FLASHBACK ON
Malam Pesta Ulang Tahun Charlos.
Keramaian dan kemegahan pesta tidak membuat sosok pria sedingin Julian akan menghadirinya. Sudah sepuluh tahun dirinya tidak pernah terlihat dalam pesta ulang tahun Charlos. Julian lebih baik menghabiskan waktunya di ruang kerja atau melakukan kegiatan lainnya.
Seperti sekarang. Julian duduk membaca satu persatu pernyataan prajurit perbatasan wilayah selatan. Sejak awal Julian memiliki kecurigaan dibalik wilayah selatan dengan mudah diserang. Ternyata kecurigaannya benar. Banyak keanehan yang terjadi sebelum terjadinya penyerangan.
Pasokan senjata terhenti selama sebulan. Pasukan Nyctophilic bahkan mengetahui tempat persenjataan yang dirahasiakan. Sepertinya mata-mata berhasil masuk dan mengintai markas Bellvania sebelum penyerangan terjadi.
Tidak perlu membaca pernyataan prajurit selanjutnya. Julian yakin semua akan sama. Punggungnya ia sandarkan seraya memijat pangkal hidungnya.
Julian menghela napas lelah. Dia membaca begitu banyak lembar pernyataan sejak sore. Amarah akibat pertengkaran dengan ayahnya ia lampiaskan pada berkas-berkas yang menumpuk.
Suara gesekan lantai dan kaki kursi terdengar bersamaan dengan tubuh Julian yang bergerak berdiri. Istirahat sebentar tidak akan membunuhnya. Kaki panjang Julian melangkah mendekati pintu meninggalkan tumpukan berkas di atas meja begitu saja.
Saat pintu terbuka. Walaupun wajah Julian tidak berekspresi apapun tetapi mata tajamnya bergerak memperhatikan keadaan sekitar.
Ada yang aneh. Julian tahu hampir keseluruhan prajurit dikerahkan untuk menjaga Aula Istana, tempat perayaan ulang tahun Charlos dilaksanakan. Tetapi Itu tidak akan membuat Istana lengah dengan membuat kediaman anggota kerajaan kosong tanpa penjagaan.
Kakinya bergerak melangkah menyusuri lorong menuju kediamannya. Louis senantiasa mengukutinya di belakang.
Sepanjang jalan Julian tidak melihat prajurit berdiri di sisi kiri kanan seperti biasanya. Bahkan saat melewati lorong kamar Jane. Melalui ekor matanya, Julian juga tidak melihat kehadiran prajurit.
Julian kembali melangkah semakin mendekati kamarnya. Derap langkahnya dan Louis mengisi kekosongan tempat itu.
Julian diam sejenak menatap tajam pintu yang menjulang tinggi dihadapannya. Perlahan ia mendorong pintu kamarnya. Kewaspadaan Julian semakin meningkat.
Sial! Pintu balkon kamarnya terbuka lebar memperlihatkan dua orang berjubah baru saja melompat.
Dengan langkah lebar Julian berlari menuju balkon kamar, begitupun Louis. Jarak antara balkon kamar dan tanah tidak menghentikan Julian dan Louis untuk melompat. Mereka mendarat dengan aman, bukan hal baru bagi mereka berdua.
Julian dan Louis kembali berlari mengejar kedua penyusup itu. Salah satu penyusup sempat melihat ke belakang. Topeng yang menutupi wajah penyusup itu membuat Julian tidak bisa melihat wajahnya.
Tidak perlu ada perintah. Saat kedua penyusup berpencar Louis tahu apa yang harus dilakukan. Sekarang mereka berlari beda arah dengan mengejar masing-masing satu penyusup.
Sorot mata Julian memancarkan api kemarahan. Penyusup itu bukan orang sembarangan. Dia begitu lincah dan cepat.
Tetapi itu tidak akan membuat Julian menyerah. Julian meningkatkan kecepatan larinya. Dia menyeringai saat jarak mereka semakin dekat.Julian melompat lalu menendang punggung penyusup itu. Tendangan kuat Julian membuat pria bertopeng jatuh tersungkur ke tanah. Kaki Julian kembali terangkat ingin menendang tubuh penyusup namun gerakannya kalah cepat, penyusup itu memutar tubuhnya menghindari tendangan Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...