Perlahan mata itu terbuka menyipit karena pancaran cahaya yang mengenai retinanya. Jane berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya yang buram. Keningnya berkerut karena kebingungan dan rasa sakit dikepalanya. Apakah ini surga? karena tidak mungkin neraka akan sebagus tempat ini.
Memalingkan wajah kearah kiri Jane memperhatikan sekitar tempat ini tidak asing pikirnya. Jane memalingkan lagi kepalanya kearah kanan penglihatannya langsung tertuju pada sosok gadis yang sedang tertidur di tempat duduk dekat jendela. Dia menajamkan penglihatannya karena siluit gadis itu seperti pelayannya sewaktu di dunia.
"A..na," panggil Jane terbata karena tenggorokannya terasa sakit.
Masih belum ada pergerakan dari gadis itu.
"A..NA," panggil Jane lagi dan sedikit keras.
Panggilan kedua berhasil membangunkan Ana. Terlihat Ana bergerak sambil mengucek matanya. Setelah kesadarannya penuh Ana langsung berdiri terkejut melihat Nonanya sudah sadar. Ana berjalan mendekati tempat tidur Jane.
"Nona!" serunya.
"Kapan anda sadar? Ah tidak tidak, apa ada yang sakit? Oh astaga Ana apa yang kau lakukan." Ana menepuk jidatnya sendiri. "Berhentilah bertindak bodoh Ana, sebentar Nona saya panggilkan Duke dan Duchess." setelah mengatakan itu Ana berlari keluar kamar.
Melihat tingkah laku gadis itu Jane yakin dia Ana pelayannya. Samar-samar Jane mendengar suara teriakan Ana.
Jane bangun perlahan bersandar dikepala ranjang, sekujur tubuhnya terasa sakit.
Sekali lagi Jane perhatikan sekitarnya, kali ini penglihatannya sudah jelas. Tempat ini tidak asing baginya, tempat ini seperti kamarnya sewaktu memegang gelar putri bangsawan Magnolia. Tunggu, tadi Ana mengatakan Duke dan Duchess. Ada apa ini? Semua ini membuat Jane bingung. Kehadiran Ana, tempatnya sekarang yang seperti kamarnya dulu. Apa mereka semua berkumpul kembali di alam baka? Mingkinkah?Ditengah keterbingungan Jane tiba-tiba pintu kamar dibuka dengan kasar membuatnya terkejut dan refleks melihat kearah pintu. Matanya melolot tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Oh Dewa, akhirnya kau sadar sayang." Duchess Letizia berlari kearah Jane diikuti Duke Aldrich di belakangnya.
Jane terdiam kaku saat Duke dan Duchess memeluknya. Pelukan ini kehangatan ini Jane pikir tidak akan pernah merasakannya lagi saat melihat kedua orang tuanya dipenggal didepan matanya sendiri.
Jane tiba-tiba menangis. "Maafkan aku maafkan aku." suara tangisan Jane terdengar begitu pilu. Waktu di dunia dia belum sempat meminta maaf kepada kedua orang tuanya dan Ana, sekarang dia bersyukur di alam ini mereka masih dipertemukan.
Mendengar tangisan putrinya Duke Aldrich dan Duchess Letizia melepaskan pelukan mereka.
"Ada apa Jane?" tanya Duchess Letizia khawatir.
"Katakan mana yang sakit sayang." Duchess Letizia ikut menangis mendengar tangisan Jane yang memilukan. Putrinya jarang sekali menangis Jane hanya akan merengek jika sampai menangis berarti itu sudah sangat menyakitinya.
Jane terus menangis sambil mengatakan kata-kata yang sama 'Maafkan aku'.
Duchess Letizia kembali memeluk putrinya. "Kau tidak melakukan kesalahan Jane. Tolong berhenti dan katakan apa yang menyakitimu."
Bukan hanya Duchess Letizia saja yang khawatir Duke Aldrichpun tak kalah khawatirnya melihat istrinya dan putrinya menangis sambil berpelukan. Matanya sudah berkaca-kaca ikut merasakan kesakitan putrinya.
Para pelayanpun yang menyaksikannya ikut menahan air mata, tak terkecuali Ana pelayan pribadi Jane pipinya sudah sembab dia menggigit dalam bibirnya agar suaranya tidak keluar.
"APAKAH TABIB BELUM DATANG?" teriakan Duke Aldrich membuat semua orang terkejut. Oh ayolah putrinya sekarang sangat kesakitan dan harus cepat mendapatkan perawatan.
"Belum Duke," jawab salah satu pelayan.
"Apa yang kalian lakukan, cepat susul tabibnya."
"Baik Duke." dua pelayan pria langsung berlari untuk menyusul tabib yang pergerakannya sangat lambat.
"JANE!" teriak Duchess Letizia melihat putrinya tiba-tiba pingsan.
Semua orang panik. Jane baru saja sadar dari komanya selama lima hari saat terjatuh di danau belakang rumahnya dan sekarang Jane kembali tidak sadarkan diri.
Jane Georgiana Magnolia putri tunggal dari bangsawan Duke Aldrich Magnolia dan Duchess Letizia Etta Magnolia. Gadis cantik pemilik mata berwarna biru, kulit putih, rambutnya berwarna hitam pekat sedikit bergelombang, alis yang teratur rapi jangan lupakan bibir tipis merah alaminya. Salah satu wanita tercantik di Kerajaan Bellvania sekaligus pemegang gelar Putri Mahkota Bellvania. Pada usianya yang ke 22 tahun seharusnya dia sudah meninggal ditangan algojo bukannya pergi ke alam baka dia malah kembali dua tahun sebelum kejadian tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...