Chapter 6 "Narendra, Rajendra, Mahendra & Kenandra"

6.3K 489 5
                                    

Our Family

Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰


Ana meregangkan tangannya dan mendudukan diri di kasur mengumpulkan nyawa sebelum mengalihkan netranya pada sang suami yang masih terlelap di alam mimpi, mengulurkan tangannya pada bahu tegap suaminya itu

“mas bangun subuhan dulu” ucapnya pelan membuat Jeffri yang memang mudah bangun mengerjapkan matanya bibirnya tersenyum saat melihat ana.

Jeffri bangun dan berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan ibadah. Bergantian dengan Ana dan melakukan ibadah bersama-sama. Biasanya habis subuhan jeffri akan merebahkan diri lagi sebentar sedangkan Ana lebih memilih untuk kedapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya suami dan keempat anaknya.

Setelah selesai memasak dia meletakkan makanan diatas meja dia berjalan menuju kamar anak-anaknya. 5 tahun yang lalu dia membawa anak-anak itu kerumah ini masih ia ingat keraguan keluarga dan ibu panti tentang keputusan mengadopsi keempat balita berumur 1 tahun itu.

Bulan-bulan awal memang sangat berat bagi Ana dan Jeffri terlebih Nandra yang sempat masuk rumah sakit karena terkena tipes dan membuat Ana kalut juga sedih, beruntung Jeffri menguatkan Ana dan berada disampingnya sambil menjaga ketiga anaknya yang lain. Bahkan beberapa kali ketiga anaknya itu harus dititipkan pada oma dan opa mereka.

Ia juga ingat bagaimana ekspresi bahagia memenuhi wajah kedua mertuanya saat melihat keempat balita itu dia juga harus bersusah payah membujuk kedua mertuanya agar membiarkan mereka pulang setelah menginap disana selama 3 hari berturut-turut.

Ia buka pintu berwarna abu-abu yang menampilkan 4 buah kasur dengan model bunkbed yang ditempati oleh masing-masing anaknya, di sebelah kanan ruangan ada lemari yang menyimpan semua mainan mereka, dan disebelah kiri ada meja-meja kecil yang sesuai
untuk keempat bocah umur 6 tahun itu dimana mereka menaruh tas, pensil, buku-buku milik mereka.

Keempat bocah itu sudah berumur 6 tahun dan minggu lalu mereka semua sudah masuk TK diingat betapa hyperaktifnya Hendra dan Nandra bertemu dengan teman-teman sebayanya, Jendra yang tersenyum sampai membuat kedua matanya menyipit dan Rendra yang masih malu-malu bertemu dengan teman-teman baru.

“Kids! Ayo bangun sekolah” Ana membangunkan satu-satu anaknya itu sambil mengelus surai legam mereka berempat, si tampan bangun terlebih dahulu mengucek kedua mata bulatnya dan mendudukkan dirinya di kasur masih mengumpulkan nyawa dan diikuti oleh
ketiga saudaranya.

“Pagi Nda” sapa mereka berempat saat melihat bunda mereka. Dan dibalas senyuman oleh Ana

“ayo bangun siap-siap sekolah” Jendra turun dari kasurnya dan berjalan keluar untuk kekamar mandi diikuti oleh Nandra yang langsung melompat dan berlari menuju Jendra yang sudah menghilang dibalik pintu. Berbeda dengan 2 bocah itu, Rendra dan Hendra malah kembali merebahkan dirinya membuat bunda geleng-geleng kepala.

“heii, itu Jendra sama Nandra udah siap-siap loh, kalian nggak mau bangun?” tanya Ana.

“Abis Jendra Bunda” ucap Rendra, dan diangguki oleh Hendra yang kembali bergelung di selimut entah apa yang dilakukan bocah 6 tahun itu tadi malam hingga membuat dirinya susah bangun.

“yaudah bunda bantuin Jendra sama Nandra dulu baru kesini lagi” ucapan bundanya hanya di angguki, akhirnya Ana keluar dan masuk ke kamar mandi melihat Jendra dan Nandra yang tengah sikat gigi asal-asalan dan tak bertenaga.

Nandra mengambil air di bath up yang sudah diisi ana dan membasuh wajahnya mengusap wajah manisnya itu dengan kasar khas anak kecil membuat cipratan air hingga mengenai jendra.

“ihh Nandra pelan-pelan basah nih” ucap Jendra sembari bergeser mencoba menjauh dari Nandra yang masih setia membasuh wajahnya. Ana mengambil handuk dan menyuruh Nandra untuk berhenti, Nandra menurut lalu menghadap Bundanya untuk melap wajahnya yang basah tak lupa baju basah anak itu dilepaskan. Membiarkan tubuh polosnya tak tertutup apapun, selanjutnya Jendra yang membersihkan wajahnya dibantu sang bunda.

Entah memang batrainya sudah penuh, bukannya menunggu kakaknya selesai Nandra malah keluar kamar mandi dengan telanjang bulat membuat Ana memanggil namanya sedangkan tangannya tengah memasangkan baju seragam Jendra setelah mengoleskan minyak telon dan bedak bayi di tubuh kecil Jendra.

Jeffri yang sudah rapi dengan kemeja langsung menangkap Nandra yang berlarian telanjang bulat didalam rumah.

“mau kabur kemana kamu?” tanyanya sambil mengapit hidung bengir sang putra.

“ehehehe pagi ayah” yang ditegur malah cengengesan menampilkan senyum manis dengan gigi kelincinya.

“pake baju dulu ayo, yang lain mana?” tanya sang ayah sambil membawa Nandra ke dekat kamar mandi, dan mengambil baju seragam dengan bordir nama ‘Kenandra G. A. atau nama panjangnya Kenandra Ghifari Adhitama’. Menambahkan awalan, nama tengah beserta nama keluarga untuk keempat anak itu.

“ehh mas, makasih nandranya udah kamu pakein baju” ucap Ana

“tugas aku juga kok” balas jeffri.

“nah Jendra, Nandra sama ayah dulu ya. Bunda mau bangunin yang lain” Jendra mengangguk dirinya sudah rapi dengan seragam yang sama dengan nandra juga bordir nama di seragamnya itu ‘Rajendra D. A. atau Rajendra Devano Adhitama’ mendekat ke sang ayah.

Mereka bertiga berjalan menuju meja makan sambil menunggu kedua saudara mereka. Dengan sedikit paksaan akhirnya Ana dapat membawa kedua anaknya itu untuk membersihkan diri dan memakaikan baju seragam mereka.

Hendra berlari setelah keluar dari kamar mandi menuju meja makan dimana ayah dan saudaranya sudah menunggu sedangkan Rendra berjalan beriringan dengan bundanya. Mahendra Chandra Adhitama itu yang diberikan oleh jeffri dan ayahnya sedangkan Rendra ditambahkan menjadi Narendra Juna Adhitama, setelah semuanya mendapat marga Adhitama secara resmi mereka semua manjadi keluarga Adhitama, sebuah keluarga yang
sudah banyak diketahui oleh banyak orang yang memiliki sejarah panjang dalam dunia bisnis.

Pagi ini dilewati seperti hari biasa, siap-siap, sarapan pagi, lalu berangkat. Tadi malam entah mengapa Jeffri mengatakan bahwa dia yang akan mengantar anak-anak membuat ana heran tetapi mungkin memang suaminya itu ingin merasakan mengantar keempat anak mereka kesekolah setelah selama seminggu hanya ana yang mengantar mereka karna tugas jeffri di kantor yang tiba-tiba menumpuk.

“hari ini sekolah sama bunda lagi?” tanya Nandra, tangan kecilnya mengenggam gelas berisikan air putih. Berbeda dari saudara-saudaranya yang lain, yang tengah nikmat menikmati cairan berwarna putih pekat.

Semenjak dari panti Ana dan Jeffri sudah diberitahu bahwa nandra memiliki alergi terhadap lactosa hingga membuat dia tidak meminum susu maupun olahannya. Ana dan Jeffri tidak masalah dengan itu, fakta bahwa nandra memiliki hal-hal ekstra yang harus diperhatikan berarti bahwa Nandra adalah anak yang spesial.

Selain Nandra, Jendra juga Hendra memiliki hal yang sama tapi bukan terhadap makanan melainkan terhadap hewan. Kedua bocah itu memiliki alergi terhadap bulu kucing dan fakta itu baru diketahui saat mereka berumur 3 tahun, waktu itu Ana dan Jeffri meluangkan waktu untuk family time dan membawa keempat anaknya ke taman.

Saat mereka berpencar untuk bermain di taman tiba-tiba saja Nandra datang lagi dengan keadaan menangis membuat kedua orang tuanya khawatir. Ana dan Jeffri pun berlari setelah ditarik oleh Nandra betapa terkejutnya mereka saat melihat Jendra dan Hendra terduduk di
rumput dengan mata dan hidung yang berair, dan Rendra yang menangis disamping mereka berdua.

Seluruh tubuh mereka memerah membuat Jeffri langsung menggendong putranya itu membawa mereka menuju rumah sakit terdekat. Barulah saat itu diketahui bahwa jendra dan hendra memiliki alergi terhadap bulu kucing.

“hari ini spesial diantar sama ayah” ucap Jeffri tersenyum memandang keempat anaknya, sedangkan anak-anak itu langsung mengalihkan perhatiannya pada sang ayah.

“YEEAAYY!!” pekik keempatnya kegirangan membuat Ana dan juga Jeffri tertawa kecil padahal hanya hal kecil tapi bisa membuat keempat putranya itu bahagia.


0.0



With love ❤

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang