Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela yang tidak tertutupi tirai. Mengganggu seorang gadis yang masih terlelap.
Jane mengerang kesal saat seseorang tiba-tiba membuka tirai itu. "Ana tidak bisakah kau membiarkan aku menikmati waktu tidurku?"
Jane membalikkan tubuhnya membelakangi jendela lalu menarik selimut sampai leher.
"Yang Mulia waktunya anda bangun," ujar Ana.
"Ana aku tidak harus bangun pagi. Latihanku sudah berakhir kemarin," jawab Jane dengan suara serak dengan mata masih terpejam.
"Bukan itu Yang Mulia. Hari ini anda akan sarapan bersama keluarga kerajaan."
Kemarin pelatihan Putri Mahkota sudah berakhir. Selama satu bulan ini Jane merasa sangat tertekan. Dia harus bangun pagi sekali untuk bersiap-siap bahkan dia akan sarapan dalam kamar disaat semua anggota kerajaan masih tidur. Bukan hanya itu, pada saat makan malam Jane akan kembali makan malam dalam kamar dan beristirahat lebih awal. Dalam satu bulan ini aktivitas Jane dia lakukan hanya dalam kamar dan tempat latihan saja.
Tetapi Jane sedikit bersyukur karena pelatihan yang padat dan melelahkan membantunya untuk mengalihkan pikirannya dari Julian. Sangat membantu Jane dalam misinya mengubah takdir.
Selama sebulan ini Julian belum kembali dari perbatasan. Jane mendengar saat Julian dan prajurit lainnya sampai di wilayah perbatasan selatan Kerajaan Nyctophilic sudah menguasai tiga desa di sekitarnya. Selama sebulan ini Istana selalu mengirim prajurit tambahan ke daerah perang untuk membantu mereka yang sudah berada di perbatasan terlebih dahulu.
Jane selalu begini. Saat Ana akan membangunkannya dia selalu beralasan dan jika Jane terlambat dia akan menyalahkan Ana. Karena Jane masih belum bergerak akhirnya Ana menarik tangan Jane.
"Ana aku masih mengantuk," rengek Jane yang saat ini sudah duduk dengan mata terpejam.
"Ayolah Yang Mulia jangan mempersulit ini."
Jane membuka pejaman matanya memberikan Ana pelototan.
"Kau memang tidak memiliki rasa kemanusiaan Ana," ucap Jane mendramatiskan suasana.Jane turun dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi. Saat sudah di ambang pintu Jane menghentikan langkahnya.
"Ana," panggil Jane.
Ana menghentikan kegiatannya merapikan tempat tidur Jane. "Yang Mulia membutuhkan sesuatu?" tanyanya.
"Kau sudah memberitahu kepala pelayan Istana?"
"Yang Mulia tenang saja. Saya sudah memberi tahu kepala pelayan dan undangan untuk para putri bangsawan di Ibu Kota sudah dikirim dua hari lalu."
"Bagus. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan gadis-gadis manja itu," ucap Jane tidak sadar dengan dirinya sendiri.
Langkah awal rencana Jane akan dimulai hari ini yaitu mengundang para gadis bangsawan yang berada di Ibu Kota untuk minum teh bersama di Istana. Jane yakin dia bisa membuat hubungan yang baik dengan gadis-gadis bangsawan yang berada di ibu kota dan mendapatkan dukungan mereka. Bukan hanya itu saja bahkan Jane berencana menjalin hubungan politik dengan orang tua mereka dan yang terakhir adalah dukungan dari rakyat Bellvania.
Tetapi semua tidak semudah itu, lihatlah sekarang Jane dibuat jengah dengan tingkah gadis-gadis bangsawan itu yang tidak memperdulikannya dan sibuk mengobrol dengan teman mereka masing-masing. Jane tidak tahu cara menjilat seseorang.
Jane memangku wajahnya dengan sebelah tangan. Sekarang Jane sedang melihat awan yang terus bergerak berpindah posisi dan bentuk, ini terasa lebih baik dari pada melihat para putri bangswan yang membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...