Jane duduk di lantai. Punggungnya besandar di ranjang. Kakinya di tekuk sedangkan kedua tangannya bertumbu di atas lutut. Dia melihat ke depan. Menatap lama tembok kamarnya.
Satu minggu telah berlalu semenjak tragedi kegugurannya dan lima hari telah berlalu semenjak jamuan teh yang diadakan oleh Bangsawan Serenity.
Setiap hari ia harus meminum ramuan untuk penyembuhannya. Walaupun belum pulih sepenuhnya namun sekarang ia sudah bisa beraktifitas seperti biasa.
Selama ini dirinya dan Julian tidak pernah lagi berbicara. Setiap kali pria itu memulai pembicaraan Jane selalu mengabaikan pria itu.
Tidak ada lagi perdebatan dan pertengkaran. Walaupun tidur di kasur yang sama, ada jarak yang tercipta antara keduanya.
Julian banyak menghabiskan waktunya di ruang bawah tanah sedangkan dirinya hanya mengurung dirinya dalam kamar. Sesekali Margaret akan datang mengunjunginya berusaha membuatnya tertawa terbahak-bahak seperti dulu, tetapi percuma.
Sepertinya rencana yang pernah diusulkannya berhasil. Margaret berkata seluruh orang di kota terus membicarakan rumor itu. Kejanggalan dari kematian Raja membuat rakyat semakin mencurigai Ratu.
Tetapi bukan itu yang menggangu pikiran Jane sekarang. Ucapan Migel saat pertama kali ia menemukan keberadaan Grace cukup mengganggu Jane sekarang.
"Kenapa aku tidak memikirkannya?" gumam Jane.
Dia menoleh menatap pintu yang selalu tertutup rapat. "Ana!" teriaknya.
Pintu kamar terbuka. Ana muncul dari balik pintu. Akhir-akhir ini Jane selalu memerintahkannya untuk menunggu di luar kamar. Nyonyanya selalu mengatakan ingin sendirian.
"Anda menginginkan sesuatu?"
"Siapkan kereta kuda. Aku ingin pergi ke suatu tempat," perintah Jane.
"Baik Yang Mulia." Walaupun penasaran Ana tidak memiliki keberanian untuk bertanya sekarang.
Jane berdiri. Pandangannya jatuh pada pedang Julian yang berada di sudut ruangan. Kakinya mulai melangkah namun bukan pedang itu yang menjadi tujuan Jane. Dia berjalan memasuki ruangan tempat gaunnya berada.
Sedangkan yang dilakukan Ana. Dia tidak langsung meminta para penjaga untuk menyiapkan kereta kuda. Di sinilah ia sekarang, berdiri di hadapan Duke Aldrich dan Duchess Letizia.
"Jane tidak mengatakan kemana ia akan pergi?" tanya Duke Aldrich setelah mendengar informasi yang diberikan Ana.
Ana menggeleng. "Putri Mahkota tidak mengatakan kemana tujuannya. Putri Mahkota hanya meminta saya untuk menyiapkan kereta kuda."
Setelah mengalami keguguran Jane tidak pernah keluar kamar. Dia hanya berdiam diri dalam kamar melamun dengan tatapan kosong ke depan. Tidak membiarkan orang lain mengganggu waktu sendirinya.
Duke Aldrich dan Duchess Letizia sampai meminta Ana untuk terus mengawasi Jane dan melaporkan setiap pergerakan putri mereka.
Mereka tidak menduga kehilangan yang dialami Jane begitu mendalam. Sampai mengubah putri mereka yang ceria menjadi pendiam.
Derap langkah tegas terdengar dari arah belakang mendekati tempat Duke Aldrich, Duchess Letizia dan Ana yang berada di ruang tengah.
Ketiga manusia itu menoleh bersamaan. Menatap Julian yang baru saja ikut bergabung bersama mereka.
Julian mengamati ekspresi kedua orang Jane. "Terjadi sesuatu dengan Jane?" tanyanya.
"Jane akan pergi keluar," jawab Duke Aldrich.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...