Besok malam pesta perayaan ulang tahun Julian. Di sinilah Jane berada dalam kamarnya diam memperhatikan Ana dan ibunya memilih baju untuk dia kenakan besok malam.
Jane hanya diam memikirkan pernikahannya kurang tiga minggu lagi. Jane tidak bisa hanya diam saja dia harus melakukan sesuatu.
Jika pernikahannya dan Julian tetap terjadi tidak menutup kemungkinan kejadian dikehidupan sebelumnya akan terulang. Dia harus mengubah takdir untuk dirinya, ayah, ibu dan Ana.
"Ibu," panggil Jane.
Duchess Letizia menghentikan kegiatannya yang sedang memilih baju. Dia melihat kearah Jane, "Ada apa Jane? Kau sudah menentukan pilihanmu?"
Jane menggeleng, "Ada hal penting yang ingin aku katakan."
"Tidak ada baju yang kau suka? Atau kau ingin mel_"
"Tidak ibu bukan tentang itu," ucap Jane memotong pertanyaan Duchess Letizia.
"Lalu tentang apa?"
"Berjanjilah ibu tidak akan marah."
"Kau membuat kesalahan?"
Jane menggeleng lagi, "Berjanjilah ibu takkan memarahiku."
"Ibu akan dengarkan dulu apa yang ingin kau katakan baru ibu boleh membuat keputusan."
Duchess Letizia menyilangkan kedua tangan di dada. Dia menunggu Jane mengatakan kesalahan apa yang dia lakukan. Duchess Letizia sudah hafal dengan kelakuan putrinya. Jika Jane sudah berbicara seperti tadi itu berarti dia telah melakukan kesalahan.
"Aku ingin_" Jane menggigit bibirnya gugup.
"Ingin apa Jane?"
"Aku ingin membatalkan pernikahanku dan Julian," Jane menutup matanya menunggu Duchess Letizia memarahinya. Tapi sudah beberapa detik Jane menutup mata belum terdengar suara dari ibunya.
Jane membuka pejaman matanya. Dia melihat ibunya yang hanya diam melihatnya.
"Ibu katakan sesuatu."
Duchess Letizia hanya tersenyum, "Berhentilah mengatakan omong kosong Jane," Duchess Letizia hanya menganggap candaan perkataan Jane dia akan lebih percaya jika Jane meminta pernikahannya dipercepat. Dia tahu sebesar apa Jane mencintai Putra Mahkota.
"Ibu aku tidak mengatakan omong kosong. Aku mau pernikahanku dan Julian dibatalkan."
"Kau marah karena Putra Mahkota tidak datang menjengukmu? Jadi sekarang kau sedang merajuk."
"Ibu aku dan Julian tidak ditakdirkan bersama."
"Lihatlah Nonamu Ana sekarang dia sudah dewasa," ucap Duchess Letizia melihat Ana dengan kekehannya.
"Ibu berhentilah bercanda. Aku serius dimasa depan aku dan Julian hanya akan saling menyakiti."
Duchess Letizia melihat putrinya aneh, "Jangan katakan setelah kau jatuh di danau kau boleh melihat masa depan."
Jane mengangguk cepat, "Akhirnya kau mengerti ibu!"
Duchess Letizia diam memperhatikan Putrinya ada keseriusan dari nada bicara Jane.
"Sebenarnya apa yang terjadi Jane?" tanyanya, "Kalau kau lupa biar ibu mengingatkanmu. Kau yang menginginkan pernikahan ini. Kau bahkan memohon pada ayahmu, tidak mungkin kau ingin membatalkan pernikahan ini. Jadi hentikan omong kosongmu ini."
Jane meremas rambutnya karena frustasi, "Astaga ibu harus kujelaskan bagaimana agar ibu mengerti."
"Berhentilah berbuat masalah Jane."
"Ibu dengar. Kalau pernikahanku dan Julian tetap terjadi aku akan meninggal dipenggal ibu. Oh bukan aku saja ayah dan ibu juga akan mengalaminya, kau juga," Ana terkejut karena Jane tiba-tiba menunjuknya.
"Jane ibu tidak mengerti dengan yang kau katakan. Apa yang terjadi padamu ibu tidak tahu. Tapi pernikahanmu dan Julian kurang dari tiga minggu lagi Jane. Jika membatalkannya sekarang itu akan membuat keluarga kerajaan dan keluarga kita malu," jelas Duchess Letizia mencoba memberi pengertian.
"Ibu kumohon penikahan ini hanya akan menyakiti banyak orang," lirih Jane.
Duchess Letizia menghela napas berjalan kearah Jane lalu memeluknya, "Istirahatlah Jane kau mungkin kelelahan. Ana akan membantumu memilih baju sebentar."
Baru saja Jane ingin mengeluarkan suara Duchess Letizia sudah mencium keningnya.
"Ayo Ana biarkan Nonamu istirahat."
Sebelum membuka pintu Duchess Letizia membalikkan badannya, "Setelah ini ibu tidak ingin mendengar pembahasan ini lagi Jane pernikahanmu dan Putra Mahkota akan tetap terjadi."
Jane diam memperhatikan pintu yang baru saja tertutup. Bagaimana ini? Jane bingung dia pikir ibunya akan menyetujui keinginannya mengingat ayah dan ibunya selalu menuruti kemauannya.
Jane sadar ini hal yang sangat memalukan jika pernikahannya dan Julian dibatalkan seluruh penjuru Bellvania sudah mengetahui kabar ini. Tapi Jane harus melindungi dirinya dan orang-orang disekitarnya.
Jane tidur tengkurap menenggelamkan kepalanya dibantal.
"Apa yang harus kulakukan," batin Jane.
Kepala Jane terangkat saat sebuah ide melintas dipikirannya dia tersenyum lebar. Dia tahu apa yang harus dilakukannya yaitu menemui Julian dan mengajaknya bekerja sama untuk membatalkan pernikahan ini. Dia yakin Julian akan mendukungnya karena pria brengsek itu juga tidak menginginkan pernikahan ini.
"Ayo Jane semangat kau pasti bisa. Takdirmu ada ditanganmu!" ucap Jane penuh semangat dengan kedua tangannya terkepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ■ True Destiny
FantasyKembali mengulang takdir. Akankah semuanya tetap sama? Haruskah dia menghindar? Atau, Berjuang bersama untuk mengubah takdir masa lalu. Ini tentang mereka yang ditakdirkan bersama tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak terlihat. *Jane Georgiana Ma...