Harry merotasikan bola matanya. Dia mendengus kesal. Jika tahu begini dia tidak perlu membuat tangannya pegal dengan menulis semua informasi itu. Dalam hati ia terus mengumpati kebodohannya dan Julian. Harry akan memaafkan Duke Aldrich tetapi tidak dengan sahabatnya.
"Baiklah." Akhirnya Harry mengalah. "Aku akan mulai dengan Ratu Quanda."
Harry menumpukkan kedua tangannya di atas meja. Tatapannya menjadi serius. "Kecurigaan kita betul. Ratu terlibat dalam rencana pembunuhan Raja."
"Sudah kuduga," sahut Duke Aldrich.
Julian hanya menyeringai. Sejak awal ia sudah yakin wanita ular itu terlibat.
Sedangkan Jane terkejut dengan fakta yang baru saja Harry katakan. Selama ini dia hanya berpikir orang lain yang merencanakan pembunuhan dan Ratu Quanda menggunakan kesempatan ini untuk menggulingkan Julian.
"Menurut informasi yang aku dapatkan. Panglima menarik prajurit yang berjaga di tempat-tempat yang kau katakan." Harry melihat Julian. "Panglima mengatakan kau memerintahkan tempat itu tidak perlu dijaga dan menyuruh para prajurit berjaga di sekitaran Aula Istana dan pergi berlatih."
Harry menegakkan duduknya. "Aku sudah menyelidikinya. Ratu dalang dari semua itu. Dia yang memberikan perintah pada Panglima Carl. Bahkan penyelidikan dilakukan bukan pada tempat terjadinya penusukan seperti katamu. Itu juga karena Ratu Quanda."
"Penyelidikan hanya dilakukan pada tempat dimana Kepala Pelayan melihatmu dan belati milikmu ditemukan di sekitaran tempat itu. Semua itu atas perintah Ratu Quanda. Ratu beralasan Kepala Pelayan telah melayani Istana bertahun-tahun. Tidak mungkin Kepala Pelayan akan berbohong dan berkhianat. Bukankah itu sangat mencurigakan?"
Harry menunggu jawaban namun tidak ada tanggapan dari siapapun.
"Ya kau betul, itu sangat mencurigakan," sahut Jane.
Untuk pertama kalinya Harry bersyukur berada satu tempat dengan Jane. Dia tersenyum pada Jane lalu mengedipkan sebelah matanya. Sungguh sial, matanya bertemu dengan tatapan tajam Julian.
"Aku akan melanjutkan." Cepat-cepat Harry mengalihkan. "Satu hari sebelum pesta ulang tahun Pangeran Charlos. Ratu bertemu seseorang disebuah kedai pusat kota. Tahun-tahun sebelumnya Ratu tidak pernah melakukan ini. Pergi keluar Istana untuk bertemu seseorang disaat persiapan pesta ulang tahun pangeran."
"Kau mengetahui orang yang bertemu Ratu?" tanya Duke Aldrich.
Harry menggeleng. "Tidak. Pelayan yang melayani Ratu mengatakan orang itu menutupi wajahnya dengan tudung jubah. Setelah masuk dalam ruangan, mereka sama sekali tidak memesan apapun. Tidak ada orang yang masuk dalam ruang selain Ratu dan orang itu. Tapi pelayan itu mengatakan, orang yang bertemu Ratu adalah seorang gadis."
"Aku masih mencari tentang gadis itu," lanjut Harry.
"Bagaimana dengan pria bangsawan yang aku katakan?" tanya Julian.
Harry menepuk meja bersemangat. Dia sampai memajukan badannya menempel dengan ujung meja.
"Alasan pengawal pribadi Raja tidak berada di tempat kejadian karena Raja mengatakan tidak perlu mengikutinya. Raja mengatakan hanya akan bertemu teman lama," ucap Harry bersemangat.
"Karena Raja belum kembali pengawal Raja berdiri di depan pintu Aula Istana menunggu kedatangan Raja. Pengawal ayahmu mengatakan, dia sangat ingat hanya satu orang yang masuk dalam Aula sebelum terjadinya kekacauan. Baron Barnett Serenity, ayah dari Helena calon Pangeran Charlos. Pengawal itu menganal Baron Barnett karena merupakan sahabat baik dari Ratu Rosalina," sambung Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...