Jane bergerak gelisah. Dirinya merasa kosong tidak merasakan pelukan Julian. Perlahan pejaman matanya terbuka. Dia menoleh kearah pintu. Menatap pintu lama berharap Julian muncul dari balik pintu.
Selama bersembunyi dari pengejaran Istana, Julian akan tinggal di kediaman Duke Aldrich.
"Rumah ini lebih aman dari pada penginapan di pinggiran kota. Orang-orang dari Istana tidak akan mudah masuk dalam rumah ini. Tetaplah di sini." Kata-kata Duchess Letizia yang mencoba menahan Julian dan yah! berhasil.Itulah yang membuat Jane menunggu kedatangan Julian. Karena Julian tidak akan kembali ke penginapan.
Jane merasa takut pada Julian tetapi diwaktu bersamaan ia menginginkan Julian memeluknya sekarang.
Ada yang berbeda dari dirinya. Semenjak Julian kembali dari Maxis, Jane merasa sangat ketergantungan pada pria itu. Julian harus selalu ada di sampingnya setiap waktu. Dirinya merasa kehilangan dan gelisah tanpa Julian di sisinya.
Seperti sekarang. Jane mencoba memejamkan kembali mata tetapi tetap tidak bisa, dia menginginkan Julian sekarang memeluk dirinya.
Jane sudah tidak bisa menahannya. Dia mengubah posisinya menjadi duduk lalu menyibak selimut. Sendal coklat dengan beberapa bulu halus menghiasi sekitaran sendal membalut kaki Jane mengahalangi dinginnya lantai menembus telapak kakinya.
Langkah kaki Jane membawanya keluar kamar. Terus melangkah melewati setiap pijakan tangga sampai di lantai bawah.
Keadaan sekitar begitu senyap, tidak ada siapapun. Jelas saja, malam begitu larut waktunya untuk orang-orang beristirahat. Tidak semua orang. Beberapa penjaga masih berkeliaran di sekitar rumah.
Jane tahu harus mencari Julian dimana. Saat tubuhnya sepenuhnya keluar, udara dingin yang berhembus dari halaman belakang menembus sampai ke tubuhnya. Jane merasa bodoh. Seharusnya tadi ia menggunakan mantel sebelum keluar.
Dia harus cepat menemukan Julian dan kembali ke kamar. Sungguh udara di luar sangat dingin.
Jane melihat di bawah pohon tempat biasa Julian menikmati cerutunya namun tidak ada siapapun di sana. Kepalanya berputar mengamati sekitar tetap sama, ia tidak menemukan keberadaan Julian.
Jane memeluk tubuhnya sendiri merasakan dingin yang semakin menusuk. Sepertinya Julian masih berada di ruang bawah tanah.
Dia melangkah melewati jalan yang dipenuhi jejeran lampu sebagai penerang. Jane semakin mengeratkan pelukannya menghalau rasa dingin agar tidak menyentuh tubuhnya lebih dalam.
Jane harus melewati gudang penyimpanan makanan untuk sampai ke ruang bawah tanah. Dia terus berjalan samakin mendekati bagian belakang gudang.
Samar-samar ia mendengar suara seseorang sedang berbicara. Semakin dekat suara itu semakin jelas.
Jane sangat mengenali orang yang baru saja berbicara. Itu suara Harry dan suara pria yang sedang Jane cari.
Selangkah lagi tubuhnya tidak akan terhalang oleh bangunan gudang. Namun langkahnya harus terhenti mendengar pertanyaan Harry.
"Kau tidak akan membaritahu Jane masalah ini?" tanya Harry.
Julian menyesap cerutunya lalu mengeluarkaan asap dalam mulutnya perlahan. "Lebih baik Jane tidak mengetahuinya sekarang."
"Kau akan menerima tawaran Luisa?" tanya Harry lagi.
Nama Luisa di sebut membuat Jane menyembunyikan tubuhnya dengan bersandar pada tembok gudang. Dia menajamkan pendengarannya. Jantungnya mulai berdegup kencang.
"Julian menyembunyikan sesuatu?" batin Jane.
"Aku tidak punya pilihan. Raja Dougal tidak akan dengan mudah menyerahkan sepenuhnya kekuatan militer mereka padaku. Prajurit milik ayahmu dan prajurit yang aku miliki di perbatasan tidak mampu untuk melumpuhkan Bellvania. Aku membutuhkan kekuatan prajurit lebih banyak. Jika aku menikahi Luisa. Gadis itu akan membuatku mendapatkan kekuatan militer lebih banyak dari Maxis," jelas Julian. Dia tidak punya pilihan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...