Our Family
Ayah
Bunda🦊
🐶
🐻
🐰Sinar matahari pagi yang mengarah langsung ke dalam ruang tamu rumah kecil itu membuat Ana mengernyitkan dahinya. Dia menengadah untuk menatap kearah jendela, wajar saja cahaya matahari begitu terang ternyata jendela rumah hanya begordenkan kain gorden tipis berwarna putih.
Dia mendudukan diri dan tersenyum tipis ketika melihat sebuah kain menutupi setengah tubuhnya. Disaat tengah mengumpulkan kesadarannya, dia mendengar suara berisik dan arah suara itu berasal dari dapur, tanpa ragu Ana bangkit dan melangkahkan kakinya kesana.
"Kak?" panggil Ana saat melihat belakang seseorang yang familiar
"Oh Bunda udah bangun" balasnya. Ana tersenyum dan mendekati Hendra, ternyata anaknya itu tengah bergulat dengan panci juga mie instan yang ada di tangannya sepertinya dia tengah menunggu air itu mendidih.
"Bisa masaknya?" tanya Ana
"Kalo mie instan bisa lah nda, nggak segitu nggak bisa masaknya aku" balas Hendra
"Keadaan ibumu gimana?"
"Masih belum bangun, tadi Hendra bangun waktu adzan subuh terus gak tidur lagi. Dan selama itu nggak ada perubahan" terdengar nada lemah dari setiap kata yang Hendra keluarkan.
"Sabar ya Kak...Bunda telpon om Tama biar kesini ya, kalo misal kata dia kita ke rumah sakit maka terpaksa Bunda bawa" Hendra mengangguk, senyum kecilnya mengembang entah harus bagaimana dia membalas kebaikan Bundanya.
Ana berjalan menuju ke ruang tamu untuk mengambil handphonenya menghubungi Tama, salah seorang teman Jeffri dan juga termasuk dokter pribadi keluarga mereka. Setelah selesai berbincang dengan Tama di telpon dia menuju kamar dimana ibu Hendra berada, betapa terkejutnya dia ketika melihat beliau sudah membuka mata.
Ibu Ratna menggerakkan matanya menuju pintu yang terbuka, bisa Ana tangkap bahwa beliau kebingungan ketika melihat orang tak dikenal berada di rumah beliau. Dengan perlahan Ana mendekat dan duduk di lantai tepat di samping bu Ratna.
"Saya tau mungkin ibu kaget dengan kehadiran orang asing di rumah ibu. Perkenalkan saya Ana Bundanya Hendra anak ibu" ada keterkejutan dimata bu Ratna.
"Saya akan mencoba menjelaskan secara singkat kenapa saya bisa disini. Kemarin malam ibu Fatimah, ibu panti menghubungi saya ada kejadian yang menimpa ibu kandung Hendra. Saya dan suami bergegas kesini dan sekaligus membawa Hendra karna tidak mungkin dia tidak mengetahui keadaan ibu kandungnya. Tapi ketika saya datang ibu sudah tidak sadarkan diri dan semalam saya dan Hendra menginap disini" Ana mencoba menjelaskan sebaik mungkin karna dia tidak mungkin membuat orang yang baru saja bangun dari pingsannya harus banyak pikiran.
Setetes air mata mengalir dari mata bu Ratna. Ana memberikan senyum lembutnya entah mengapa dia seperti mengerti apa yang tengah dirasakan oleh bu Ratna.
"Bunda mienya udah ja-" Hendra membuka pintu kamar dan betapa terkejutnya dia ketika melihat ibunya sudah bangun.
"Sini kak" panggil Ana
Meski sedari kemarin malam dia berharap ibunya lekas bangun, sebenarnya dia juga tidak tau apa yang harus ia lakukan ketika benar-benar berhadapan dengan ibu kandungnya. Dengan langkah perlahan dia mendekat dan mendudukan diri di sebelah Bundanya.
"Kabar Hendra baik, dia tumbuh jadi anak yang ceria. Nilai sekolahnya bagus, dia juga jago main bola sampe bisa jadi kapten futsal di sekolah. Meski agak bandel dikit dan suka usil sama saudaranya yang lain, dia suka nolongin orang, suka ngasih makan kucing jalanan meski tau kalo punya alergi" dibombardir dengan pujian dan list kenakalannya membuat Hendra menunduk malu. Ana mengusak rambut hitam anaknya itu sambil tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/356191435-288-k582427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family
FanfictionTak sedarah tapi tumbuh bersama. Tak seibu tapi saling bergantung. Tak seayah tapi saling sayang. Lahir dari rahim yang berbeda tetapi di rawat oleh orang tua yang sama. Mereka ada untuk melengkapi satu sama lain.