Jane terus menguap lalu mengusap air matanya yang sedikit keluar. Dia memangku wajahnya dengan sebelah tangan. Memperhatikan Nyonya Bricits yang sedang menjelaskan tata cara seorang Putri Mahkota bagaimana seharusnya bersikap. Dia sudah pernah mempelajari semua yang Nyonya Bricits jelaskan. Dijelaskan kedua kalinya membuat Jane mengantuk.
"Sepertinya penjelasanku membosankan untukmu Putri Mahkota," ujar Nyonya Bricits.
Jane langsung menegakkan duduknya mendengar Nyonya Bricits yang menyinggungnya.
"Ah Maafkan Aku Nyonya Bricits. Aku hanya belum terbiasa."
"Mungkin kau sudah kelelahan. Kita akhiri di sini pembelajaran kita. Sampai bertemu besok Putri Mahkota." Sebelum pergi Nyonya Bricits membereskan barang bawaannya tidak lupa membungkuk memberi hormat.
Jane berdiri ikut memberi hormat pada Nyonya Bricits. Melihat Nyonya Bricits yang sudah keluar dari ruangan itu. Jane mengangkat kedua tangannya ke atas meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena satu hari ini dia kebanyakan duduk.
"Akhirnya! Baru hari pertama saja aku sudah merasa bosan. Semangat Jane kau sudah pernah melaluinya kali ini kau pasti bisa," ucap Jane menggebu-gebu menyemangati dirinya.
Jane berjalan dengan lesu dia melihat langit yang sudah gelap sepertinya dia akan beristirahat lebih cepat.
Diperjalanan Jane tidak sengaja bertemu dengan Julian. Jane melihat Julian yang memakai baju besinya mungkin Julian juga baru selesai berlatih. Dan sialnya tujuan mereka sama jadi mereka harus melewati lorong yang sama juga.
Diperjalanan suasananya terasa canggung. Julian dan Jane berjalan berdamping tetapi mereka sama-sama diam.
Jane dan Julian memiliki kamar yang terpisah tetapi masih di wilayah yang sama bagian sayap timur Istana. Jangan heran dengan hal ini bahkan Raja dan Ratu memiliki kamar yang terpisah.
Jane sudah berbelok ke lorong kamarnya. Tetapi dia menghentikan langkahnya.
"Ana tunggu aku di kamar. Aku akan segera kembali." setelah mengatakan itu Jane berbalik berjalan cepat menuju kamar Julian.
Cukup sudah dia sabar selama tiga hari ini menghadapi sikap diam Julian. Dia harus menanyakan secara langsung alasan Julian menciumnya sebelum dia mati karena penasaran. Jane membuka kasar pintu kamar Julian.
Julian duduk disalah satu kursi, punggungnya dia sandarkan pada sandaran kursi kedua tangannya bertautan dan meletakkannya di atas paha dengan kaki yang tersilang.
Saat Jane masuk Julian juga melihat kearah pintu sepertinya Julian memang sudah mengetahui kedatangan Jane.
Jane melihat Louis yang berdiri di samping tempat duduk Julian. "Louis bisakah kau meninggalkan aku dan Julian?"
Louis melihat Julian meminta persetujuan tetapi Julian tidak melihat kearahnya, matanya hanya tertuju kepada Jane.
Louis memberi hormat pada Julian dan Jane lalu pergi meninggalkan kamar itu.
"Ada yang ingin kau jelaskan?" tanya Julian.
Jane melihat kesal kearah Julian. Bukankah seharusnya dia yang bertanya begitu.
"Sepertinya kau yang ingin menjelaskan sesuatu Julian."
"Tidak ada yang perlu aku jelaskan Jane."
Jane menghembuskan napas dengan kasar karena kesal. "Sebenarnya apa maumu Julian? Kau menciumku dihari pernikahan kita. Setelah itu kau mengabaikanku."
"Apa motifmu mendekati Charlos?" tanya Julian tidak menjawab pertanyaan Jane.
Jane diam mencoba mencerna pertanyaan Julian. "Kau mengatakan apa tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasiaKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...