Jane membuka matanya saat dia merasakan seseorang menggoyangkan bahunya.
"Yang Mulia anda harus segera bangun. Saatnya bersiap-siap," beritahu Ana.
Jane merubah posisinya menjadi duduk. Dia berkedip beberapa kali merasakan matanya yang perih akibat terlalu lama menangis.
"Yang Mulia baik-baik saja?" tanya Ana kerena melihat Jane yang terus berkedip.
Jane memegang perutnya dia melihat kearah Ana. "Aku lapar Ana, dari semalam aku tidak makan," jawab Jane dengan lesu mengadu kepada Ana seperti anak kecil.
Jane melompat turun dari tempat tidur ketika mengingat sesuatu. Jane bercermin melihat keadaannya yang kacau. Dia menghela napas melihat matanya yang bengkak.
"Apakah menurutmu aku terlihat aneh dengan mata bengkak?"
Ana menggeleng ragu.
"Ck, kau berbohong Ana." Jane melihat lagi cermin. "Tidak apa-apa Jane tampil buruk sesekali tidak akan membunuhmu. Ayo bersiap-siap Ana aku harus menjadi murid yang baik."
Ana tidak heran dengan Jane yang memiliki perubahan sikap yang cepat. Buktinya sekarang selama perjalanan menuju tempat latihan Jane selalu mengeluh tentang bosannya dia selama mendengarkan Nyonya Bricits bercerita. Dia sama sekali tidak menyinggung soal kejadian semalam.
"Ana, ada apa itu?" tanya Jane menunjuk dengan dagu tempat yang sedang dikerumuni orang.
Ana melihat tempat yang tunjuk oleh Jane. "Itu para koki dan tabib yang baru saja diterima bekerja di Istana."
Jane mengangguk mengerti lalu berbelok ke lorong tempat pelatihannya. Jane tidak menyadari Helena berdiri diantara kerumunan itu. Sekarang Helena akan tinggal di Istana sebagai tabib pemula.
*****
"Selamat datang di Istana untuk para tabib dan koki pemula."
Semua orang bertepuk tangan gembira mendengarkan kepala pelayan istana memberikan sambutan.
"Karena kalian masih pemula akan ada koki dan tabib senior yang akan membimbing kalian jadi bekerjalah dengan sungguh-sungguh karena yang akan kalian layani adalah keluarga kerajaan. Terima kasih," lanjut kepala pelayan Istana sekaligus menutup sambutannya.
Semua orang bertepuk tangan kembali. Mereka sangat senang bisa terpilih untuk bekerja di Istana. Mereka semua tahu untuk bekerja di Istana seleksi masuknya tidaklah mudah.
Dari kerumunan itu yang paling menonjol adalah Helena karena memiliki rambut berwarna merah. Jika Jane memiliki mata berwarna biru yang jarang sekali dimiliki oleh rakyat Bellvania maka Helena memiliki keunikan itu juga dengan warna rambut merahnya.
Bukan hanya karena rambut merahnya. Helena juga menjadi populer karena memiliki nilai tinggi dalam seleksi tabib pemula. Hal ini menjadikannya asisten dari tabib Balden. Tabib yang melayani langsung salah satu anggota kerajaan.
Di sinilah Helena berdiri di depan salah satu pintu keluarga kerajaan. Saat tabib Balden masuk Helena mengikutinya di belakang.
"Hormat Hamba Yang Mulia Pangeran Charlos." tabib Balden memberi sapaan.
Charlos yang berdiri di depan Jendela membalikkan tubuhnya. Dia sudah tahu apa yang dilakukan tabib Balden di kamarnya karena ini merupakan rutinitas Charlos meminum ramuan untuk membuat tubuhnya menjadi kuat.
"Berikan padaku," perintah Charlos.
Tabib Balden meminta ramuan yang dia titipkan pada Helena. Charlos mengerutkan keningnya melihat tabib Balden kali ini membawa asisten tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...