Jane berdiri tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dia melihat banyak sekali tumpukan berkas di atas mejanya.
"Anda harus mempelajari semua berkas-berkas ini Yang Mulia."
Jane mengalihkan pandangannya kearah kepala pelayan yang baru saja berbicara. Jane mellihat kembali mejanya yang dipenuhi berkas. Seingat Jane dulu berkas-berkas yang harus dia pelajari tidak sebanyak ini.
"Dan ini kegiatan sosial yang harus Yang Mulia ikuti," ujar kepala pelayan lagi.
Jane melihat kepala pelayan memberikan kertas ke Ana seperti sebuah jadwal. Setelah melakukan semua tugasnya kepala pelayan pergi meninggalkam ruang kerja Jane.
Jane duduk di depan meja mengambil salah satu berkas yang berada paling atas dari tumpukan, dia membuka berkas itu. Jane tidak membacanya, dia hanya terus membuka lembaran-lembarannya lalu menutup kembali berkas yang ada ditangannya dan meletakkan pada tempat semula.
Jane memeluk tumpukan berkas itu meletakkan pipinya di atas tumpukan berkas.
Jane menghela napas lelah. "Setelah mempelajari semua ini aku akan menjadi seorang profesor Ana," ucap Jane dengan lemas.
Ana menahan senyumannya melihat Jane. Ana tahu Jane bukan orang yang suka membaca bukan berarti Jane bodoh hanya saja membaca dalam jumlah yang banyak bukan hobinya.
Jane memejamkan matanya. Tiba-tiba dia memikirkan Julian. Sudah satu minggu tidak ada kabar dari perbatasan. Jane selalu mengatakan tidak peduli setiap Ana membawa kabar dari perbatasan tetapi setiap malam sebelum tidur dia selalu berdoa agar Dewa selalu melindungi Julian dan prajurit lainnya yang sekarang sedang berperang.
Dan sudah seminggu ini Jane terus menempeli Charlos untuk mengamati pergerakan Helena. Melihat wanita seperti apa yang disukai Julian.
Jane membuka pejaman matanya, dia melihat kertas yang Ana pegang.
"Ana berikan padaku kertas ditanganmu." Jane tidak mengubah posisinya dia hanya mengangkat tangan kanannya.Ana memberikan kertas yang ada ditangannya. Jane melihat kertas itu, alisnya menyatu membaca jadwal yang ada di kertas. Jadwalnya kebanyakan mengunjungi rakyat biasa dan itu sangat banyak.
Sontak Jane menegakkan duduknya karena mengingat sesuatu. Dia tersenyum memegang kertas dengan kedua tangannya. Dia perhatikan keseluruhan jadwal. Bukankah dia ingin mencari dukungan rakyat? Jane bisa menggunakan cara ini untuk mengambil hati rakyat. Jane mendongak melihat Ana yang berdiri di samping tempat duduknya. "Apa aku memiliki baju yang sederhana?"
"Saya tidak tahu sederhana yang dimaksud Yang Mulia," jawab Ana ragu. Ana bingung menjelaskannya sederhana menurut Jane tetapi mewah menurut Ana.
"Sederhana Ana. Baju yang membuat aku terlihat biasa saja tetapi tetap membuatku terlihat cantik."
Ana mencoba mengingat baju yang dimiliki Jane dan seingat Ana tidak ada baju seperti yang Jane sebutkan. Baju Jane kebanyakan baju yang kelewatan mewah menurut Ana.
"Saya rasa tidak ada Yang Mulia."
"Baiklah. Sediakan baju seperti yang kumaksud tadi. Aku akan menggunakannya dikegiatan sosialku."
Citra Jane di kalangan rakyat Bellvania sangat buruk. Dia dikenal dengan gadis yang manja dan angkuh. Jane harus mengubah pandangan mereka. Dikehidupan dulu seluruh rakyat Bellvania membencinya dan mendukung hukuman yang diberikan padanya karena citra buruknya itu dan anggapan wanita iblis yang diberikan mereka terhadap dirinya.
Sekarang Jane akan mengubah semuanya. Mencegah kejadian dimasa depan. Setidaknya banyak yang akan menaruh simpati pada dirinya. Jane tersenyum memikirkan rencananya. Dia bersandar pada sandaran kursi melipat kedua tangan di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...