Taman Belakang Istana

937 45 0
                                    

Jane terus tersenyum sepanjang jalan karena wajah Ana yang ditekuk. Ana kesal dengan Jane disaat dia mengkhawatrikan keadaannya. Jane malah lebih suka berjalan-jalan dibandingkan beristirahat dalam kamar bahkan wajah Jane masih pucat namun tertutupi oleh riasan.

"Ana aku bosan dalam kamar. Aku butuh udara segar. Kau ingin aku menjadi wanita gila seperti kemarin?" Begitulah alasan Jane. Sungguh dia tidak berbohong. Dia butuh ruang untuknya bisa bernapas lega. Dia butuh pengalihan dari kejadian beberapa hari ini.

Skarang penderitaannya ditambah akibat kejadian kemarin. Citranya semakin buruk di Istana banyak yang menyalahkannya dan lebih membela Helena. Mereka lebih mengerti perasaan Helena karena sama-sama bekerja di Istana. Namun Jane tidak memperdulikannya, sekarang yang dia butuhkan ketenangan hati dan pikirannya.

Keningnya berkerut melihat pelayan dan prajurit yang sibuk kesana kemari dan hanya membungkuk hormat saat melihatnya. Dia melihat Ana namun hanya gelengan kepala Ana yang Jane lihat.
Jane melihat dua pelayan wanita yang berjalan kearahnya. Dia mengahalangi jalan kedua pelayan itu. Alisnya menyatu melihat reaksi kedua pelayan itu seperti ketakutan. Ah, pasti ini karena kejadian kemarin. Bola matanya berputar jengah. "Berhentilah bereaksi ketakutan aku hanya ingin bertanya."

Dia berdecak melihat kedua pelayan itu malah saling pandang. "Apa yang terjadi? Mengapa semua orang terlihat sibuk?"

Kedua pelayan itu menghela napas lega. Mereka tadi berpikir membuat kesalahan yang membuat Putri Mahkota marah. Mereka berdua menyaksikan kemurkaan Putri Mahkota kemarin dan itu sangat mengerikan. "Putri Mahkota dari kerajaan Maxis hari ini akan datang berkunjung Yang Mulia," jawab salah satu pelayan.

"Maxis?"

"Anda benar Yang Mulia."

Jane mengangguk mengerti. "Baiklah. Kalian boleh pergi."

Jane mengetahui kerajaan Maxis. Jika kerajaan Nyctophilic adalah musuh kerajaan Bellvania maka kerajaan Maxis adalah kerajaan yang bersahabat dengan kerajaan Bellvania. Jika saja Jane tidak meminta bantuan ayahnya mungkin saja sekarang yang menikahi Julian adalah Putri Mahkota kerajaan Maxis bukan dirinya.

"Haruskah kita melihatnya?" tanya Ana. Dia tahu Jane diam pasti memikirkan hal tersebut. Dia juga mengingat dulu sebelum Jane dan Julian bertunangan. Nyonyanya itu mengatakan saingaan terberatnya Putri Mahkota Maxis dan Jane tidak akan melewati kesempatan ini.

Jane masih diam. Jika mereka ingin pergi ke taman belakang Istana dan melewati bagian depan Istana. Mereka harus melewati jalan yang berputar. Karena sekarang tujuan Jane taman yang berada di belakang Istana. Namun tidak apa, dia penasaran melihat wanita yang dulu sempat dirumorkan akan menjadi Ratu dari dua kerajaan. "Tidak ada salahnya berjalan jauh!"

Jane dan Ana memutar arah, melangkahkan kaki menuju depan Istana. Mereka berhenti lumayan jauh dari depan Istana tetapi mereka masih dapat melihat apa yang terjadi di depan sana.

Jane melihat banyak sekali pelayan dan prajurit yang berdiri di sisi kanan dan kiri jalan saling berhadapan. Sedangkan di depan berdiri Raja Hugo, Ratu Quanda dan Pangeran Charlos bahkan Julianpun ada. Semenjak pertengkaran mereka kemarin Julian sama sekali belum datang melihatnya. Tidak! Jane tidak mengharapkan kehadiran Julian, hanya saja dia berpikir Julian akan kembali dan mengatakan semua yang dikatakannya kemarin semua itu hanya kebohongan.

Sebuah kereta kuda berhenti tidak jauh dari tempat keluarga kerajaan berdiri. Julian maju mendekati kereta kuda itu. Saat pintu kereta itu dibuka gadis cantik keluar dari dalamnya. Rambut pirangnya berkilauan karena terkena sinar matahari. Dia menyambut uluran tangan Julian.

Akhirnya Jane melihatnya. Luisa Victory Contessa Putri Mahkota dari kerajaan Maxis sekaligus menjadi calon Ratu dari kerajaan Maxis. "Ternyata rumor itu benar. Dia memiliki rambut pirang yang sama dengan Julian bahkan dia sangat cantik dan anggun," celetuk Jane.

Transmigrasi ■ True DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang