"Maafkan hamba Yang Mulia hamba tidak sengaja melakukannya," ucap Helena.
Semua orang diam bahkan Rajapun tidak mengeluarkan suara. Semua orang dalam ruangan itu tahu Julian sekarang sangat marah terlihat dari rahangnya yang mengetat dengan urat-urat dilehernya yang timbul.
"Kau pantas mendapatkan hukuman." bukan Julian yang bersuara tetapi Jane.
Raja Hugo menyingkirkan tubuhnya membuat semua orang dapat melihat Jane yang tadi berdiri di belakang Raja. Sekarang semua orang memusatkan perhatian mereka kearah Jane tidak terkecuali Julian.
"Wanita murahan sepertimu tidak pantas berada didekat Julian bahkan satu sentipun tidak boleh." tubuh Jane bergetar kedua tangannya mengepal kuat.
"Kau_" Jane sudah tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Melihat Julian dan Helena berada di ruangan yang sama membuat Jane mengingat masa lalunya.
Jane sudah tidak sanggup lagi melihat semua ini dia berbalik berlari menerobos kerumunan orang. Jane tersandung jatuh terduduk di lantai tetapi secepat mungkin dia berdiri melanjutkan larinya dengan terus mengusap air matanya.
Ana yang melihat Nonanya berlari keluar dari Aula Istana diikuti Duke Aldrich dan Duchess Letizia di belakang membuatnya refleks berlari mengikuti mereka.
Sedangkan di Aula Istana Semua orang masih diam tidak ada yang berani bersuara. Suasana berubah menjadi mengcekam.
"Kau mendengarnya?" tanya Julian. "Jane menginginkanmu dihukum."
"Seharusnya gunakan mata dan kakimu dengan baik sebelum aku mematahkannya," lanjut Julian.
"Yang Mulia hamba mohon maaf. Hamba bersalah Yang Mulia," mohon Helena yang sudah berderai air mata.
Julian tidak mengatakan apapun dia hanya berbalik lalu melangkahkan kakinya. Julian melihat salah satu prajurit yang berdiri di samping dinding.
Prajurit itu mengetahui kode dari Putra Mahkota lalu menegakkan tubuhnya yang awalnya posisi kedua tangan dibelakang dan memberi hormat. Setelahnya dia berlari ke tempat Helena yang masih bersujud diikuti oleh prajurit lainnya.
Helena terus berteriak memohon pengampunan tetapi Julian tidak menghiraukannya.
Semua orang di ruangan itu menjadi saksi seberapa kuat posisi seorang Jane bahkan status Jane masih calon Putri Mahkota garis bawahi CALON. Mereka akan berpikir seribu kali jika berurusan dengan Jane.
*****
Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian di Aula Istana. Sekarang Jane duduk di depan jendela kamar memikirkan nasibnya. Besok adalah hari pernikahannya. Dan selama dua minggu ini terbuang sia-sia.
Selama dua minggu dia sama sekali tidak pernah keluarga dari kediaman Duke Aldrich. Dia hanya mengetahui berita luar dari Ana.
Setelah kejadian itu banyak yang membicarakan keprotektifan Jane terhadap Putra Mahkota ada juga yang membicarakan betapa buruknya Jane tetapi semua itu sudah biasa bagi Jane yang membuat dia tidak percaya adalah saat Ana mengatakan bahwa malam itu juga Helena dipenjara.
"Bagaimana bisa. Dulu tidak ada kejadian seperti ini," monolog Jane.
"Nona mengatakan sesuatu?" tanya Ana.
"Sebaiknya kau diam Ana."
Ana mengerucutkan bibirnya. Ana bertanya takut Nonanya menginginkan sesuatu.
Tiba-tiba Jane memukul pahanya kencang karena mengingat sesuatu. Dia ingat sekarang, dulu Julian sempat datang terlambat ke Aula Istana karena harus berganti pakaian itu yang dikatakan teman Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...