Julian menolehkan kepalanya ke samping, dia melihat Jane yang memicingkan mata. "Aku tidak pernah memberikan bantuan tanpa imbalan Jane. Kau tahu sendiri aku tidak sebaik itu."
"Apa Maks_Julian!" pekikan Jane keluar saat kedua tangan Julian memegang pinggangnya lalu mengangkat tubuhnya berpindah tempat duduk.
Tubuh Jane manjadi tegang merasakan bokongnya menduduki paha keras Julian. Dia ingin memarahi Julian karena membawanya duduk ke pangkuan pria itu. Jane bergerak mundur ingin turun dari pangkuan Julian namun Julian menahan pinggang kecilnya. "Julian!" bentak Jane. Matanya melebar memberikan peringatan pada Julian.
Jane tidak nyaman dengan posisi duduk di pangkuan Julian dan saling berhadapan. Kedua kakinya terbuka berada disisi kanan dan kiri Julian. Dia lebih tidak nyaman karena sekarang tatapan Julian mencoba mengintimidasinya.
Julian benci Jane selalu membentaknya bahkan ayahnya saja jarang sekali membentaknya. Dia memajukan wajahnya menempelkan bibirnya pada bibir Jane. Julian membuka mulut lalu menggigit bibir Jane yang masih tertutup rapat. Dia selalu ingin melakukan ini setiap kali Jane mengumpatinya atau membentaknya.
Julian merasakan kedua tangan Jane yang mendorong bahunya. Tidak ada perlawanan dari Julian membuat punggungnya tersandar pada sandaran sofa karena dorongan kedua tangan Jane. Julian terkekeh melihat alis Jane yang menukik tajam dan tangannya yang memegang bibir. Dia semakin mendorong tubuh Jane ke depan.
Kedua tangan Jane terangkat memegang dada Julian mencoba menahan dirinya saat Julian mendorong tubuhnya semakin merapat. Dia menoleh ke belakang melihat pintu coklat yang menjulang tinggi. Dia ingin berteriak meminta bantuan pada Ana yang menunggunya di luar namun akan sangat memalukan jika Ana melihat posisinya sekarang dengan Julian.
Kepala Jane terputar melihat kembali ke depan karena tarikan jari telunjuk Julian di dagunya. Dia merasakan tangan kiri Julian yang melingkari pinggangnya sedangkan tangan kanan Julian sekarang mengelus pipinya. Dia melihat mata Julian yang menggelap. Jari-jari Julian turun ke bibirnya, mengelusnya dengan lembut sebelum menekan bibir bawahnya menggunakan ibu jari.
"Jane. Siapa yang pernah menyentuh bibirmu selain diriku?" mata Julian menatap bibir merah alami Jane dan terus menekannya.
Mendadak otak Jane menjadi kosong tidak bisa berpikir dengan baik dan mulutnya tertutup rapat. Dia hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Ini hanya perasaannya atau pendengarannya yang bermasalah. Suara berat Julian terdengar serak di telinganya dan begitu seksi. Jane menggigit dalam bibirnya.
"Bagus Jane!" Julian mengangkat pandangannya mendekatkan mulut ke telinga Jane dengan tangan tetap mengelus bibir Jane. "Hanya aku yang boleh menyentuhnya," bisik Julian dengan suara rendah.
Julian masih diam dengan posisinya menunggu tanggapan Jane. Matanya mengerling melihat Jane yang hanya diam. "Katakan Jane. Hanya aku yang boleh menyentuhmu," lanjutnya.
Jane menggigit bibir bawahnya karena perasaan aneh yang dirasakannya bahkan hanya untuk menarik napas saja Jane merasa tidak bisa. Dia ingin menggeleng agar Julian tidak semakin mengintimidasinya namun tanpa sadar dia mengangguk. "Kepala sialan," batin Jane.
Julian meremas pinggang Jane membuat Jane meringis. "Katakan Jane," ucap Julian penuh penekanan. Dia butuh pengakuan Jane, dia ingin mendengar suara Jane mengatakannya secara langsung.
Jane menelan ludahnya susah payah. Dia ingin segera pergi dari ruangan ini tetapi dia yakin Julian tidak akan membiarkan itu terjadi. Ternyata Julian orang yang tidak bisa diajak bekerja sama. Dia hanya meminta bantuan kecil namun Julian membalas dengan menyiksanya. "Hanya kau yang boleh menyentuhku Julian," jawab Jane pelan.
Julian menyeringai. Ekspresi kemenangan menghiasi wajahnya sekarang. Dia mengingat perkataan Jane yang ingin menghindarinya berapa kalipun kehidupan mempertemukan mereka. Jika Jane menginginkan itu, dia akan menunjukkan pada Jane, berapa kalipun kehidupan mempertemukan mereka. Jane tetap akan berada di bawah kuasanya dan akan tetap menjadi miliknya. "Kau harus selalu mengingat kata-katamu Jane." setelah mengatakan itu Julian menggigit telinga Jane.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasiKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...