Menghilangkan Bekas Helena

829 47 9
                                    

Jane duduk bersila di ujung ranjang. Dia menunggu Julian yang sedang membersihkan diri. Dia masih tidak menyangka Julian sekarang berada di kamarnya bahkan menggunakan kamar mandinya. Dia pikir Julian berbohong dengan mengatakan akan menyusulnya.

Jane menoleh kearah pintu kamar mandi yang terbuka. Dia memperhatikan Julian yang baru saja keluar. Pipinya bersemu melihat Julian hanya memakai celana panjang berwarna hitam dan tidak menggunakan baju.

Kepalanya bergerak mengikuti langkah Julian yang mendekati sofa dan meletakkan kain yang dia gunakan untuk mengeringkan rambut disandaran sofa. Mata Jane tidak bisa berpaling dari tubuh Julian. Enam kotak samar yang dilihatnya tiga tahun lalu sekarang sudah terbentuk dengan jelas.

Jane tidak menyangka Julian memiliki tubuh yang terbentuk dengan bagus. Bahu lebar, lengan yang berotot dan perut yang terdapat enam kota. Julian begitu tinggi untuk ukuran pria seusianya. Dia Memiliki kulit yang putih walaupun tidak seputih dirinya. Beberapa bekas luka sayatan juga terdapat pada tubuh Julian.

"Berhentilah memperhatikanku Jane."

Jane tersentak. Dia menatap Julian yang sekarang juga menatapnya. Wajahnya memerah, ternyata Julian menyadari sedang diperhatikan. Jane berdeham untuk menutupi rasa malunya. "Pakai bajumu. Aku akan mengantarmu di kamar sebelah. Pelayan sudah membersihkannya."

Kaki Jane turun dari ranjang namun bokongnya masih duduk di ujung ranjang. Dia memakai sendal berbulunya.

"Aku akan tidur di sini."

Jane kembali melihat Julian. Dia Memperhatikan Julian yang berdiri dengan kedua tangan berada dalam kantong celana, rambut yang biasanya teratur rapi sekarang dibiarkan berantakan dengan rambut bagian depan turun menutupi dahi sampai alis.

Pipinya kembali bersemu, posisi Julian begitu seksi menurutnya. Dia menggeleng untuk menghilangkan pikiran anehnya. "Berhentilah bercanda. Capatlah! Kau harus beristirahat sekarang, kita akan berbicara besok."

Jane berdiri, dia merapikan baju tidurnya yang sedikit tersingkap. Dia mendengar derap langkah pelan, kepalanya terangkat melihat ke depan. Rahangnya terkatup rapat melihat Julian yang berjalan mendekatinya.

"Aku tidak bercanda Jane. Kita akan tidur di kamar yang sama malam ini," ucap Julian.

Sebelah sudut bibirnya terangkat melihat mata Jane yang melolot. Dia berhenti di hadapan Jane. Air menetes mengenai wajah putih Jane saat dia menunduk. Julian membungkuk, dia mendekatkan mulutnya ke telinga Jane.

"Aku sengaja datang kemari untukmu dan kau ingin aku tidur di kamar lain," bisik Julian dengan suara beratnya.

Julian menegakkan kembali tubuhnya. Bulu matanya turun ke bawah saat dia menunduk dan menatap datar Jane yang mendongak.

Kaki Julian melangkah maju merapatkan tubuhnya pada Jane. Setiap dia melangkah maju, Jane akan melangkah mundur.

"Berhentilah maju ke depan."

Jane mendorong Julian namun sia-sia. Dia memutar tubuhnya menyamping. Kakinya baru saja melangkah namun sebelah tangan Julian sudah melingkari perutnya dan menariknya kembali berhadapan dengan pria yang terus melangkah maju.

Jane merasakan kakinya sudah menyentuh ujung tempat tidur. Julian menekan bahunya ke bawah sampai bokongnya menyentuh kasur. Dia memundurkan tubuhnya saat Julian membungkuk dan kedua tangan Julian menguruhnya di sisi kanan kiri.

Bola mata Jane bergerak ke samping menghindari tatapan Julian. Dia menahan napasnya saat Julian mendekatkan wajahnya.

"Bernapas Jane," bisik Julian di depan wajah Jane. Dia meniup wajah tegang Jane membuat mata dengan iris biru itu terpejam.

Transmigrasi ■ True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang