Malam ini Aula Istana terlihat begitu cantik tidak seperti biasanya. Banyak hiasan-hiasan yang memenuhi ruangan ini dan makanan yang banyak untuk menjamu para tamu. Malam ini tepatnya pesta perayaan ulang tahun Julian.
Terlihat Aula Istana sudah ramai dengan kerumunan orang. Dari banyaknya tamu undangan yang paling mencolok adalah para putri bangsawan yang memakai baju semewah mungkin dan berlian yang berkilauan. Mereka berlomba-lomba memperlihatkan siapa yang terbaik dan untuk terlihat menarik dimata Putra Mahkota. Mereke berkumpul menjadi kelompok kecil dan saling membanggakan diri.
"Ck." Jane berdecak melihatnya. Padahal seluruh Bellvania sudah mengetahui Putra Mahkota sudah memiliki calon Putri Mahkota.
"Dasar gadis-gadis tidak tahu diri." Jane tersenyum remeh melihatnya.
Jane hanya berdiri berdua bersama Ana. Sengaja tidak ikut bergabung bersama Duke Aldrich dan Duchess Letizia agar rencananya berjalan mulus tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya.
"Ayo Ana kita punya misi yang lebih penting dari pada melihat para gadis tidak tahu diri ini!" Jane sengaja membesarkan suaranya agar gadis-gadis itu mendengarnya.
Mendengar suara Jane mereka melihat marah kearah Jane tidak terima dengan yang dikatakan Jane barusan.
"Apa?" tantang Jane dagunya dia naikkan keatas. Jane ingin memperlihatkan betapa angkuhnya dia.
Gadis-gadis itu hanya bisa diam tidak berani melakukan sesuatu hanya tatapan mata mereka yang menunjukkan kemarahan.
Mereka mengenal Jane salah satu gadis tercantik di Bellvania calon Putri Mahkota dan anak kesayangan dari salah satu Duke yang dihormati. Inilah yang membuat Jane berani menantang mereka karena posisinya. Mereka tidak akan berani menyakitinya.
"Ayo Ana." Jane mengibaskan rambutnya ke belekang melangkah meninggalkan para kumpulan gadis itu diikuti Ana di belakang.
Saat sudah jauh dari para gadis itu Ana bersuara. "Nona anda tidak bisa melakukan itu."
"Kenapa?" Jane berhenti membalikkan tubuhnya.
"Nona akan menjadi Putri Mahkota dan calon Ratu selanjutnya. Bersikaplah baik agar Nona memiliki banyak pendukung," jelas Ana.
"Kau tenang saja Ana aku tidak akan menjadi Putra Mahkota. Aku sudah menemukan cara agar pernikahan ini batal. Jadi aku tidak akan membutuhkan dukungan gadis-gadis itu."
"Nona!" seru Ana.
"Diam Ana. Ini hanya akan menjadi rahasia kau dan aku oh tidak Julian juga akan mengetahuinya nanti. Jadi tutup mulutmu itu Ana jangan sampai ayah dan ibu mengetahuinya."
Ana masih diam mencerna semuanya ternyata Nonanya bersungguh-sungguh dengan ucapannya kemarin.
"Nona bersungguh-sungguh dengan ucapan Nona kemarin," tutur Ana.
"Aku memang bersungguh-sungguh Ana. Kau lihat sekitar mataku menjadi hitam karena kurang tidur memikirkan semua ini jadi tidak mungkin aku hanya bercanda." Jane menunjuk bawah matanya yang sebenarnya baik-baik saja tidak ada lingkaran hitam seperti yang dia katakan.
"Tapi kenapa? Bukankah pernikahan ini terjadi karena permintaan Nona?" Ana sungguh tidak mengerti dengan Nonanya.
"Ana aku melakukan ini untuk kita. Kau akan mendukungku jika tahu kebenarannya."
"Kebenaran?"
"Aku katakanpun kau takkan percaya Ana."
"Kenapa Nona bicara begitu. Saya selalu percaya dengan Nona tidak pernah ada niatan meragukan kata-kata Nona," ucap Ana mencoba membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...