mengerti dia memangku wajahnya dan menatap Charlos.
"Kau memiliki wajah yang tampan Charlos. Mengapa kau selalu menunduk?'Charlos tersipu mendengar pujian Jane. Dia menunduk mengusap tengkuknya bahkan pipinya sekarang sudah merah.
"Kenapa kau bertanya begitu?"
Jane mengedikkan bahu. "Hanya ingin bertanya saja."
"Aku merasa tidak percaya diri."
"Kenapa?"
Charlos mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu."
Charlos menelungkupkan kepalanya di meja masih merasa malu dengan pujian yang Jane berikan. Jane terkekeh melihat Charlos dia mengusap kepala Charlos karena merasa gamas dengan sikap Charlos yang menurutnya begitu manis.
Jane melunturkan senyumannya saat matanya bertubrukan dengan mata abu-abu Julian. Jane melihat Julian yang berdiri tidak jauh dari tempatnya dan Charlos. Ekspresi Julian datar tetapi tatapannya tajam. Alis Jane menyatu melihat Julian yang sudah pergi meninggalkan tempatnya berdiri tadi.
*****
Harry datang ke tempat latihan. Dia melihat heran sudah banyak prajurit yang memiliki memar di wajah mereka. Dia melihat di tengah lapangan Julian yang sedang melawan dua sekaligus prajurit. Sekarang Harry tahu mengapa prajurit ini mengalami memar-memar.
Harry menepuk bahu Louis. "Dia kenapa?" Harry menunjuk Julian dengan dagunya.
Louis hanya mengedikkan bahu karena dia juga tidak mengetahuinya."Ck. Aku tebak kau tidak akan pernah menikah Louis." Harry kesal dengan Louis yang selalu diam setiap dia bertanya. Dia yakin Louis tidak akan pernah menikah karena tidak tahu cara merayu wanita.
Dia melihat kembali Julian yang masih melawan dua prajurit. Harry yakin sekarang Julian pasti kesal dan melampiaskannya pada mereka semua.
Harry menghampiri Julian yang sudah tidak melawan dua prajurit tadi. Sekarang Julian sudah berbaring di lapangan menatap langit. Dia memberikan tangannya membantu Julian berdiri.
Baru saja Harry ingin bersuara Julian sudah lebih dulu bersuara."Jangan mengganggu Harry."
Harry mengangkat kedua tangannya ke atas mencari aman sepertinya Julian belum baik-baik saja. Dia melihat Julian yang berjalan di ikuti Louis di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasiKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...