Gadis Kecil Bermata Hitam

803 49 0
                                    

Jane merentangkan kedua tangannya dengan mata terpejam. Mengangkat dagu setinggi yang dia bisa lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Akhirnya!" seru Jane.

Sekarang Jane dan Ana berada di pasar pusat kota. Salah satu tempat terpadat di pusat kota Bellvania bukan hanya rakyat biasa saja yang memadati tempat ini bahkan para bangsawanpun banyak dijumpai di sini.

Beberapa hari ini Jane selalu mengatakan membutuhkan udara lain selain udara Istana. Dia mengatakan udara Istana cepat membuat wajahnya berkeriput.

"Ini udara yang membuat anda tetap muda?" tanya Ana mengingat perkataan Jane.

Baru saja perasaannya merasa lebih baik namun Ana membuatnya buruk kembali. "Aku akan memecatmu Ana."

Kata-kata yang selalu Jane katakan untuk mengancam Ana dan yang Ana lakukan hanya mengangguk, sudah terbiasa dengan ancaman Jane.

Kejadian Julian yang hampir saja memenggal leher Jane sudah berlalu selama tiga hari. Jane benci keadaan Istana sekarang, karena rumor yang tersebar tiga hari lalu semakin bertambah parah. Julian sebagai pelaku terjadinya rumor tidak baik ini! sama sekali tidak melakukan sesuatu untuk meredakannya, dia selalu mengurung diri di ruang kerja. Bahkan datang untuk meminta maafpun tidak.

Hari ini Jane tidak akan memikirkan Julian dan permasalahan Istana dia harus bersenang-senang. "Ini hari libur kita Ana. Kita harus menggunakan waktu sebaik-baiknya."

"Anda benar Yang Mulia." Ana tersenyum. Senyumannya tidak bertahan lama karena merasakan Jane yang memukul bahunya.

Jane memberikan pelototannya. "Berhentilah memanggilku Yang Mulia. Kau merusak penyamaranku," bisiknya.

Ana menutup mulutnya dengan kedua tangan karena baru mengingat sekarang mereka sedang menyamar, dia melihat sekitar. "Maafkan saya Nona." Ana juga ikut berbisik.

Jane hanya mengangguk. "Hari ini kita harus melakukan hal-hal yang menyenangkan_" Jane melihat Ana. "Walaupun aku mengatakan begitu kau tidak boleh merampok Ana, apalagi merampok rakyat yang tidak mampu itu akan sangat menyakiti hatiku. Kalau kau menginginkan sesuatu katakan padaku, aku akan membelikanmu, Ayo Ana!"

Ana melongo mendengar Jane yang mengucapkan hal-hal aneh. Dia lebih tidak percaya lagi, setelah mengatakan itu tanpa rasa bersalah Jane melangkah santai dengan kedua tangan berada di belakang.

Waktu terus berputar. Matahari sudah berpindah kearah barat namun Jane dan Ana masih terlihat disekitaran pasar. Mereka melakukan hal-hal yang menyengakan menurut Jane dan Ana hanya mengikuti saja. Dia hanya pasrah Jane terus menarik tangannya berpindah-pindah tempat.

Tangan kecil Jane mengusap dahinya yang sudah dipenuhi keringat. "Aku lelah. Kita istirahat sebentar." Dia berjalan ke tempat toko pakaian duduk di kursi yang ada di depan toko.

Jane memperhatikan sekitarnya namun tidak ada toko yang menjual minuman. Dia melihat Ana yang duduk di sampingnya lalu menyenggol bahu Ana. "Aku haus."

Ana langsung berdiri. "Saya tahu Nona. Anda tidak perlu mengatakannya."
Jane tersenyum memperlihatkan jejeran giginya. Dia suka Ana yang selalu mengerti dengan maksudnya.

"Tetaplah di sini Nona jangan kemana-mana."

Jane hanya mengangguk malas dan mengibaskan tangannya menyuruh Ana pergi.

"Saya serius Nona. Anda jangan kemana-mana." Ana tahu Jane sangat keras kepala.

Setelah kepergian Ana Jane memperhatikan sekali lagi sekitarnya. Sontak matanya berbinar melihat toko bunga tidak jauh dari tempatnya duduk. Jane heran, dia dan Ana pergi di sekitaran tempat itu tetapi sama sekali tidak melihat ada toko bunga.

Transmigrasi ■ True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang