Chapter 0 "Awal mula"

16.2K 501 2
                                    

Our Family

Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰

Pasangan suami istri yang baru sah 6 bulan itu terdiam duduk didepan sebuah ruangan bertuliskan "Dokter Kandungan" sudah hampir 15 menit mereka hanya berdiam.

Sang suami menunduk dengan pikiran yang berkecamuk sedangkan sang istri diam memperhatikan suaminya. Rasa kecewa langsung hinggap di hati mereka berdua saat mendengar diagnosis dokter tadi.

"maaf pak bu, menurut hasil tes diduga bahwa bapak mengalami Infertilitas atau bisa disebut ketidaksuburan dan menyebabkan bapak dan ibu mengalami kesulitan untuk menghasilkan keturunan" kalimat itu bagai petir disiang bolong yang tiba-tiba menyerang mereka berdua.

Setelah diagnosis tersebut mereka berdua keluar dari ruangan dokter dan terdiam duduk di kursi koridor.

"Mas" panggil sang istri

Tak ada jawaban, sang suami masih tetap diam pada posisinya enggan untuk mengangkat kepala. Istrinya mengelus bahu tegap suaminya mencoba memberikan kekuatan pada laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya 6 bulan lalu setelah menjalin hubungan selama 1 tahun.

"aku gagal. Aku nggak sempurna" ucap pria itu, nada kecewa terdengar di tiap kata yang keluar dari bibirnya. "nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini" Ana nama wanita itu, dia kembali mencoba menguatkan hati suaminya.

Jeffri pria berumur 25 tahun itu mendongak dan menatap wajah cantik sang istri, dipeluknya wanita yang ia cintai itu dengan penuh kasih sayang. Rasa bersalah, marah, kecewa berkecamuk dalam dirinya sekarang

"maaf" hanya itu yang bisa ia ucapkan. Ana membalas pelukan suaminya dan mengusap punggung pria itu.

"jangan merasa bersalah, ini udah ketentuan yang di atas. Sebagai hambanya kita harus tabah. Kita pulang ya, kita omongin di rumah" Jeffri melepas pelukannya dan mengangguk, membiarkan tangannya digenggam dan ditarik oleh sang istri.

Ana memilih untuk menyetir dan membiarkan suaminya beristirahat, diperjalanan yang ditempuh sekitar 30 menit itu hanya diisi keheningan, bahkan saat sampai di rumah pun Jeffri masih memilih diam dan masuk kedalam kamarnya. Sebenarnya fakta bahwa mereka kesulitan dalam memiliki keturunan bukanlah sesuatu yang sangat membuat Ana terpuruk, bukan karena dia tidak ingin memiliki anak hanya saja dia dulu sempat berpikir untuk child free, tetapi dia juga tidak akan menghalangi apabila suaminya ingin memiliki 1 atau 2 orang anak.

Hatinya sedikit merasa bersalah karena sempat berpikir seperti itu dan mungkin saja pemikiran itu malah dikabulkan dikabulkan oleh sang pencipta.

0.0

Keesokan harinya Ana pergi untuk bekerja di butik miliknya, sampai pagi ini pun suaminya masih diam dan hanya menjawab sekenanya saat Ana mengajaknya berbicara.

Ana masih ingin membiarkan suaminya untuk menenangkan diri, setelah menyiapkan sarapan dia berpamitan lalu pergi. Kebetulan hari ini dia ada janji temu dengan salah satu klien. Ana bekerja sebagai desainer pakaian dan dia sudah memiliki butik sendiri sejak 8 bulan yang lalu, karena masih baru pelanggannya pun masih belum banyak, pegawai di butiknya hanya ada 3 orang, berempat dengan dirinya.

Karena masih merintis mau tak mau gadis itu harus bekerja keras bukan karena gajih suaminya tidak lebih dari cukup bahkan sangat-sangatlah cukup.

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang