Memiliki Seutuhnya

1.4K 74 4
                                    

WARNING!

Suara derit pintu terbuka mengalihkan pandangan Jane dari buku di pangkuannya. Dia melihat pintu perlahan terbuka menampakkan pria yang tidak pernah terpikirkan akan masuk dalam kamarnya sekarang.

Julian sama sekali tidak menyapa Jane. Dia berjalan ke sudut ruangan lalu meletakkan pedang yang diberikan Harry. Dia hanya melirik Jane yang menatapnya bingung.

"Kau akan kembali sekarang?" tanya Jane.

Saat kembali ke kamar, Jane melihat Julian masuk ke ruang kerja ayahnya. Dia mengira Julian akan langsung kembali ke penginapan. Jane mendengus kesal karena Julian yang mengabaikan pertanyaannya.

Bola mata Jane mengikuti setiap langkah Julian. Alisnya menyatu melihat pria itu masuk dalam kamar mandi. Dia masih menatap pintu kamar mandi yang baru saja tertutup. Suara percikan air dari dalam kamar mandi menyadarkan Jane. Dia menatap horor pintu itu.

Cepat-cepat Jane menutup buku di pangkuannya lalu meletakkan buku itu di atas meja. Dia turun dari sofa berlari kecil kearah ranjang, menaikinya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Kenapa dia tidak kembali saja ke penginapan," gumam Jane.

Lama Jane menunggu, bola matanya bergerak kesana kemari dalam selimut. Jantungnya kembali tidak baik-baik saja. Dia sudah tidak mendengar suara percikan air, setelahnya suara pintu terbuka. Dia langsung menutup matanya rapat. Jane takut kejadian tiga hari lalu terulang kembali. Lebih baik dia berpura-pura tidur.

Walaupun mata Jane tertutup namun telinganya masih bisa mendengar. Langkah kaki Julian kembali terdengar. Setelahnya dia sudah tidak mendengar suara langkah lagi.

"Kau menyukai buku mistik?"

Pejaman mata Jane sontak terbuka mendengar pertanyaan Julian. Dia menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya. Matanya terbelalak malihat Julian yang memperhatikan bolak balik sampul buku yang baru saja di bacanya.

Jane melompat turun dari tempat tidur. Dia berlari kearah Julian. Tangannya terangkat menarik buku dari genggangaman pria itu, namun Julian menahan bukunya. Jane tidak akan kalah, dia terus menarik buku itu, namun Julian tetap menahannya dengan kuat.

"Lepaskan," pinta Jane.

Bukannya melepaskan, Julian malah menarik kuat buku itu membuat tubuh Jane ikut tertarik ke depan. Salah satu tangan Jane terangkat menempel di dada bidang Julian, menahan tubuhnya yang hampir saja menabrak tubuh kekar pria itu.

Sekarang jarak mereka hanya kurang dari beberapa senti. Jane mendongak, namun kepalanya kembali tertunduk dengan mata terpejam saat air dari rambut Julian menetes mengenai matanya.

Saat mata dengan iris biru itu kembali terbuka. Dada telanjang Julian menjadi pemandangan pertama kali yang dilihatnya. Bulu mata Jane bergerak-gerak, secepatnya dia menurunkan tangannya yang masih menempel di dada Julian. Kepalanya bergerak turun menelusuri tubuh Julian sampai bawah. Matanya melebar melihat Julian hanya memakai handuk yang melilit tubuhnya dari pinggang sampai lutut.

Pipi Jane bersemu. "Bodoh Jane, kau melupakannya lagi," batinnya.

Sebisa mungkin Jane menghindari kontak mata dengan Julian. Perlahan tangannya melepaskan buku yang masih berada di genggamannya dan Julian. Dia akan mencari alasan lain saat Julian bertanya. Sekarang dia harus menjauh.

Jane memundurkan tubuhnya. Dia menggaruk hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal. "Aku akan meminta pelayan menyiapkan bajumu."

Jane berbalik meninggalkn Julian. Dia menghela napas lega saat jarak pintu dan dirinya semakin dekat. Dia harus cepat-cepat keluar dari sini. Tangannya sudah menarik gagang pintu namun pintu kembali tertutup karena dorongan seseorang dari belakang.

Transmigrasi ■ True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang