Perlahan kelopak mata yang tertutup sejak kemarin mulai terbuka. Mata itu berkedip lemah beberapa kali menyesuaikan pancaran cahaya yang masuk ke retinanya.
Mata sayu itu menatap lama langit-langit kamar. Tenggorokannya terasa kering. Dia merasakan tangannya sedang digenggam.
Perlahan kepalanya bergerak menoleh ke samping. Ternyata ibunya yang menggenggam tangannya dengan posisi bersandar di kepala ranjang dan mata terpejam.
Kepalanya kembali bergerak. Di sofa ia melihat ayahnya dan Julian yang duduk bersandar dengan mata terpejam juga. Begitupun dengan Ana yang duduk di tempat biasa.
Jane melihat kembali langit-langit kamar. Tubuhnya terasa lemah digerakkan. Bahkan rasa perih masih ia rasakan di bagian perutnya. Ini pasti akibat dari kejadian kemarin.
Dia mengingat berlari masuk kamar mandi. Karena kecerobohannya ia tergelincir dan sebelum jatuh, perutnya sempat membentur wastafel. Lalu darah kelaur di antara pahanya. Dia juga mengingat rasa sakit di perut dan punggung bagian bawahnya.
Walaupun lemah Jane membalas menggenggam tangan ibunya.Duchess Letizia merasakan pergerakan dari putrinya. Dia membuka pejaman matanya lalu menunduk.
"Jane!" Seruan Duchess Letizia membangunkan semua orang.
Duke Aldrich dan Julian bergegas mendekati tempat tidur. Sedangkan Ana langsung keluar memanggil tabib yang telah berjaga dari semalam di luar kamar."Jane," panggil Duchess Letizia selembut mungkin. Dia tersenyum saat bola mata Jane bergerak melihat sayu kearahnya.
Tabib masuk bersama Ana. Tabib itu berjalan mendekati tempat tidur. Mendapatkan izin, ia langsung memegang pergelangangan Jane. Memeriksa denyut nadinya.
Semua orang memperhatikan tabib yang memeriksa keadaan Jane. Tabib itu tersenyum dan menegakkan kembali tubuhnya.
"Keadaan Putri Mahkota berangsur membaik. Kurangi pergerakan yang tidak perlu. Putri Mahkota harus banyak beristirahat dan meminum secara rutin ramuan penyembuhan yang saya berikan. Saya akan kembali untuk memeriksa keadaan Putri Mahkota."
Perkataan tabib membuat semua orang dalam kamar merasa lega.
Sebelum kepergian tabib, Duchess Letizia mengucapakan rasa terima kasihnya kepada tabib wanita itu dengan senyuman tulus di bibirnya.
"Air," ucap Jane dengan suara serak.
Ana langsung berjalan mengambil segelas air di atas meja samping tempat tidur sedangkan Duchess Letizia membantu Jane duduk. Dia meletakkan beberapa bantal di belakang putrinya.
Jane meringis saat bergerak bangun. Rasa sakit di bagian perutnya masih begitu menyiksa. Dia mengambil gelas pemberian Ana lalu meneguk air dalam gelas.
"Terjadi sesuatu yang buruk padaku?" tanya Jane setelah memberikan kembali gelas di tangannya kepada Ana.
"Tidak ada hal buruk yang terjadi. Seperti kata tabib. Kau hanya perlu beristirahat," jawab Duchess Letizia.
"Jangan membohongiku. Aku masih mengingat kejadian kemarin."
Bibir Duchess Letizia terbungkam. Dia melihat suaminya dan Julian. Duke Aldrich mengagguk sekali mengerti maksud tatapan istrinya sedangkan Julian hanya diam.
Duchess Letizia kembali melihat Jane. Dia menghela napas lalu menggenggam sebelah tangan putrinya dengan kedua tangannya.
Duchess Letizia menatap prihatin putrinya. "Kau tahu. Semua masal_"
"Berhentilah berputar-putar ibu. Katakan!"
Lagi-lagi Duchess Letizia terbungkam. Putrinya baru saja terbangun dari pingsannya sejak kemarin. Bukannya ingin menyembunyikan. Hanya saja ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahukan Jane.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...