Chapter 45 "Janji Temu"

1.6K 211 5
                                    

Our Family

Ayah
Bunda

🦊
🐶
🐻
🐰





Nandra mematut dirinya didepan cermin memperhatikan apakah ada yang kurang dari penampilannya hari ini. Pada hari minggu ini si bungsu Adhitama itu memiliki janji, yang membuat mas, abang dan kakaknya cukup terkejut.

Biasanya hari libur seperti ini akan dimanfaatkan oleh Nandra untuk bermalasan atau menempeli Bunda seharian, jiwa bungsunya masih begitu melekat di Nandra. Kalau di ajak keluarpun pasti akan ditolak oleh dirinya.

"Bunda mau nitip sesuatu nggak? Mumpung Nandra ke mall" Tanyanya saat sudah berada di ruang tamu. Semuanya tengah berkumpul kecuali Jendra karena anak itu sedang menginap di rumah orang tuanya.

Ana terlihat berpikir dia memang menginginkan sesuatu hari ini "itu aja deh Nan. Adakan yang ice cream singapura itu. Itu aja ya rasanya sembarang aja" Nandra mengangguk

"Yaudah kalo gitu adek pergi dulu" Ucapnya dan mengamit tangan bundanya.

"Lahh yang lain gak di tawarin Nan?" Tanya Ayah padahal sejak tadi dia menunggu Nandra bertanya.

"Silahkan anda pergi sendiri wahai bapak kepala keluarga. Nandra cuman nerima pesanan dari ibunda" Jeffri mendelik pada anak bungsunya itu. Sedang Ana dia tertawa melihat kelakuan anak dan bapak itu.

"Ehh tapi boleh lah"

"Kak Hen lo mau nitip nggak?" Hendra yang terfokus dengan tv menoleh dan menatap adiknya dengan pandangan bertanya.

"Gue?" Nandra mengangguk

"Tumben" Tanya Rendra. Karena biasanya Nandra itu anti nawarin gitu apalagi ke Hendra.

"Gak papa sekali sekali. Kak Hen juga berapa hari ini lagi capek banget. Jadi adik yang baik sehari nggak papa lah yaa"

"Samain sama Bunda aja, rasa coklat ya" Ucap Hendra.

"Oke" Nandra agak tak nyaman sebenarnya melihat Hendra yang lebih banyak diam dan terkadang melamun.

"Pilih kasih banget punya anak" Itu Jeffri yang menggerutu sambil menggigit ujung bantal sofa.

Melihatnya Nandra hanya tertawa geli. Bisa-bisanya punya ayah yang umurnya udah 40an tapi kelakuan kayak bocah.

"Jangan di gigit gitu Yah, ntar bau mulut ayah bantalnya" Sebelum Ayahnya kembali protes Nandra udah kabur duluan keluar rumah sembari tertawa.

Tepat di depan rumah sudah ada ojek online yang menunggu, itu ojek pesanan Nandra karena umurnya yang belum cukup tentunya dia tidak bisa sembarangan membawa motor.

Nandra beruntung di hari minggu ini jalan raya tidak terlalu macet, membuatnya cepat sampai di mall.

"Makasih ya bang" Ucap Nandra sambil memberikan selembar uang berwarna biru.

"Uang kecil aja ada nggak? Nggak ada kembalian saya" Balas abang ojek itu.

"Ambil aja kembaliannya bang"

"Beneran? Nggak papa?"

"Iya nggak papa. Mari bang"

"Makasih ya dek" Nandra mengangguk kecil dan berjalan menjauh. Masih ada sekitar 15 menit sebelum janji temunya.

Nandra berkeliling mall sebentar dan mengecek stand ice cream pesanan Bundanya. Dia hanya bercanda saja tidak menerima pesanan yang lain toh nanti dia juga akan membelikan untuk semuanya. Hanya saja melihat reaksi ayahnya itu lucu makanya kadang membuat sifat jail Nandra muncul.

Selain stand ice cream dia juga melihat yang lainnya memikirkan apa lagi yang harus dia beli untuk dibawa pulang.

Tengah asyik melihat hoodie abu-abu dengan gambar kucing di bagian depan, sebuah getaran dari saku celana mengalihkan perhatiannya.

Pesan dari seseorang yang memiliki janji dengannya membuat Nandra bergegas pergi dari toko baju itu, menuju sebuah restoran jepang yang menjadi tempat dia bertemu.

Begitu dia masuk kedalam kepalanya celingukan mencari orang itu dan begitu ketemu dia dengan lekas mendatangi.

Senyum Nandra berubah menjadi canggung tatkala dia melihat orang itu tidak sendirian. Agak terkejut karena dia tidak diberitahu sebelumnya.

"Udah sampe Nan" Nandra mengangguk kecil kemudian mengambil tempat di kursi kosong.

"Andi nggak ngomong kalo dateng sama Maminya" Ucap Nandra. Mami Andi, Yumna tersenyum kecil. Ya Nandra memang janjian dengan Andi, katanya anak itu ingin minta temani mencari buku guna menghadapi ujian dan meminta bertemu disalah satu restoran yang ada di mall.

"Tante yang minta buat nggak ngasih tau" Nandra menolehkan pandangannya pada Andi yang semenjak kedatangannya hanya menunduk diam membuat Nandra kebingungan sendiri.

"Kamu pesen aja dulu Nan" Yumna memberikan buku menu pada Nandra. Meskipun terlihat memilih menu sebenarnya Nandra melirikkan matanya pada Andi.

Nandra bukanlah anak yang tidak peka, ada yang aneh disini, selama mengenal Andi dia tidak pernah menemui Andi sediam ini bahkan mengangkat kepalanya pun tidak.

Yumna memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan mereka, setelah pelayan itu pergi perhatian Yumna kembali pada Nandra.

"Gimana kabarnya Nan?"

"Baik tante" Jawab Nandra

"Syukur deh kalo gitu. Ohh iya katanya kamu udah mau ujian kenaikan kelas ya?"

"Iya tante, makanya waktu Andi minta temenin nyari buku Nandra mau sekalian nyari buku buat latihan juga" Terlihat ekspresi kagum pada wajah Yumna.

"Kalo nilai kamu disekolah gimana? Ada yang susah nggak? Mungkin ada satu mata pelajaran yang kurang kamu kuasai gitu?"

"Syukurnya nggak ada Tan, kalopun ada Nandra biasanya nanya ke kakak-kakak soalnya masing-masing kan punya bidang yang di kuasain jadi Nandra sering minta ajarin kalo ada yang nggak bisa" Senyuman Yumna meluruh seketika.

"Kalian bersaudara deket banget ya?" Nandra mengangguk. Bukankah memang seharusnya begitu? Mereka tinggal bersama, sekolah di sekolahan yang sama hampir 24 jam Nandra bersama dengan saudaranya.

Pembicaraan mereka terpotong ketika pelayan membawakan makanan mereka. Mereka menikmati makanan masing-masing, meski didalam hati Nandra masih sangat kebingungan bukannya apa tapi Andi tidak berbicara sama sekali bahkan anak itu terlihat sibuk dengan makanannya.

"Nan menurutmu Andi gimana?"

"Uhukk"

Nandra tersedak oleh makanannya sendiri dengan cepat dia meminum air miliknya. Entah cuman pikiran Nandra atau bagaimana pertanyaan itu terdengar sangat ambigu.

"Pelan-pelan Nan" Ucap Yumna dia memberikan tisu pada Nandra.

"Maksud tante?"

"Ouh ya itu, Andi orangnya gimana? Dia sering ngomong kalo kalian itu deket banget terus katanya kamu udah kayak kakaknya sendiri. Tapi menurutmu gimana apa Andi sosok adik yang baik juga?"

Nandra mengangguk kecil.

"Andi anaknya baik kok tan, selama temenan baik-baik aja. Nandra kan anak bungsu jadi sama kayak Andi, Nandra juga nganggep Andi kayak adik sendiri" Senyum Yumna mengembang dia meraih tangan Nandra yang ada di atas meja.

"Kalo gitu, kamu mau kan jadi kakak benerannya Andi"





0.0






With Love ❤

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang